Kubu AHY Akan Dalami Asal Usul Uang Iming-Iming KLB Demokrat

Sabtu, 13 Maret 2021 - 11:28 WIB
loading...
Kubu AHY Akan Dalami Asal Usul Uang Iming-Iming KLB Demokrat
Moeldoko ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat saat KLB di Deliserdang, Sumatera Utara. FOTO/DOK.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Pembinaan Organisasi Kaderisasi Keanggotaan Partai Demokrat (PD), Herman Khaeron menyatakan, iming-iming uang Rp100 juta dijadikan motif untuk menarik peserta KLB di Deliserdang , Sumatera Utara. Hal itu disampaikan Herman saat menghadirkan saksi dan 'testimoni' peserta KLB di DPP PD, Jumat (12/3/2021) kemarin.

"Kemudian soal uang Rp100 juta ini juga menjadi motif untuk menarik peserta KLB abal-abal yang tentu ini juga membujuk rayu peserta untuk hadir, dan bukan hanya sekedar uang transportasi," ujarnya.

Tampak 'penasaran', Herman mengaku pihaknya selaku kubu Partai Demokrat di bawah Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan mendalami asal usul uang yang digunakan untuk membujuk rayu peserta Kongres yang menjadikan KSP, Moeldoko sebagai Ketua Umum versi KLB itu.

Baca juga: Ketua DPC Demokrat di Bali Terima Telepon untuk Dukung KLB, Plus Iming-iming

"(Sumber uang Rp100 juta untuk peserta) ini juga didalami, apa, dari mana dan uang siapa, yang tentu motif uang-uang ini akan diterangkan oleh yang hadir maupun yang tidak hadir di KLB abal-abal Deliserdang," ungkapnya.

Adapun kasaksian dan testimoni yang dihadirkan adalah mantan Ketua DPC PD Bolang Mongondow, Sulawesi Utara, Rahman Dontili. Rahman melalui tayangan video mengungkapkan dirinya salah satu peserta KLB yang mengaku telah menerima uang Rp100 juta.

Rahman Dontili dalam kesaksiannya menyebut dirinya memang menerima uang tersebut. Tapi, ia melihat banyak kejanggalan di KLB itu sehingga ia melaporkan hasil KLB ke DPP PD, termasuk dirinya yang menerima uang sekira Rp100 juta.

Baca juga: Usai Terima Uang Rp100 Juta, Peserta KLB Sumut Ngaku Langsung Lapor ke AHY

"Perlu saya sampaikan, saya juga orang yang memang menerima uang Rp100 juta tapi bukan berarti saya harus diam ketika melihat ketidakbenaran ini. Saya menerima Rp100 juta tapi tidak bisa diam setelah balik dari sana saya coba menghubungi DPP dan melaporkan karena masih mencintai Partai Demokrat ini," kata Rahman.

(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1036 seconds (0.1#10.140)