Terapi Plasma Konvalesen Bisa Sembuhkan COVID-19, Ini Faktor Penentunya
Senin, 01 Maret 2021 - 20:02 WIB
JAKARTA - Perkembangan kasus aktif di tingkat nasional saat ini berada pada angka 12%. Sedangkan target pemerintah adalah menurunkan angka kasus aktif dengan meningkatkan angka kesembuhan pasien COVID-19 dan menghindari angka kematian. Karena itu, pemerintah terus mengupayakan pengobatan melalui berbagai kajian ilmiah yang terus dikembangkan, salah satunya yaitu terapi plasma konvalesen .
Deputi Bidang Penelitian Translasional dan Kepala Laboratorium Hepatitis, Lembaga Eijkman, David Handojo Muljono mengatakan, ada dua faktor penentu keberhasilan terapi plasma konvalesen dalam menyembuhkan pasien COVID-19.
"Memang ini bervariasi karena ada dua hal yang sangat menentukan yaitu donornya, donor itu termasuk ketersediaannya dan juga antibodinya. Nah itu aspek donor," kata David dalam dialog "Pekembangan Penggunaan Plasma Konvalesen Dalam Pengobatan Covid-19" secara virtual, Senin (1/3/2021).
Baca juga: Terapi Plasma Konvalesen Diharapkan Bisa Dipakai di Wilayah dengan Kasus COVID-19 Tinggi
Faktor penentu lainnya dari aspek timing. "Sedangkan aspek pasien adalah timing. Nah, timing ini penting itu. Timing artinya harus dini, dini dalam arti waktu tapi juga dini dari arti penyakit. Penyakitnya jangan tunggu terlambat tapi sedang yang nantinya mengarah ke berat, itu sudah seyogyanya sudah diberikan," kata David.
Kedua faktor ini, tegas David, menjadi faktor penentu utama agar khasiat dari terapi plasma sesuai yang diinginkan sehingga bisa menyembuhkan pasien COVID-19. "Dengan demikian khasiat yang diinginkan dari plasma ini itu bisa berguna betul. Yaitu antivirusnya dan juga regulator sistem imunnya. Jadi begitu," katanya.
Namun, David mengatakan bahwa timing menjadi sangat penting, jangan terlalu dini memberikan terapi plasma. "Jadi seperti tadi disampaikan oleh Pak Doni (Ketua Satuan Tugas COVID-19), bahwa sekarang tidak perlu tunggu terlalu lama itu bisa diberikan. Yang paling kasihan adalah timing-nya masih dini, tapi tidak ada plasma. Dalam uji klinik juga kita alami seperti itu".
Baca juga: 41,4% Kasus Covid-19 di RS Kategori Sedang, Bisa Terapi Plasma Konvalesen
"Sehingga seharusnya orang ini bisa sembuh tertolong, tapi delay, akibatnya penyakitnya bisa berkembang lebih lanjut. Nah pada waktu dia sudah diberikan ya, pada waktu dia sudah mendapatkan (plasma) ketika diberikan, efeknya sudah tidak mungkin ya seperti kalau diberikan dini," kata David.
Deputi Bidang Penelitian Translasional dan Kepala Laboratorium Hepatitis, Lembaga Eijkman, David Handojo Muljono mengatakan, ada dua faktor penentu keberhasilan terapi plasma konvalesen dalam menyembuhkan pasien COVID-19.
"Memang ini bervariasi karena ada dua hal yang sangat menentukan yaitu donornya, donor itu termasuk ketersediaannya dan juga antibodinya. Nah itu aspek donor," kata David dalam dialog "Pekembangan Penggunaan Plasma Konvalesen Dalam Pengobatan Covid-19" secara virtual, Senin (1/3/2021).
Baca juga: Terapi Plasma Konvalesen Diharapkan Bisa Dipakai di Wilayah dengan Kasus COVID-19 Tinggi
Faktor penentu lainnya dari aspek timing. "Sedangkan aspek pasien adalah timing. Nah, timing ini penting itu. Timing artinya harus dini, dini dalam arti waktu tapi juga dini dari arti penyakit. Penyakitnya jangan tunggu terlambat tapi sedang yang nantinya mengarah ke berat, itu sudah seyogyanya sudah diberikan," kata David.
Kedua faktor ini, tegas David, menjadi faktor penentu utama agar khasiat dari terapi plasma sesuai yang diinginkan sehingga bisa menyembuhkan pasien COVID-19. "Dengan demikian khasiat yang diinginkan dari plasma ini itu bisa berguna betul. Yaitu antivirusnya dan juga regulator sistem imunnya. Jadi begitu," katanya.
Namun, David mengatakan bahwa timing menjadi sangat penting, jangan terlalu dini memberikan terapi plasma. "Jadi seperti tadi disampaikan oleh Pak Doni (Ketua Satuan Tugas COVID-19), bahwa sekarang tidak perlu tunggu terlalu lama itu bisa diberikan. Yang paling kasihan adalah timing-nya masih dini, tapi tidak ada plasma. Dalam uji klinik juga kita alami seperti itu".
Baca juga: 41,4% Kasus Covid-19 di RS Kategori Sedang, Bisa Terapi Plasma Konvalesen
"Sehingga seharusnya orang ini bisa sembuh tertolong, tapi delay, akibatnya penyakitnya bisa berkembang lebih lanjut. Nah pada waktu dia sudah diberikan ya, pada waktu dia sudah mendapatkan (plasma) ketika diberikan, efeknya sudah tidak mungkin ya seperti kalau diberikan dini," kata David.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda