Inilah Kisah Para Pejuang Kehidupan dari Atas Roda
Kamis, 25 Februari 2021 - 12:13 WIB
Bila mengingat pekerjaan serabutan yang dijalani sebelumnya, Benedi (47) tak pernah menyangka bisa berangkat umrah ke Tanah Suci. Setelah menjadi mitra pengemudi transportasi online, berangkat ke Tanah Suci bukan lagi mimpi.
Untuk mencapai sukses, orang harus menjalani proses panjang yang melelahkan. Tidak mudah memang, namun jika dijalani dengan tekad keras dan kerja cerdas, keberhasilan bukan tak mungkin dapat digenggam.
Ini sudah dibuktikan oleh Benedi. Laki-laki paruh baya kelahiran Bojonegoro, 28 Desember ini tak pernah ciut nyalinya menghadapi proses panjang yang seringkali pahit getir untuk berusaha mengubah nasib.
Semula Benedi bekerja sebagai kuli bangunan serabutan. Bagi orang-orang yang pernah bekerja serabutan, mendapat pekerjaan tetap untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sudah sangat patut untuk disyukuri.
Bahkan Benedi rela bekerja di tempat-tempat yang berbeda. “Karena kerja serabutan, ya kadang nguli, kadang pasang atap galvalum atau bangunan pom bensin. Sering di luar kota dan luar pulau, ikut orang borongan. Jadi setiap bulan pindah-pindah tempat,” ujarnya.
Semua Benedi dijalani dengan ikhlas. Meski harus jauh dari istri dan anak-anaknya, yang terpenting hasil keringatnya mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Hingga pada 2017 lalu, seorang teman dari Jakarta berbagi informasi pada Benedi.
“Waktu itu setelah pulang dari luar kota, ada informasi dari teman kalau dia bekerja jadi mitra pengemudi GrabCar dengan hasil yang lumayan.Tapi waktu itu saya belum terpikir, karena saya tidak bisa nyetir dan tidak punya mobil,” tuturnya.
Setelah berdiskusi dengan keluarga, rupanya bak gayung bersambut, semua keluarga Benedi mendukung. Tak mau menunggu lama, Benedi terus menggali informasi tentang bagaimana kondisi pekerjaan sebagai mitra pengemudi aplikasi daring, sembari mengikuti kursus menyetir selama dua pekan.
Benedi pun mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM) sebagai syarat mutlak untuk menjadi mitra pengemudi. “Dari keluarga juga inisiatif untuk memberi uang muka (DP) mobil untuk saya. Akhirnya saya daftar ke Koperasi Grab di Malang,” ujarnya.
Untuk mencapai sukses, orang harus menjalani proses panjang yang melelahkan. Tidak mudah memang, namun jika dijalani dengan tekad keras dan kerja cerdas, keberhasilan bukan tak mungkin dapat digenggam.
Ini sudah dibuktikan oleh Benedi. Laki-laki paruh baya kelahiran Bojonegoro, 28 Desember ini tak pernah ciut nyalinya menghadapi proses panjang yang seringkali pahit getir untuk berusaha mengubah nasib.
Semula Benedi bekerja sebagai kuli bangunan serabutan. Bagi orang-orang yang pernah bekerja serabutan, mendapat pekerjaan tetap untuk memenuhi kehidupan sehari-hari sudah sangat patut untuk disyukuri.
Bahkan Benedi rela bekerja di tempat-tempat yang berbeda. “Karena kerja serabutan, ya kadang nguli, kadang pasang atap galvalum atau bangunan pom bensin. Sering di luar kota dan luar pulau, ikut orang borongan. Jadi setiap bulan pindah-pindah tempat,” ujarnya.
Semua Benedi dijalani dengan ikhlas. Meski harus jauh dari istri dan anak-anaknya, yang terpenting hasil keringatnya mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Hingga pada 2017 lalu, seorang teman dari Jakarta berbagi informasi pada Benedi.
“Waktu itu setelah pulang dari luar kota, ada informasi dari teman kalau dia bekerja jadi mitra pengemudi GrabCar dengan hasil yang lumayan.Tapi waktu itu saya belum terpikir, karena saya tidak bisa nyetir dan tidak punya mobil,” tuturnya.
Setelah berdiskusi dengan keluarga, rupanya bak gayung bersambut, semua keluarga Benedi mendukung. Tak mau menunggu lama, Benedi terus menggali informasi tentang bagaimana kondisi pekerjaan sebagai mitra pengemudi aplikasi daring, sembari mengikuti kursus menyetir selama dua pekan.
Benedi pun mengurus Surat Izin Mengemudi (SIM) sebagai syarat mutlak untuk menjadi mitra pengemudi. “Dari keluarga juga inisiatif untuk memberi uang muka (DP) mobil untuk saya. Akhirnya saya daftar ke Koperasi Grab di Malang,” ujarnya.
tulis komentar anda