Tetapkan 1 Ramadan Tanggal 11 Maret 2024, Muhammadiyah: Mungkin Idulfitri dan Iduladha Akan Sama

Sabtu, 20 Januari 2024 - 15:51 WIB
loading...
Tetapkan 1 Ramadan Tanggal 11 Maret 2024, Muhammadiyah: Mungkin Idulfitri dan Iduladha Akan Sama
Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan awal Ramadan jatuh pada 11 Maret 2024 dan Idulfitri pada 10 April 2024 serta Iduladha hari Senin (17/6/2024). Foto: MPI/Erfan Erlin
A A A
YOGYAKARTA - Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumumkan awal Ramadan jatuh pada 11 Maret 2024 dan Idulfitri pada 10 April 2024 serta Iduladha hari Senin (17/6/2024). Penetapan tersebut berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan dengan ditetapkannya awal Ramadan, Idulfitri, dan Dzulhijah, maka bagi kaum muslimin khususnya warga Muhammadiyah dan umat Islam yang mengikuti pedoman hisabulhillal dan nanti yang meyakininya untuk memulai ibadah puasa, Idulfitri, dan Iduladha sebagaimana telah Muhammadiyah maklimatkan hari ini.

"Kenapa kami umumkan hari ini? Kami PP Muhammadiyah tidak mendahului siapa pun," ujarnya di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (20/1/2024).



Menurut Haedar, pengumuman dan maklumat ini hal lumrah terjadi setiap tahun sebagaimana juga sebagai organisasi Islam bahkan negara mengeluarkan kalender baik hijriyah yang berisi tanggal-tanggal atau bulan dalam hijriyah yang ada irisannya dengan kegiatan-kegiatan ritual ibadah atau pemerintah kalender miladiyah yang terkait tanggal menyangkut kegiatan publik baik tingkat negara maupun global.

Jadi, maklumat atau pengumunan Muhammadiyah ini maklumat yang normal terjadi. Dan maklumat ini dilakukan karena mereka menggunakan metode hisab atau metode hisab hakiki hiasabul hilal. Sehingga hal ini perlu disampaikan agar tidak lagi menjadi diskusi atau polemik.

Haedar menuturkan boleh jadi nanti ada perbedaan awal Ramadan terutama awal puasa dan mungkin ada kesamaan Idulfitri dan Iduladha. Namun juga ada yang berbeda seperti tiap tahun di kelompok-kelompok kecil di Tanah Air.

Dia mengimbau baik kesamaan ataupun perbedaan itu harus menjadikan kaum muslimin itu terbiasa. Menurutnya, pasti ada perbedaan baik dal toleran tasamuf bahkan tanawud (perbedaan cara dalam hal menjalankan ibadah) termasuk memulai bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah. Sehingga perbedaan ini justru akan memperkuat umat Islam dalam beribadah.

"Karena memang selama masih ada perbedaan di dalam Islam antar metode. maka akan selalu ada perbedaan dalam penentuan awal Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha," tambahnya.

Muhammadiyah selama ini secara terbuka, demokratif, argumentatif memberikan solusi yakni disusunnya dan diterimanya kalender global internasional, kalender islam unifikasi. Hal ini memerlukan proses terus menerus yang sebenarnya telah dimulai ketika ada pertemuan organisasi dan negara Islam di Turki 2016.

Hanya saja, untuk perwujudan satu kalender Islam global memerlukan waktu. Sehingga kalau memiliki kalender Islam global itu seperti kalender miladiyah tidak lagi ada perbedaan-perbedaan. Dan tidak ada lagi kegiatan yang bersifat membuat masyarakat menjadi berbeda dalam penentuan.

"Dan ini adalah utang umat Islam peradaban. Umat Islam ini kan dengan perintah iqro saja harus menjadi umat dan bangsa yang berpikir menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sebaik mungkin dan rasional," ujar Haedar.

Dia mengimbau baik ada kesamaan dan perbedaan maka tidak kalah pentingnya memaknai ibadah Ramadan dan Idulfitri ataupun Dzulhijah untuk melahirkan keislaman yang lebih baik. Namun jika nanti berbeda maka itu tidak perlu ribut di media sosial karena justru membuat nilai ibadah berkurang.
(jon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1626 seconds (0.1#10.140)