Epidemiolog Prediksi Libur Nataru Naikkan 20% Kasus Positif Covid-19
Selasa, 05 Januari 2021 - 10:10 WIB
(Baca: 3-6 Bulan ke Depan Indonesia Diprediksi Alami Masa Kritis Pandemi COVID-19)
Dari penelitian di Jepang, sebanyak 34 persen penularan terjadi di restoran yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Indonesia memang dalam situasi sulit: menutup kegiatan akan membuat ekonomi semakin terpuruk. Maka, pemerintah sebaiknya mengikuti cara Singapura. Syahrizal menyebut pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi tidak terlalu berguna.
Saat ini, penyebaran virus Sars Cov-II Indonesia banyak berasal dari kerumunan dan klaster keluarga. Yang terakhir tidak bisa dihindari selama ada anggota keluarga yang keluar rumah. Mereka akan pulang dan menjadi pembawa virus. Di lonjakan kasus ini, pemerintah diminta konsisten melakukan isolasi di pusat karantina, baik yang bergejala dan tidak.
Syahrizal meyakini isolasi di pusat karantina dan tidak mengizinkan kerumunan lebih dari 3 orang akan menekan kasus. Dia menyatakan warga DKI Jakarta 8-9 kali lebih berisiko dari penduduk di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Jumlah kasus kumulatif di Jakarta sekitar 230.000 ribu dan yang aktif sekitar 13-14 persen.
“Jadi kalau PSBB seperti ini, saya agak pesimis. Selama ini tidak ada bukti, PSBB yang sudah 5 atau 6 kali ini memberikan dampak. Itu omong kosong, Ini hanya sekedar pemprov terlihat melakukan sesuatu. Saya betul-betul prihatin, pada Februari nanti, beban layanan kesehatan itu sangat luar biasa,” pungkasnya.
Dari penelitian di Jepang, sebanyak 34 persen penularan terjadi di restoran yang tidak menerapkan protokol kesehatan. Indonesia memang dalam situasi sulit: menutup kegiatan akan membuat ekonomi semakin terpuruk. Maka, pemerintah sebaiknya mengikuti cara Singapura. Syahrizal menyebut pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi tidak terlalu berguna.
Saat ini, penyebaran virus Sars Cov-II Indonesia banyak berasal dari kerumunan dan klaster keluarga. Yang terakhir tidak bisa dihindari selama ada anggota keluarga yang keluar rumah. Mereka akan pulang dan menjadi pembawa virus. Di lonjakan kasus ini, pemerintah diminta konsisten melakukan isolasi di pusat karantina, baik yang bergejala dan tidak.
Syahrizal meyakini isolasi di pusat karantina dan tidak mengizinkan kerumunan lebih dari 3 orang akan menekan kasus. Dia menyatakan warga DKI Jakarta 8-9 kali lebih berisiko dari penduduk di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Jumlah kasus kumulatif di Jakarta sekitar 230.000 ribu dan yang aktif sekitar 13-14 persen.
“Jadi kalau PSBB seperti ini, saya agak pesimis. Selama ini tidak ada bukti, PSBB yang sudah 5 atau 6 kali ini memberikan dampak. Itu omong kosong, Ini hanya sekedar pemprov terlihat melakukan sesuatu. Saya betul-betul prihatin, pada Februari nanti, beban layanan kesehatan itu sangat luar biasa,” pungkasnya.
(muh)
tulis komentar anda