Puasa dan Kesalehan Kolektif
Selasa, 11 Mei 2021 - 06:35 WIB
Karakter seperti ini sangat diperlukan dalam situasi sulit menghadapi Covid-19. Kepedulian orang yang bertakwa akan mendorong gerakan berinfak. Menahan amarah akan meredam konflik, memaafkan orang akan menghadirkan kedamaian. Interaksi kemanusiaan (humanisme) akan semakin kuat sebagai perwujudan hablum minannas. Ditambah lagi, seringnya mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya akan mendekatkan seseorang kepada Sang Khaliq (hablum minallah).
Kesalehan Multidimensi
Dalam membangun sebuah bangsa, tidak cukup hanya dengan kesalehan pribadi saja, tetapi juga diperlukan kesalehan secara kolektif dalam masyarakat.
Ramadan membentuk pribadi-pribadi yang memiliki kesalehan individu. Jika dalam masyarakat banyak terdapat kesalehan pribadi, maka akan terbentuklah kesalehan kolektif, yang akan bertransformasi menjadi kesalehan multidimensi, baik secara pribadi maupun kolektif. Kesalehan secara kolektif inilah yang diharapkan bisa memperbaiki kondisi bangsa dan negara yang sedang terpuruk, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik.
Pertama, kesalehan sosial. Salah satu tujuan berpuasa selain untuk menahan lapar, haus, dan syahwat adalah bisa merasakan penderitaan orang miskin yang memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Tempaan berpuasa selama sebulan penuh akan melahirkan sikap rendah hati, berempati dengan penderitaan orang lain, sehingga mau berbagi dengan sesama. Allah SWT menegaskan bahwa dalam setiap harta terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan haknya (51/19), bukan sebaliknya, memakan dan merampas hak orang lain. Kesalehan sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat diharapkan bisa menyelesaikan masalah sosial yang ditimbulkan oleh Covid-19.
Kedua, kesalehan ekonomi. Ramadan juga memberikan pelajaran berharga bagi kita dalam menjaga aktivitas ekonomi secara seimbang, mulai dari mengatur pola konsumsi, membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari, hingga penggunaan uang sebagai nilai tukar terhadap barang dan jasa secara riil. Allah SWT melarang aktivitas ekonomi yang mengandung unsur judi (maysir), transaksi yang tidak jelas (ghoror),dan riba(3/130). Kesalehan ekonomi akan menuntun kita menggunakan harta secara bijak sehingga tidak menimbulkan bubble economy, yang hanya mengejar keuntungan sesaat dengan menghalalkan segala cara.
Ketiga, kesalehan politik. Ramadan adalah kawah candradimuka untuk melatih komitmen dan perilaku kita kepada Allah SWT, selama dua puluh empat jam kita diberi kesempatan untuk berbuat baik, tidak boleh menipu, korupsi, melakukan intimidasi, karena yakin setiap perbuatan kita akan diawasi oleh Allah SWT. Sehingga, pasca-Ramadan akan menjadi kebiasaan baru dalam seluruh aspek kehidupan termasuk politik. Kesalehan politik para pemimpin bangsa akan menjadikan politik sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT (51/56) sehingga lambat laun stigma politik itu kotor akan bisa hilang dengan sendirinya.
Idulfitri selalu menimbulkan harapan akan terbentuknya pola keseimbangan baru, baik yang bersifat hubungan dengan Allah SWT (hablum minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Setelah melalui rangkaian ibadah selama satu bulan penuh, akan muncul sosok baru dengan tingkat spiritual yang tinggi. Manifestasi tingkat spiritual tersebut tergambar dalam kesalehan individu. Banyak persoalan bangsa yang kita hadapi hari ini, terutama dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19. Vaksin menjadi salah satu instrumen penting untuk memperkuat daya tahan tubuh, tetapi ada persoalan yang jauh lebih penting yang kita hadapi, yaitu merosotnya nilai-nilai kemanusiaan. Dengan begitu, dibutuhkan kesalehan pribadi dan kesalehan kolektif yang akan berpengaruh pada aspek sosial, ekonomi, dan politik agar bisa menyelesaikan persoalan multidimensi yang sedang melilit bangsa. Wallahu’alam bishawab.
