Proses Mutasi Varian COVID-19 dari Inggris B117, Begini Penjelasan Satgas

Kamis, 04 Maret 2021 - 17:55 WIB
Jubir Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito menjelaskan proses terjadinya mutasi varian COVID-19 dari Inggris atau dikenal B117 yang saat ini sudah masuk ke Indonesia. Foto/BNPB
JAKARTA - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito menjelaskan proses terjadinya mutasi varian COVID-19 dari Inggris atau dikenal B117 yang saat ini sudah masuk ke Indonesia.

“Untuk semakin mengerti soal mutasi virus ada baiknya kita belajar bersama mempelajari secara singkat soal isu ini dari kacamata ilmiah. Sebagai dasar pembelajaran, Saya akan jelaskan perbedaan beberapa istilah medis terkait mutasi agar kita bisa memahami betul isu ini,” ujar Wiku dalam update Perkembangan Penanganan COVID-19 di Indonesia secara virtual, Kamis (4/3/2021).

Wiku menjelaskan mutasi adalah proses terjadinya kesalahan saat virus memperbanyak diri. “Sehingga bentuk virus anakan tidak sama dengan virus aslinya atau parental strain. Varian adalah virus yang dihasilkan dari mutasi ini yang disebut varian. Jika varian pun menunjukkan sifat fisik yang baik, jelas maupun samar, berbeda dengan virus aslinya maka varian disebut sebagai strain,” jelasnya.



Tujuan virus bermutasi, kata Wiku ialah untuk beradaptasi dengan lingkungan. “Terkadang virus dapat muncul dan bertahan, namun juga dapat muncul lalu menghilang karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.”

Wiku pun mengungkapkan beberapa varian virus dari mutasi COVID-19 di yang telah menyebar secara global. “Beberapa varian virus penyebab COVID-19 yang sudah ditemukan menyebar secara global sejak kemunculannya di akhir tahun 2019 di Wuhan China, sampai sekarang di antaranya adalah varian B117 di wilayah Inggris. Kedua, B1351 di wilayah Afrika Selatan yang juga merupakan hasil mutasi dari virus B117 tadi. Dan P1 di wilayah Brazil,” terangnya.

Saat ini, kata Wiku, berbagai ilmuwan di dunia terus mengamati dinamika persebaran virus ini termasuk perubahan spike atau protein yang akan menempel pada reseptor sel tubuh untuk memperbanyak diri.

Wiku mengatakan di Indonesia sampai saat ini menurut hasil temuan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bahwa jumlah Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilaporkan oleh Indonesia berjumlah 495. “Dengan 471 di antaranya adalah WGS yang komplit.”

Salah satu varian mutasi virus COVID-19 yang ditemukan di Indonesia, kata Wiku, adalah varian D614G yang sudah ditemukan di Indonesia sejak April 2020. “Dan hingga Februari 2021 seluruh Whole Genome Sequencing yang dilaporkan bervarian D614G. Namun data pelaporan GGS terbaru oleh Balitbangkes menunjukkan ada dua WGS yang memiliki varian B117 dari sampel yang diambil pada bulan Februari 2021,” katanya.

Wiku pun menegaskan bahwa studi-studi semacam ini termasuk analisa genetik virus dapat membantu untuk memahami bagaimana perubahan bentuk virus yang berpengaruh pada luas penyebaran, efek gejala pada kasus positif, kemunculan pada alat testing, respons terhadap prosedur pengobatan yang umumnya digunakan, dan pengaruh terhadap efektivitas vaksin.

“Namun berita baik bagi kita semua bahwa sebagian besar mutasi tidak secara material mengubah virulensi atau kemampuan virus untuk menimbulkan penyakit, begitu juga efektivitas vaksin secara signifikan. Namun perlu diingat semakin sedikit keberadaan mutasi virus maka semakin efektif vaksin yang sedang kita kembangkan ini dapat bekerja dengan baik,” tutup Wiku.
(kri)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More