Belajar Menyenangkan untuk Generasi Emas
Senin, 01 Maret 2021 - 05:30 WIB
Sekolah GSM juga tidak bermasalah dengan kurikulum karena selama ini pembelajaran memang tidak berorientasi akademik, tidak ada standardisasi nilai, tidak mengenal kompetisi--misalnya siapa juara atau rangking kelas--melainkan lebih memberi ruang kepada siswa mengembangkan potensi dan keunikan dirinya masing-masing. Tujuannya agar terbentuk karakter kuat yang akan membangun ketahanan anak.
Melalui GSM, sistem belajar daring pun sudah lebih awal diperkenalkan ke siswa, termasuk belajar menggunakan aplikasi Zoom dan sejenisnya.
“Ketika pandemi kan seolah-olah semua stres karena tidak persiapkan diri. Bagi sekolah GSM, begitu ada pandemi, tidak bingung, justru mendapatkan momennya. Selama ini sekolah sudah siapkan diri, sudah dilatih punya ketahanan, punya kemampuan adaptasi, punya keterampilan-keterampilan sehingga nilai stres anak relatif rendah,” paparnya.
Dukungan Pemerintah
Pemerintah melihat konsep pendidikan well-being sebagai hal yang baik. Kepala Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman mengatakan, konsep tersebut memberikan peranan sekolah untuk mengembangkan sikap positif anak selama proses belajar, meningkatkan prestasi akademik, dan menjaga kesehatan fisik serta mental siswa.
Model pendidikan well-being disebutnya dapat mendorong siswa agar merasa aman dan bahagia di sekolah, meningkatkan kesehatan dan perilaku sosial yang baik, serta dapat mengaktualisasi potensi yang dimiliki. “Pendidikan well-being akan membangun karakter baik siswa, sikap saling menghormati setiap warga sekolah, kekompakan, kerja keras, dan nilai-nilai lain sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang saat ini menjadi visi dari Kemendikbud,” ujarnya saat dihubungi, Sabtu (27/2).
Dia menegaskan, Kemendikbud sangat mendukung gerakan-gerakan sosial yang bertujuan memberikan solusi untuk pendidikan Indonesia agar menjadi lebih baik lagi. Hal ini sejalan dengan Kebijakan Merdeka Belajar, yaitu mendorong sinergisitas antara berbagai pemangku kepentingan untuk berkontribusi dalam setiap gerakan perubahan pendidikan.
“Sinergitas pendidikan penting, sesuai dengan perannya dalam rangka terciptanya suasana belajar yang bahagia, menyenangkan, menggembirakan, dan bermakna baik bagi siswa maupun guru,” ujarnya.
Selain itu, Kemendikbud dalam mewujudkan program pembelajaran menyenangkan mendampingi peningkatan kapasitas teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bagi kepala sekolah dan guru-guru agar pembelajaran inovatif tersebut bisa diterapkan secara optimal. “Direktorat Jenderal Vokasi Kemendikbud juga menggandeng GSM untuk meningkatkan kualitas belajar siswa SMK melalui penciptaan ekosistem sekolah yang menyenangkan agar terwujud link and match pendidikan vokasi dengan dunia industri,” paparnya.
Menurut Hendarman, pendidikan karakter juga menjadi salah satu fokus kebijakan pendidikan yang diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pemerintah mengembangkan pendidikan karakter karena menyadari pentingnya menyiapkan generasi emas Indonesia 2045 yang harus siap menghadapi dinamika perubahan masa depan.
Melalui GSM, sistem belajar daring pun sudah lebih awal diperkenalkan ke siswa, termasuk belajar menggunakan aplikasi Zoom dan sejenisnya.
“Ketika pandemi kan seolah-olah semua stres karena tidak persiapkan diri. Bagi sekolah GSM, begitu ada pandemi, tidak bingung, justru mendapatkan momennya. Selama ini sekolah sudah siapkan diri, sudah dilatih punya ketahanan, punya kemampuan adaptasi, punya keterampilan-keterampilan sehingga nilai stres anak relatif rendah,” paparnya.
Dukungan Pemerintah
Pemerintah melihat konsep pendidikan well-being sebagai hal yang baik. Kepala Pusat Penguatan Karakter Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hendarman mengatakan, konsep tersebut memberikan peranan sekolah untuk mengembangkan sikap positif anak selama proses belajar, meningkatkan prestasi akademik, dan menjaga kesehatan fisik serta mental siswa.
Model pendidikan well-being disebutnya dapat mendorong siswa agar merasa aman dan bahagia di sekolah, meningkatkan kesehatan dan perilaku sosial yang baik, serta dapat mengaktualisasi potensi yang dimiliki. “Pendidikan well-being akan membangun karakter baik siswa, sikap saling menghormati setiap warga sekolah, kekompakan, kerja keras, dan nilai-nilai lain sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang saat ini menjadi visi dari Kemendikbud,” ujarnya saat dihubungi, Sabtu (27/2).
Dia menegaskan, Kemendikbud sangat mendukung gerakan-gerakan sosial yang bertujuan memberikan solusi untuk pendidikan Indonesia agar menjadi lebih baik lagi. Hal ini sejalan dengan Kebijakan Merdeka Belajar, yaitu mendorong sinergisitas antara berbagai pemangku kepentingan untuk berkontribusi dalam setiap gerakan perubahan pendidikan.
“Sinergitas pendidikan penting, sesuai dengan perannya dalam rangka terciptanya suasana belajar yang bahagia, menyenangkan, menggembirakan, dan bermakna baik bagi siswa maupun guru,” ujarnya.
Selain itu, Kemendikbud dalam mewujudkan program pembelajaran menyenangkan mendampingi peningkatan kapasitas teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bagi kepala sekolah dan guru-guru agar pembelajaran inovatif tersebut bisa diterapkan secara optimal. “Direktorat Jenderal Vokasi Kemendikbud juga menggandeng GSM untuk meningkatkan kualitas belajar siswa SMK melalui penciptaan ekosistem sekolah yang menyenangkan agar terwujud link and match pendidikan vokasi dengan dunia industri,” paparnya.
Menurut Hendarman, pendidikan karakter juga menjadi salah satu fokus kebijakan pendidikan yang diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pemerintah mengembangkan pendidikan karakter karena menyadari pentingnya menyiapkan generasi emas Indonesia 2045 yang harus siap menghadapi dinamika perubahan masa depan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda