Komunitas Muslim Indonesia di Luar Negeri: Sebuah Introspeksi
Rabu, 07 Juli 2021 - 06:58 WIB
Saya tidak berbicara tentang agama (baca Islam) sebagai keyakinan dan amalan ritualnya. Karena Sesungguhnya Islam itu satu di mana pun di dunia ini. Islam memiliki sumber yang sama, yaitu Al-Quran dan as-Sunnah. Sehingga pada tataran konseptual agama Islam itu bersifat tunggal.
Justru yang ingin saya kemukakan adalah karakter manusia dalam memahami dan menjalankan agama (Islam) itu. Pada tataran ini jelas akan ada keragaman dari orang per orang, etnis/suku ke etnis/suku yang lain, dan dari bangsa ke bangsa lainnya.
Di sìnilah kemudian Indonesia memiliki keunikan karakter dalam beragama. Pertama karena keragaman agama dan karakter beragama itu sendiri. Di negeri ini ada Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan juga Konghucu. Bahkan selain agama-agama yang diakui secara resmi oleh negara itu, juga ada banyak ragam keyakinan dan praktek agama-agama lainnya.
Berdasarkan semua itu, dan didukung oleh karakter kebangsaan Indonesia yang unik menjadikan karakter beragama di Indonesia juga menjadi unik dan khas, yang belum tentu ada pada bangsa-bangsa lain.
Karakter kebangsaan yang lemah lembut walau tidak lemah (gentle but not weak). Bangsa ini menjadi bangsa yang ramah (friendly), mudah tersenyum, mudah bergaul, bersahabat dan rendah hati. Bangsa ini adalah bangsa yang sejarahnya mengedepankan kerja sama di atas konflik dan perpecahan.
Dengan karakter kebangsaan demikian yang kemudian menjadi bagian dasar dari karakter beragama (berislam) menjadikan kehidupan bersama atau kehidupan sebagai "Umat Islam" di Indonesia menjadi unik. Keunikan yang sesungguhnya menjadi terjemahan langsung dari esensi Islam itu sendiri sebagai "rahmatan lil-alamin".
Self Criticism
Namun demikian, alangkah pentingnya untuk menyadari bahwa di balik semua kelebihan dan kebanggaan sebagai bangsa, khususnya sebagai Komunitas Muslim Indonesia yang hidup di luar negeri, ada juga kekurangan-kekurangan yang perlu dikritisi dan diperbaiki.
Kekurangan ini dalam pandangan saya bukan bagian dari karakter dasar umat dan kebangsaan. Tapi lebih kepada dorongan buruk (nafs amarah) yang kerap masih mendominasi kehidupan komunal (jama’i) anak-anak bangsa, termasuk Komunitas Muslim di luar negeri.
Tanpa tendensi memburuk-memburukkan, tapi lebih kepada "self introspection" dan "self correction" di sini saya sampaikan sebagian dari kelemahan dan keburukan yang kerap terjadi pada Komunitas Muslim Indonesia di mancanegara, termasuk Amerika.
Justru yang ingin saya kemukakan adalah karakter manusia dalam memahami dan menjalankan agama (Islam) itu. Pada tataran ini jelas akan ada keragaman dari orang per orang, etnis/suku ke etnis/suku yang lain, dan dari bangsa ke bangsa lainnya.
Di sìnilah kemudian Indonesia memiliki keunikan karakter dalam beragama. Pertama karena keragaman agama dan karakter beragama itu sendiri. Di negeri ini ada Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan juga Konghucu. Bahkan selain agama-agama yang diakui secara resmi oleh negara itu, juga ada banyak ragam keyakinan dan praktek agama-agama lainnya.
Berdasarkan semua itu, dan didukung oleh karakter kebangsaan Indonesia yang unik menjadikan karakter beragama di Indonesia juga menjadi unik dan khas, yang belum tentu ada pada bangsa-bangsa lain.
Karakter kebangsaan yang lemah lembut walau tidak lemah (gentle but not weak). Bangsa ini menjadi bangsa yang ramah (friendly), mudah tersenyum, mudah bergaul, bersahabat dan rendah hati. Bangsa ini adalah bangsa yang sejarahnya mengedepankan kerja sama di atas konflik dan perpecahan.
Dengan karakter kebangsaan demikian yang kemudian menjadi bagian dasar dari karakter beragama (berislam) menjadikan kehidupan bersama atau kehidupan sebagai "Umat Islam" di Indonesia menjadi unik. Keunikan yang sesungguhnya menjadi terjemahan langsung dari esensi Islam itu sendiri sebagai "rahmatan lil-alamin".
Self Criticism
Namun demikian, alangkah pentingnya untuk menyadari bahwa di balik semua kelebihan dan kebanggaan sebagai bangsa, khususnya sebagai Komunitas Muslim Indonesia yang hidup di luar negeri, ada juga kekurangan-kekurangan yang perlu dikritisi dan diperbaiki.
Kekurangan ini dalam pandangan saya bukan bagian dari karakter dasar umat dan kebangsaan. Tapi lebih kepada dorongan buruk (nafs amarah) yang kerap masih mendominasi kehidupan komunal (jama’i) anak-anak bangsa, termasuk Komunitas Muslim di luar negeri.
Tanpa tendensi memburuk-memburukkan, tapi lebih kepada "self introspection" dan "self correction" di sini saya sampaikan sebagian dari kelemahan dan keburukan yang kerap terjadi pada Komunitas Muslim Indonesia di mancanegara, termasuk Amerika.
tulis komentar anda