Kesalehan Multidimensi
Dalam membangun sebuah bangsa, tidak cukup hanya dengan kesalehan pribadi saja, tetapi juga diperlukan kesalehan secara kolektif dalam masyarakat.
Ramadan membentuk pribadi-pribadi yang memiliki kesalehan individu. Jika dalam masyarakat banyak terdapat kesalehan pribadi, maka akan terbentuklah kesalehan kolektif, yang akan bertransformasi menjadi kesalehan multidimensi, baik secara pribadi maupun kolektif. Kesalehan secara kolektif inilah yang diharapkan bisa memperbaiki kondisi bangsa dan negara yang sedang terpuruk, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik.
Pertama, kesalehan sosial. Salah satu tujuan berpuasa selain untuk menahan lapar, haus, dan syahwat adalah bisa merasakan penderitaan orang miskin yang memiliki keterbatasan dalam mengonsumsi makanan dan minuman. Tempaan berpuasa selama sebulan penuh akan melahirkan sikap rendah hati, berempati dengan penderitaan orang lain, sehingga mau berbagi dengan sesama. Allah SWT menegaskan bahwa dalam setiap harta terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan haknya (51/19), bukan sebaliknya, memakan dan merampas hak orang lain. Kesalehan sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat diharapkan bisa menyelesaikan masalah sosial yang ditimbulkan oleh Covid-19.
Kedua, kesalehan ekonomi. Ramadan juga memberikan pelajaran berharga bagi kita dalam menjaga aktivitas ekonomi secara seimbang, mulai dari mengatur pola konsumsi, membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan hidup sehari-hari, hingga penggunaan uang sebagai nilai tukar terhadap barang dan jasa secara riil. Allah SWT melarang aktivitas ekonomi yang mengandung unsur judi (maysir), transaksi yang tidak jelas (ghoror),dan riba(3/130). Kesalehan ekonomi akan menuntun kita menggunakan harta secara bijak sehingga tidak menimbulkan bubble economy, yang hanya mengejar keuntungan sesaat dengan menghalalkan segala cara.
Ketiga, kesalehan politik. Ramadan adalah kawah candradimuka untuk melatih komitmen dan perilaku kita kepada Allah SWT, selama dua puluh empat jam kita diberi kesempatan untuk berbuat baik, tidak boleh menipu, korupsi, melakukan intimidasi, karena yakin setiap perbuatan kita akan diawasi oleh Allah SWT. Sehingga, pasca-Ramadan akan menjadi kebiasaan baru dalam seluruh aspek kehidupan termasuk politik. Kesalehan politik para pemimpin bangsa akan menjadikan politik sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT (51/56) sehingga lambat laun stigma politik itu kotor akan bisa hilang dengan sendirinya.
Idulfitri selalu menimbulkan harapan akan terbentuknya pola keseimbangan baru, baik yang bersifat hubungan dengan Allah SWT (hablum minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablum minannas). Setelah melalui rangkaian ibadah selama satu bulan penuh, akan muncul sosok baru dengan tingkat spiritual yang tinggi. Manifestasi tingkat spiritual tersebut tergambar dalam kesalehan individu. Banyak persoalan bangsa yang kita hadapi hari ini, terutama dampak yang ditimbulkan oleh Covid-19. Vaksin menjadi salah satu instrumen penting untuk memperkuat daya tahan tubuh, tetapi ada persoalan yang jauh lebih penting yang kita hadapi, yaitu merosotnya nilai-nilai kemanusiaan. Dengan begitu, dibutuhkan kesalehan pribadi dan kesalehan kolektif yang akan berpengaruh pada aspek sosial, ekonomi, dan politik agar bisa menyelesaikan persoalan multidimensi yang sedang melilit bangsa. Wallahu’alam bishawab.
(bmm)
tulis komentar anda