Polarisasi Politik Akan Semakin dalam Jika PKS Jadi Oposisi Tunggal di DPR
Sabtu, 13 Maret 2021 - 13:09 WIB
JAKARTA - Kisruh kepemimpinan di Partai Demokrat disiinyalir akan memperlemah partai opisisi di DPR. Hal ini terjadi jika Partai Demokrat versi KLB yang diketuai Moeldoko diterima oleh pemerintah.
Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saiful Mujani mengatakan kondisi tersebut nantinya akan membuat PKS menjadi oposisi tunggal. "PKS akan menjadi oposisi tunggal dengan kekuatan yang tak berarti," katanya dalam keterangan persnya, Sabtu (13/3/2021).
Tentunya hal ini bisa menjadi kesempatan bagi PKS membesarkan diri. Hal ini mengingat PKS bisa menyasar suara masyarakat yang tak puas dengan kinerja pemerintah.
Baca juga: Kubu AHY Akan Dalami Asal Usul Uang Iming-Iming KLB Demokrat
"Jumlah (masyarakat) yang tak puas dengan kinerja pemerintah memang bukan mayoritas tapi cukup besar, sekitar 30%. Ini lahan cukup luas untuk membesarkan PKS," ungkapnya.
Namun kondisi ini, menurutnya, akan menimbulkan konsekuensi dalam perpolitikan di Indonesia. Pasalnya karakteristik PKS yang berpolitik dengan narasi Islam akan memposisikannya seolah-olah menjadi wakil umat Islam dan berhadapan dengan pemerintah. Di mana narasi ini bertemu dengan fakta bahwa umat Islam memang terbelah secara politik.
"Di dua Pilpres terakhir, umat Islam terbelah dua. Yang membuat Jokowi menang di dua pilpres itu adalah pemilih nonmuslim," ujarnya.
Baca juga: Max Sopacua Akui Beberapa Peserta KLB Demokrat Tak Punya Suara
Saiful menyebut jika PKS sebagai oposisi tunggal maka polarisasi politik akan semakin dalam. Bahkan demokrasi dan stabilitas politik Indonesia dalam ujian berat.
"Dengan PKS sebagai oposisi tunggal, polarisasi politik karena identitas kemungkinan akan semakin dalam. Demokrasi dan stabilitas politik kita dalam ujian berat," katanya.
Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saiful Mujani mengatakan kondisi tersebut nantinya akan membuat PKS menjadi oposisi tunggal. "PKS akan menjadi oposisi tunggal dengan kekuatan yang tak berarti," katanya dalam keterangan persnya, Sabtu (13/3/2021).
Tentunya hal ini bisa menjadi kesempatan bagi PKS membesarkan diri. Hal ini mengingat PKS bisa menyasar suara masyarakat yang tak puas dengan kinerja pemerintah.
Baca juga: Kubu AHY Akan Dalami Asal Usul Uang Iming-Iming KLB Demokrat
"Jumlah (masyarakat) yang tak puas dengan kinerja pemerintah memang bukan mayoritas tapi cukup besar, sekitar 30%. Ini lahan cukup luas untuk membesarkan PKS," ungkapnya.
Namun kondisi ini, menurutnya, akan menimbulkan konsekuensi dalam perpolitikan di Indonesia. Pasalnya karakteristik PKS yang berpolitik dengan narasi Islam akan memposisikannya seolah-olah menjadi wakil umat Islam dan berhadapan dengan pemerintah. Di mana narasi ini bertemu dengan fakta bahwa umat Islam memang terbelah secara politik.
"Di dua Pilpres terakhir, umat Islam terbelah dua. Yang membuat Jokowi menang di dua pilpres itu adalah pemilih nonmuslim," ujarnya.
Baca juga: Max Sopacua Akui Beberapa Peserta KLB Demokrat Tak Punya Suara
Saiful menyebut jika PKS sebagai oposisi tunggal maka polarisasi politik akan semakin dalam. Bahkan demokrasi dan stabilitas politik Indonesia dalam ujian berat.
"Dengan PKS sebagai oposisi tunggal, polarisasi politik karena identitas kemungkinan akan semakin dalam. Demokrasi dan stabilitas politik kita dalam ujian berat," katanya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda