Waspadai Penyebaran Covid-19 Super Cepat dari Klaster Bukber dan Tarawih

Jum'at, 30 April 2021 - 16:53 WIB
Kemenkes meminta masyarakat waspada terjadinya superspreader atau penularan Covid-19 dengan cepat dalam waktu singkat dari klaster buka bersama hingga tarawih di sejumlah wilayah. FOTO/IST
JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi meminta masyarakat waspada terjadinya superspreader atau penularan Covid-19 dengan cepat dalam waktu singkat dari klaster buka puasa bersama (bukber) hingga tarawih di sejumlah wilayah.

"Kita sudah mengetahui beberapa minggu ini munculnya berbagai klaster yang kita lihat mulai dari adanya klaster perkantoran, kelas buka bersama, kemudian klaster tarawih di Banyumas, klaster mudik di Pati, dan klaster takziah di Semarang. Dan tentunya ini sangat mengkhawatirkan kita karena kemungkinan terjadinya superspreader terjadi pada klaster ini," kata Nadia dalam konferensi pers Indikasi Lonjakan Kasus Covid-19, Jumat (30/4/2021).

Nadia mengatakan superspreader ini bisa terjadi dalam waktu singkat dikarenakan interaksi tanpa menjalankan protokol kesehatan ketat, sehingga menyebabkan munculnya kasus positif di berbagai klaster ini.

Baca juga: Update Corona 30 April 2021: Positif 1.668.368 Orang, 1.522.634 Sembuh, dan 45.521 Orang Meninggal

"Terutama kita ketahui bahwa terdapat tiga faktor utama yang diduga terkait dengan adanya klaster ini. Yang pertama adalah tentunya kelalaian kita dalam melaksanakan protokol kesehatan, terutama saat melaksanakan ibadah tarawih berjamaah," kata Nadia.



Ia mencontohkan klaster tarawih di Banyumas, Jawa Tengah yang menyebabkan 51 orang positif Covid-19. "Ini tadi kami sudah sampaikan bahwa ada klaster di Banyumas, yang tentunya informasi ini kami dapatkan bahwa di Banyumas tersebut terdapat 51 orang yang positif Covid-19 setelah pelaksanaan salat Tarawih," katanya.

"Dan 51 orang ini salat tarawih di dalam 2 masjid yang berbeda, terpapar Covid-19 setelah ada satu jamaah yang memang sudah positif Covid-19. Jamaah tersebut walaupun sudah sakit tetap berangkat tarawih," katanya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Bertambah 5.500, Jawa Barat Tertinggi



Tentunya hal seperti ini, tegas Nadia, harus menjadi perhatian. "Bahwa kita sudah tahu bahwa ini demi keselamatan kita bersama. Pemerintah sudah memberikan sedikit relaksasi untuk kita melakukan ibadah kita, tapi harus melakukan protokol kesehatannya ketat," katanya.

"Dan kita juga harus tahu kalau kita dalam kondisi kesehatan yang kurang baik, tentunya tidak atau menunda sampai kemudian kita sehat, untuk kemudian berangkat tarawih atau pun melakukan aktivitas bersama jamaah lainnya," kata Nadia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(abd)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More