3 Koalisi yang Mungkin Terbentuk di Pilpres 2024
Selasa, 25 Mei 2021 - 15:23 WIB
JAKARTA - Ahli hukum tata negara Refly Harun menyebut akan ada tiga koalisi atau arus calon presiden dalam Pilpres 2024 . Ketiganya adalah arus Istana, arus in between, dan arus di luar Istana.
Menuruy Refly, pasangan capres-cawapres dari arus Istana yang paling menggema saat ini adalah Prabowo Subianto -Puan Maharani. Pasangan ini kemungkinan didukung PDIP dan Partai Gerindra.
Koalisi kedua adalah koalisi Partai Nasdem dan Partai Golkar. Koalisi ini, kata Refly, dipimpin Nasdem. Mitra potensialnya adalah Golkar.
Lalu, koalisi terakhir adalah koalisi non Istana. Koalisi ini akan dipelopori oleh PKS. Kalau PKS, PAN, dan Demokrat masih terikat sebagai partai non-Istana, mereka bisa membentu koalisi. "PKS 50 kursi, PAN 44 kursi, itu berarti sudah 94 kursi, ditambah Demokrat dengan 54 kursi. Jadi cukup juga, 140-an juga (kursi)," kata Refly dikutip dari Channel YouTube Refy Harun, Selasa (25/5/2021).
Sisanya, kata Refly, PKB sangat mungkin ke arah koalisi Istana. Sementara, PPP bisa bergabung dengan koalisi non-Istana.
Kalau Ganjar Pranowo tidak dipakai PDIP sementara elektabilitasnya tinggi, sangat mungkin Ganjar bisa dipakai oleh dua koalisi yakni koalisi yang digagas Nasdem dan koalisi yang dipelopori PKS. "Tapi bargaining position-nya barangkali akan sedikit melemah. Barangkali bukan sebagai calon presiden, tetapi sebagai wakil presiden," kata Refly.
Tetapi, kalau elektabilitas Ganjar nomor satu, bisa jadi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan berubah pikiran. "Tapi, kalau elektabilitasnya terakhir ini kalah sama Anies, kalah sama Prabowo, dan dia cuma nomor tiga, Ganjar tidak akan mendapatkan kereta dari koalisi PDIP dan Gerindra," jelasnya.
Lihat Juga: Teliti Langkah Cak Imin sebagai Cawapres 2024, Mahasiswa S2 Paramadina Ini Raih IPK 3,95
Menuruy Refly, pasangan capres-cawapres dari arus Istana yang paling menggema saat ini adalah Prabowo Subianto -Puan Maharani. Pasangan ini kemungkinan didukung PDIP dan Partai Gerindra.
Koalisi kedua adalah koalisi Partai Nasdem dan Partai Golkar. Koalisi ini, kata Refly, dipimpin Nasdem. Mitra potensialnya adalah Golkar.
Lalu, koalisi terakhir adalah koalisi non Istana. Koalisi ini akan dipelopori oleh PKS. Kalau PKS, PAN, dan Demokrat masih terikat sebagai partai non-Istana, mereka bisa membentu koalisi. "PKS 50 kursi, PAN 44 kursi, itu berarti sudah 94 kursi, ditambah Demokrat dengan 54 kursi. Jadi cukup juga, 140-an juga (kursi)," kata Refly dikutip dari Channel YouTube Refy Harun, Selasa (25/5/2021).
Sisanya, kata Refly, PKB sangat mungkin ke arah koalisi Istana. Sementara, PPP bisa bergabung dengan koalisi non-Istana.
Kalau Ganjar Pranowo tidak dipakai PDIP sementara elektabilitasnya tinggi, sangat mungkin Ganjar bisa dipakai oleh dua koalisi yakni koalisi yang digagas Nasdem dan koalisi yang dipelopori PKS. "Tapi bargaining position-nya barangkali akan sedikit melemah. Barangkali bukan sebagai calon presiden, tetapi sebagai wakil presiden," kata Refly.
Tetapi, kalau elektabilitas Ganjar nomor satu, bisa jadi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan berubah pikiran. "Tapi, kalau elektabilitasnya terakhir ini kalah sama Anies, kalah sama Prabowo, dan dia cuma nomor tiga, Ganjar tidak akan mendapatkan kereta dari koalisi PDIP dan Gerindra," jelasnya.
Lihat Juga: Teliti Langkah Cak Imin sebagai Cawapres 2024, Mahasiswa S2 Paramadina Ini Raih IPK 3,95
(zik)
tulis komentar anda