Menemukan Keseimbangan Antara Kerja dan Keluarga
Kamis, 27 Mei 2021 - 16:14 WIB
Mereka yang sudah terlampau jenuh, mengeluh bahwa kerja mereka sekarang 24 jam sehari. Mereka yang sudah hampir frustrasi, bilang hari libur atau akhir pekan masih harus diperas keringat, otak, dan tenaganya untuk bekerja. Nyaris tidak ada ruang untuk keperluan pribadi atau keluarga.
Keseimbangan Optimum
Gelombang kedua pandemi sedang di depan mata. India yang paling parah. Singapura dan Malaysia sedang kembali menutup diri menghindari kemungkinan menjadi seperti India. Sementara pandemi yang sudah melewati batas psikologis satu tahun telah membuat perekonomian dan kehidupan sosial berantakan. Kita sedang berjuang memulihkannya.
Setelah melewati perjalanan sulit, ekonomi kita menunjukkan tanda-tanda menggeliat, meskipun belum berhasil melewati angka pertumbuhan positif. Tetapi trennya meningkat. Beberapa kantor dan usaha mulai mengupayakan kembalinya para pekerja di kantor-kantor, meskipun belum menuju ke angka normal sebagaimana sebelum pandemi.
Menyeimbangkan urusan pekerjaan dan keluarga bagi kaum pekerja atau pegawai tidaklah mudah. Selalu ada upaya gagal-coba gagal-coba sampai terbentuk suatu pola yang relatif dapat diakomodasi oleh pemberi kerja dan diterima oleh pegawai. Saya mengamati dari kejauhan, dari pemberitaan-pemberitaan, dari cerita-cerita orang-orang di kanan kiri, dan menyimpulkan satu hal: tidak ada satu pola baku yang sama untuk setiap kantor atau jenis pekerjaan atau jenis usaha yang dapat diperlakukan secara sama untuk kantor atau jenis pekerjaan lain yang berbeda.
Oleh karena itu, tantangan terbesar bagi organisasi atau korporasi hari ini adalah bagaimana unit pengelola SDM atau HRD memetakan secara presisi dan cepat mekanisme keseimbangan antara work from home dan work from office yang memberikan hasil optimum bagi organisasi atau korporasi dalam situasi yang serba tidak pasti seperti sekarang ini. Demografi setiap pegawai harus dipetakan secara mendalam dan mendetail, termasuk perubahan-perubahan perilaku yang mengiringi perubahan pola kerja WFH-WFO ini. Kinerja dari setiap unit juga harus dimonitor dan dikendalikan untuk menghindari ancaman penurunan kinerja organisasi atau korporasi secara keseluruhan.
Pengelola SDM dalam organisasi dituntut untuk mampu mencari terobosan dari hasil pemetaan tersebut, sehingga akan dihasilkan suatu pola yang dapat diterapkan secara lebih efektif dan efisien. Tekanan psikologis pegawai atau pekerja harus dapat dikanalisasi atau dikompensasi sehingga tidak mengganggu sistem yang sedang diterapkan, sedangkan tuntutan pencapaian/kinerja harus dikendalikan oleh para manajer dan pemimpin unit.
Membangun dan mencari keseimbangan, sebagaimana hukum alam, selalu memerlukan waktu. Tetapi prinsip pokoknya sama seperti ketika kita belajar naik sepeda ketika kanak-kanak dulu: untuk mendapatkan keseimbangan terbaik, tetaplah kayuhlah pedalmu dan jangan berhenti mengayuh. Itu artinya, kita tidak bisa berhenti berusaha dan bersiasat menghadapi pandemi ini.
Keseimbangan Optimum
Gelombang kedua pandemi sedang di depan mata. India yang paling parah. Singapura dan Malaysia sedang kembali menutup diri menghindari kemungkinan menjadi seperti India. Sementara pandemi yang sudah melewati batas psikologis satu tahun telah membuat perekonomian dan kehidupan sosial berantakan. Kita sedang berjuang memulihkannya.
Setelah melewati perjalanan sulit, ekonomi kita menunjukkan tanda-tanda menggeliat, meskipun belum berhasil melewati angka pertumbuhan positif. Tetapi trennya meningkat. Beberapa kantor dan usaha mulai mengupayakan kembalinya para pekerja di kantor-kantor, meskipun belum menuju ke angka normal sebagaimana sebelum pandemi.
Menyeimbangkan urusan pekerjaan dan keluarga bagi kaum pekerja atau pegawai tidaklah mudah. Selalu ada upaya gagal-coba gagal-coba sampai terbentuk suatu pola yang relatif dapat diakomodasi oleh pemberi kerja dan diterima oleh pegawai. Saya mengamati dari kejauhan, dari pemberitaan-pemberitaan, dari cerita-cerita orang-orang di kanan kiri, dan menyimpulkan satu hal: tidak ada satu pola baku yang sama untuk setiap kantor atau jenis pekerjaan atau jenis usaha yang dapat diperlakukan secara sama untuk kantor atau jenis pekerjaan lain yang berbeda.
Oleh karena itu, tantangan terbesar bagi organisasi atau korporasi hari ini adalah bagaimana unit pengelola SDM atau HRD memetakan secara presisi dan cepat mekanisme keseimbangan antara work from home dan work from office yang memberikan hasil optimum bagi organisasi atau korporasi dalam situasi yang serba tidak pasti seperti sekarang ini. Demografi setiap pegawai harus dipetakan secara mendalam dan mendetail, termasuk perubahan-perubahan perilaku yang mengiringi perubahan pola kerja WFH-WFO ini. Kinerja dari setiap unit juga harus dimonitor dan dikendalikan untuk menghindari ancaman penurunan kinerja organisasi atau korporasi secara keseluruhan.
Pengelola SDM dalam organisasi dituntut untuk mampu mencari terobosan dari hasil pemetaan tersebut, sehingga akan dihasilkan suatu pola yang dapat diterapkan secara lebih efektif dan efisien. Tekanan psikologis pegawai atau pekerja harus dapat dikanalisasi atau dikompensasi sehingga tidak mengganggu sistem yang sedang diterapkan, sedangkan tuntutan pencapaian/kinerja harus dikendalikan oleh para manajer dan pemimpin unit.
Membangun dan mencari keseimbangan, sebagaimana hukum alam, selalu memerlukan waktu. Tetapi prinsip pokoknya sama seperti ketika kita belajar naik sepeda ketika kanak-kanak dulu: untuk mendapatkan keseimbangan terbaik, tetaplah kayuhlah pedalmu dan jangan berhenti mengayuh. Itu artinya, kita tidak bisa berhenti berusaha dan bersiasat menghadapi pandemi ini.
(zik)
tulis komentar anda