Iklan Layanan Masyarakat Kunci Edukasi HPTL
Senin, 21 Juni 2021 - 12:30 WIB
JAKARTA - Iklan Layanan Masyarakat (ILM) berbentuk video yang didesain dengan baik berpotensi menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam mengedukasi perokok dewasa tentang cara penggunaan dan potensi risiko vape ataupun hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL) . Gagasan tersebut merupakan bagian dari diskusi strategi komunikasi publik dalam kebijakan pengurangan dampak buruk tembakau di Global Forum on Nicotine 2021, Kamis 17 Juni lalu.
“Lebih dari satu miliar orang di dunia merupakan perokok. Banyak dari mereka membutuhkan alternatif pilihan untuk berhenti, termasuk saya. Setelah 35 tahun menjadi perokok, saya mempelajari vape dan memutuskan untuk beralih," ujar Mirosław Dworniczak, Akademisi di Departemen Kimia, Universitas Adam Mickiewicz, Polandia.
"Dari sana, saya melihat pentingnya informasi akurat tentang alternatif yang tersedia untuk berhenti merokok. Sayangnya, masih banyak informasi beredar yang salah dan tidak berbasis bukti. Akibatnya, banyak perokok yang ragu untuk beralih,” sambungnya.
Direktur Ikatan Ilmiah Internasional Juul Labs, Sairah Salim menjelaskan agar bisa menyajikan informasi produk alternatif merokok yang akurat, dibutuhkan rencana komunikasi dan penyusunan regulasi yang disusun berdasarkan bukti ilmiah.
“Perokok membutuhkan komunikasi yang transparan dan terus-menerus. Karenanya, komitmen terhadap inovasi dan komunikasinya perlu didukung oleh regulasi yang tepat sasaran agar kita semua dapat bersama-sama mengurangi dampak buruk dari merokok,” kata Salim.
Salim menilai pelibatan berbagai pemangku kepentingan sangat krusial dalam mengomunikasikan profil risiko HPTL. Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait perlu mendiskusikan cara terbaik dalam menyampaikan bukti ilmiah terkait produk alternatif tembakau. Harapannya, para perokok dapat mempertimbangkan semua pilihan dan risiko yang tersedia sebelum memutuskan untuk beralih dari merokok.
Pemerataan Informasi
Di Indonesia, informasi tentang HPTL sudah semakin banyak tersedia di berbagai platform. Namun, jumlah konten-konten tersebut belum sebanyak misinformasi yang beredar terhadap produk HPTL. Akibatnya, situasi tersebut menyebabkan salah kaprah di kalangan masyarakat yang belum memahami produk alternatif merokok.
Kajian tim peneliti Universitas Sahid Indonesia menunjukkan sebanyak 52,4% dari 930 responden belum mengetahui adanya produk alternatif merokok yang lebih rendah risiko. Dengan demikian, komunikasi publik terhadap HPTL masih perlu digalakkan agar masyarakat mendapat informasi yang utuh, tepercaya, dan berbasis bukti dalam menyikapi keberadaan HPTL.
“Lebih dari satu miliar orang di dunia merupakan perokok. Banyak dari mereka membutuhkan alternatif pilihan untuk berhenti, termasuk saya. Setelah 35 tahun menjadi perokok, saya mempelajari vape dan memutuskan untuk beralih," ujar Mirosław Dworniczak, Akademisi di Departemen Kimia, Universitas Adam Mickiewicz, Polandia.
"Dari sana, saya melihat pentingnya informasi akurat tentang alternatif yang tersedia untuk berhenti merokok. Sayangnya, masih banyak informasi beredar yang salah dan tidak berbasis bukti. Akibatnya, banyak perokok yang ragu untuk beralih,” sambungnya.
Direktur Ikatan Ilmiah Internasional Juul Labs, Sairah Salim menjelaskan agar bisa menyajikan informasi produk alternatif merokok yang akurat, dibutuhkan rencana komunikasi dan penyusunan regulasi yang disusun berdasarkan bukti ilmiah.
“Perokok membutuhkan komunikasi yang transparan dan terus-menerus. Karenanya, komitmen terhadap inovasi dan komunikasinya perlu didukung oleh regulasi yang tepat sasaran agar kita semua dapat bersama-sama mengurangi dampak buruk dari merokok,” kata Salim.
Salim menilai pelibatan berbagai pemangku kepentingan sangat krusial dalam mengomunikasikan profil risiko HPTL. Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait perlu mendiskusikan cara terbaik dalam menyampaikan bukti ilmiah terkait produk alternatif tembakau. Harapannya, para perokok dapat mempertimbangkan semua pilihan dan risiko yang tersedia sebelum memutuskan untuk beralih dari merokok.
Pemerataan Informasi
Di Indonesia, informasi tentang HPTL sudah semakin banyak tersedia di berbagai platform. Namun, jumlah konten-konten tersebut belum sebanyak misinformasi yang beredar terhadap produk HPTL. Akibatnya, situasi tersebut menyebabkan salah kaprah di kalangan masyarakat yang belum memahami produk alternatif merokok.
Kajian tim peneliti Universitas Sahid Indonesia menunjukkan sebanyak 52,4% dari 930 responden belum mengetahui adanya produk alternatif merokok yang lebih rendah risiko. Dengan demikian, komunikasi publik terhadap HPTL masih perlu digalakkan agar masyarakat mendapat informasi yang utuh, tepercaya, dan berbasis bukti dalam menyikapi keberadaan HPTL.
(kri)
tulis komentar anda