Pilkada DKI Digelar 2022 Tak Menjamin Nasib Anies Semujur Jokowi
Selasa, 02 Februari 2021 - 11:30 WIB
(Baca: Ini Sisi Negatif Sikap Pemerintah Tolak Revisi UU Pemilu)
Lebih lanjut ia menyatakan, seandainya cucu pahlawan nasional Abdurrahman Baswedan ini berhasil memenangi Pilkada DKI, tidak otomatis kemenangan tersebut berpengaruh signifikan terhadap kemenangan dalam Pilpres. Meskipun, tidak menampik, tentu ada benefit politik yang bisa didapat jika Anies kembali terpilih menjadi gubernur. Pamor Anies berpotensi semakin naik.
Menurutnya, secara psikologi politik bisa memperkuat magnet dukungan. Tetapi, kemenangan di pilkada belum tentu berbanding lurus dengan kemenangan di pilpres. Anies masih harus membuktikan keberhasilan pembangunan di DKI yang monumental. Dia harus berpacu dengan waktu, belum lagi harus menghadapi sejumlah tantangan dalam dinamika politik menuju pilpres yang mungkin akan berlangsung keras.
"Nasib Anies belum tentu sebaik pendahulunya, mantan Gubernur DKI Joko Widodo Joko Widodo yang sukses dalam kontestasi pilpres," katanya.
(Baca: Banyak Plt Kepala Daerah, Pilkada 2024 Membuat Pemda Tak Efektif)
Lalu, bagaimana kalau Anies kalah di Pilkada DKI? Jika kalah tentu saja ada resikonya. Kekalahan di Pilkada DKI justru bisa menjadi pukulan berat secara psikologis yang berpotensi melemahkan dukungan, baik dukungan partai maupun publik. Kekalahan Anies justru berpotensi meredupkan pamornya. Meski demikian, tidak secara otomatis menutup peluang untuk maju di pilpres.
Karyono menegaskan, konstelasi politik dalam dinamika pilpres masih memungkinkan terjadinya perubahan. Peluang Anies masih terbuka. "Peluang itu akan tergantung dinamika politik yang masih akan terus berkembang. Dengan demikian, pengaruh signifikan antara pelaksanaan pilkada 2022 dan 2024 terhadap kesuksesan Anies di pilpres masih akan diuji," tukasnya.
Lebih lanjut ia menyatakan, seandainya cucu pahlawan nasional Abdurrahman Baswedan ini berhasil memenangi Pilkada DKI, tidak otomatis kemenangan tersebut berpengaruh signifikan terhadap kemenangan dalam Pilpres. Meskipun, tidak menampik, tentu ada benefit politik yang bisa didapat jika Anies kembali terpilih menjadi gubernur. Pamor Anies berpotensi semakin naik.
Menurutnya, secara psikologi politik bisa memperkuat magnet dukungan. Tetapi, kemenangan di pilkada belum tentu berbanding lurus dengan kemenangan di pilpres. Anies masih harus membuktikan keberhasilan pembangunan di DKI yang monumental. Dia harus berpacu dengan waktu, belum lagi harus menghadapi sejumlah tantangan dalam dinamika politik menuju pilpres yang mungkin akan berlangsung keras.
"Nasib Anies belum tentu sebaik pendahulunya, mantan Gubernur DKI Joko Widodo Joko Widodo yang sukses dalam kontestasi pilpres," katanya.
(Baca: Banyak Plt Kepala Daerah, Pilkada 2024 Membuat Pemda Tak Efektif)
Lalu, bagaimana kalau Anies kalah di Pilkada DKI? Jika kalah tentu saja ada resikonya. Kekalahan di Pilkada DKI justru bisa menjadi pukulan berat secara psikologis yang berpotensi melemahkan dukungan, baik dukungan partai maupun publik. Kekalahan Anies justru berpotensi meredupkan pamornya. Meski demikian, tidak secara otomatis menutup peluang untuk maju di pilpres.
Karyono menegaskan, konstelasi politik dalam dinamika pilpres masih memungkinkan terjadinya perubahan. Peluang Anies masih terbuka. "Peluang itu akan tergantung dinamika politik yang masih akan terus berkembang. Dengan demikian, pengaruh signifikan antara pelaksanaan pilkada 2022 dan 2024 terhadap kesuksesan Anies di pilpres masih akan diuji," tukasnya.
(muh)
tulis komentar anda