Tingkatkan 3T, Kemenkes Libatkan Tracer dari Kader Kesehatan di Desa
Jum'at, 26 Februari 2021 - 15:20 WIB
JAKARTA - Plt Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Ditjen P2P Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ), Prima Yosephine menegaskan pemerintah terus meningkatkan 3T (tracing, testing, dan treatment) untuk melacak kasus positif COVID-19 .
"Kami dari pihak pemerintah tentu meningkatkan bagaimana 3T-nya. Kalau masyarakat sudah meningkatkan 3M-nya lewat selalu ada duta-duta perubahan perilaku. Maka pemerintah terutama Kementerian Kesehatan memang sekarang sudah memperkuat untuk testing dan tracingnya," kata Prima dalam dialog "Efektifitas PPKM Mikro: Peran Penting Masyarakat Dalam Menekan Penyebaran Covid-19" secara virtual, Jumat (26/2/2021).
Prima mengatakan upaya ini juga sejalan dengan memperkuat Posko Kesehatan Desa. "Jadi kami akan memperkuat, dengan Posko kesehatan Desa ini, memperkuat bagaimana pelaksanaan karantina dan isolasi dari semua kontak erat yang berhasil dilacak dari pelaksanaan tracing," katanya.
Baca juga: Memaksimalkan Pelacakan Digital COVID-19, Jokowi Segera Terbitkan Inpres
Dalam memperkuat 3T ini, Kemenkes akan melibatkan tracer-tracer dari unsur kader kesehatan masyarakat bahkan juga Babinsa dan Bhabinkamtibmas. "Kita juga melibatkan tracer-tracer dari yang berunsur dari masyarakat setempat. Jadi kita pakai kader-kader kesehatan yang ada di desa itu. Kita pakai Babinsa, Bhabinkamtibmas yang juga bagian dari Posko Desa untuk bisa memperkuat tracing," katanya.
Sehingga, kata Prima, jika ada kasus terkonfirmasi di salah satu wilayah, maka akan segera dilacak siapa kontak eratnya untuk kemudian dilaksanakan testing. "Kita tes, lalu kemudian kita tentukan apakah dia harus menjalankan karantina untuk yang hasil tesnya negatif atau harus menjalankan isolasi untuk yang hasil tesnya positif," katanya.
Setelah itu, Posko Desa juga diharapkan berperan untuk mengawasi orang-orang yang menjalani karantina dan isolasi. "Terutama yang pelaksanaannya untuk orang yang positif, yang ringan kan tidak perlu ke rumah sakit dilakukan isolasi terpusat namanya. Mudah-mudahan di setiap desa ada tempatnya," katanya.
Baca juga: Rapid Test Antigen Resmi Jadi Metode Pelacakan COVID-19, Ada Kemungkinan Kasus Naik
"Lalu nanti di situ teman-teman yang bertugas di dalam Posko Desa akan mengawasi orang itu bagaimana keadaannya. Jika nanti terjadi ada gejala yang timbul maka orang itu akan cepat dirujuk ke rumah sakit supaya lebih cepat pengendaliannya dan tentu angka kematian bisa dapat kita tekan," kata Prima.
"Untuk yang negatif kita pastikan dia tetap dikarantina. Untuk harinya dia nanti di tes lagi. Kami sekarang menetapkan lebih pendek. Jadi kita menerapkan 5-6 hari saja nanti dites yang kedua, begitu dia tetap negatif maka orangnya bisa kembali ke rumahnya lagi," kata Prima.
"Kami dari pihak pemerintah tentu meningkatkan bagaimana 3T-nya. Kalau masyarakat sudah meningkatkan 3M-nya lewat selalu ada duta-duta perubahan perilaku. Maka pemerintah terutama Kementerian Kesehatan memang sekarang sudah memperkuat untuk testing dan tracingnya," kata Prima dalam dialog "Efektifitas PPKM Mikro: Peran Penting Masyarakat Dalam Menekan Penyebaran Covid-19" secara virtual, Jumat (26/2/2021).
Prima mengatakan upaya ini juga sejalan dengan memperkuat Posko Kesehatan Desa. "Jadi kami akan memperkuat, dengan Posko kesehatan Desa ini, memperkuat bagaimana pelaksanaan karantina dan isolasi dari semua kontak erat yang berhasil dilacak dari pelaksanaan tracing," katanya.
Baca juga: Memaksimalkan Pelacakan Digital COVID-19, Jokowi Segera Terbitkan Inpres
Dalam memperkuat 3T ini, Kemenkes akan melibatkan tracer-tracer dari unsur kader kesehatan masyarakat bahkan juga Babinsa dan Bhabinkamtibmas. "Kita juga melibatkan tracer-tracer dari yang berunsur dari masyarakat setempat. Jadi kita pakai kader-kader kesehatan yang ada di desa itu. Kita pakai Babinsa, Bhabinkamtibmas yang juga bagian dari Posko Desa untuk bisa memperkuat tracing," katanya.
Sehingga, kata Prima, jika ada kasus terkonfirmasi di salah satu wilayah, maka akan segera dilacak siapa kontak eratnya untuk kemudian dilaksanakan testing. "Kita tes, lalu kemudian kita tentukan apakah dia harus menjalankan karantina untuk yang hasil tesnya negatif atau harus menjalankan isolasi untuk yang hasil tesnya positif," katanya.
Setelah itu, Posko Desa juga diharapkan berperan untuk mengawasi orang-orang yang menjalani karantina dan isolasi. "Terutama yang pelaksanaannya untuk orang yang positif, yang ringan kan tidak perlu ke rumah sakit dilakukan isolasi terpusat namanya. Mudah-mudahan di setiap desa ada tempatnya," katanya.
Baca juga: Rapid Test Antigen Resmi Jadi Metode Pelacakan COVID-19, Ada Kemungkinan Kasus Naik
"Lalu nanti di situ teman-teman yang bertugas di dalam Posko Desa akan mengawasi orang itu bagaimana keadaannya. Jika nanti terjadi ada gejala yang timbul maka orang itu akan cepat dirujuk ke rumah sakit supaya lebih cepat pengendaliannya dan tentu angka kematian bisa dapat kita tekan," kata Prima.
"Untuk yang negatif kita pastikan dia tetap dikarantina. Untuk harinya dia nanti di tes lagi. Kami sekarang menetapkan lebih pendek. Jadi kita menerapkan 5-6 hari saja nanti dites yang kedua, begitu dia tetap negatif maka orangnya bisa kembali ke rumahnya lagi," kata Prima.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda