Kampus Mengajar

Jum'at, 12 Maret 2021 - 05:10 WIB
Barangkali tepat pandangan Michel Foucault bahwa komitmen intelektual untuk mempertanyakan ketidakadilan dan menyuarakan kebenaran tidak cukup. Kaum intelektual harus memiliki komitmen terhadap dirinya sendiri untuk tidak ingkar terhadap posisinya. Pandangan kaum intelektual harus “cerah” agar tidak masuk golongan intelektual yang dulu digambarkan Gramsci sebagai kaum terpelajar yang mampu memberikan pencerahan dan penyadaran semata atau yang disebut dengan organic intellectual.

Dalam benak penulis, jangan sampai tragedi intelektual terlahir kembali gara-gara terjebak nafsu material yang kian membuncah. Di mana menurut istilah Gramsci adalah tipe intelektual yang bersifat traditional intellectual atau intelektual yang menjadi kaki tangan kaum kapitalis ataupun aparatus pemerintah. Rasa cemas ini karena sesungguhnya, sadar atau tidak sadar, kaum intelektual saat ini banyak terjebak menjadi bagian dari tujuan kapitalis dan aparatur pemerintahan. Pada akhirnya, tugas mulia kaum intelektual untuk melakukan penyadaran kelas hanya menjadi ilusi tanpa aksi.

Untuk itulah, melalui program “suci” Kampus Mengajar, kaum intelektual harus mengambil alih langkah meneriakkan sebuah ketidakadilan. Kaum intelektual tak boleh lagi menjadi lupa memainkan peran sebagai gemuruh suara dari yang tidak bersuara serta harapan dari yang tidak memiliki harapan di hadapan kekuasaan. Kampus Mengajar harus menjadi ladang kebajikan bagi kaum intelektual untuk melanjutkan pilihan dan keberpihakan yang jelas atas sebuah ketidakadilan.

Tanggung Jawab Intelektual

Agenda Kampus Mengajar tentu strategis posisinya, karena pelaku adalah kaum intelektual yang dianggap mampu menyampaikan patokan moral pada masyarakat. Kaum intelektual dianggap memiliki pengetahuan yang mampu mengubah nasib peradaban manusia. Dia adalah komunitas terpilih yang manjur dalam berbicara tentang kebenaran sehingga maju mundurnya peradaban umat manusia dianggap (dan ditentukan) dari seberapa jauh peranan maupun gerakan kaum intelektual menyampaikan kebenaran dan menyelesaikan persoalan.

Rakyat memberikan legitimasi kaum intelektual yang dianggap mengetahui dan mampu menyampaikan kebijaksanaan (wisdom) menghadapi persoalan kehidupan. Rakyat ingin tanggung jawab kaum intelektual dilaksanakan secara benar dan tepat sasaran. Peran dan kepercayaan rakyat yang diberikan kepada kaum intelektual akan menghasilkan generasi penerus bangsa yang produktif, berharga, dan bernilai secara moral.

Kampus Mengajar yang memberikan peran pada kaum intelektual perlu dikelola dan dimanfaatkan supaya lebih berkualitas, melahirkan manusia bermoral, cerdas, dan kompetitif. Tanggung jawab Kampus Mengajar melalui para intelektual sangat menentukan kualitas moral dan arah setiap generasi dalam mengambil keputusan serta tingkah laku. Karena tanggung jawab intelektual melalui Kampus Mengajar merupakan bagian integritas yang harus terus dibangun agar menjadi pijakan bagi generasi ke depan sebagai harapan dan penerus bangsa Indonesia.

Terakhir, penulis berharap melalui agenda Kampus Mengajar, peranan kaum intelektual berani menempatkan diri sebagai penerus bangsa yang kelak akan menentukan masa depan bangsa. Saat ini, bangsa Indonesia merindukan kaum intelektual yang mampu memandang masa depan dirinya sendiri dan bangsanya. Seluruh kaum intelektual yang terlibat dalam program Kampus Mengajar harus tegas menjunjung sikap dan pola pikir berlandaskan moral yang kokoh serta nilai kebenaran sebagai tanggung jawab mencerdaskan bangsa Indonesia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(bmm)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More