Perjuangan Tanpa Lelah Relawan Covid-19 Bantu Masyarakat Hadapi Pandemi
Kamis, 31 Desember 2020 - 21:23 WIB
Misalnya, melakukan inspeksi kendaraan sebelum digunakan seperti melakukan pengecekan sirine, kondisi mesin, air radiator, peralatan oksigen di kabin pasien, bahkan mengganti sendiri ban mobilnya saat bocor. “Kalau untuk isi freon maupun service bawa sendiri ke bengkel, jadi seperti merawat mobil pribadi, tapi sebenarnya mobil Satgas dan biayanya semua yang tanggung mereka,”urainya. Saat ini, Satgas Penanganan Covid-19 memiliki 15 ambulans, dan dioperasikan secara bergantian. Setiap hari ada 8 unit ambulans yang beroperasi, termasuk yang dikemudikan Ika, sisanya baru beroperasi keesokan harinya.
Menaklukkan Berbagai Tantangan
Tantangan yang dihadapi Ika lainnya yakni mengemudikan ambulans dengan menggunakan APD lengkap. Juga terbatasnya jarak pandang karena kabin pengemudi dengan kabin pasien terhalang sekat sehingga Ika hanya mengandalkan spion kanan dan kiri mobil untuk memantau kondisi lalu lintas di belakangnya.
Dengan pakaian yang tertutup rapat dari ujung kepala hingga ujung kaki, plus sepatu boot berukuran besar, terkadang Ika merasa tidak nyaman, meskipun pendingin udara di kabin sudah diputar maksimal. “Bahkan, pernah saat injak rem ketuker injak kopling,”ungkap Ika yang lulus D3 Perawat di salah satu perguruan tinggi di Surabaya pada 2014 silam itu. Tak hanya itu, dengan menggunakan handscoon, face shield ditambah kacamata google, dengan pandangan yang terbatas dan lingkar kemudi yang licin karena tak bisa digenggam dengan erat, Ika harus jeli mencari celah jalan saat membelah kemacetan.
“Jadi memang harus fokus dan jeli mengemudikan mobil dengan kondisi badan dibungkus rapat dan pandangan yang terbatas,”tuturnya. Meskipun demikian, Ika mengaku tak pernah ada masalah serius di Daihatsu Gran Max yang dikemudikannya. Masalah yang pernah timbul yakni sirine yang tak mengeluarkan bunyi. Namun, Ika mengaku menikmati pekerjaan yang dilakoninya selama hampir sembilan bulan dan penuh tantangan itu. Sekarang, dengan adanya partner, Ika mengaku cukup terbantu untuk mengetahui kondisi lalu lintas disekitarnya.
(Baca Juga : Relawan Covid-19, Bergerak Tanpa Berkumpul )
Tetapi, apabila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk ditinggal sendirian dan harus mendapatkan pendampingan, misalnya pasien harus mendapatkan bantaun pernafasan dari selang oksigen, infus, maupun diperlukan obeservasi, tetap saja Ika harus sendirian di ruang kemudi. Tak jarang pula, Ika harus berangkat lebih pagi jika lokasi pasien yang dijemput cukup jauh.
Mengakhiri tugas pun terkadang hingga larut malam, melebihi jadwal yang ditetapkan. Beruntung, sekarang Ika mendapatkan partner yang bisa mengemudikan kendaraan. “Dulu sendirian, karena rekan tidak bisa nyopir. Sekarang bisa bergantian,”ujar peraih anugerah SATU Indonesia Award untuk kategori Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19 dari PT Astra International, Tbk. itu.
Meskipun menghadapi beragam tantangan, namun Ika merasa bersyukur bisa mengantarkan pasien ke Wisma Atlet untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Ika baru bisa beristirahat setelah semua pasien yang dijemputnya diantar ke RSD Wisma Atlet dan dirinya serta mobil yang dikemudikannya sudah melalui prosedur dekontaminasi. Ika pun mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya, terutama ibunya untuk terus melaksanakan tugasnya sebagai relawan.
Meskipun pada awalnya, sang ibu kaget saat Ika mengabarkan kepada orangtuanya bahwa dirinya menjadi relawan penanganan Covid-19 di Jakarta. “Saat akan bergabung sebagai relawan kebetulan saya di Surabaya, ibu di Ternate. Lalu saya telpon untuk meminta ijin ke Jakarta sebagai relawan. Orangtua kaget dan bilang kamu sudah gila kah disana kan banyak Covid. Lalu saya jawab, aku mau melayani bagaimanapun kondisi pasien kita layani tidak boleh pilih-pilih. Dari situ akhirnya orang tua memberikan restu dan terus support. Malah sekarang bangga saya bisa bantu banyak orang,”urainya.
Menaklukkan Berbagai Tantangan
Tantangan yang dihadapi Ika lainnya yakni mengemudikan ambulans dengan menggunakan APD lengkap. Juga terbatasnya jarak pandang karena kabin pengemudi dengan kabin pasien terhalang sekat sehingga Ika hanya mengandalkan spion kanan dan kiri mobil untuk memantau kondisi lalu lintas di belakangnya.
Dengan pakaian yang tertutup rapat dari ujung kepala hingga ujung kaki, plus sepatu boot berukuran besar, terkadang Ika merasa tidak nyaman, meskipun pendingin udara di kabin sudah diputar maksimal. “Bahkan, pernah saat injak rem ketuker injak kopling,”ungkap Ika yang lulus D3 Perawat di salah satu perguruan tinggi di Surabaya pada 2014 silam itu. Tak hanya itu, dengan menggunakan handscoon, face shield ditambah kacamata google, dengan pandangan yang terbatas dan lingkar kemudi yang licin karena tak bisa digenggam dengan erat, Ika harus jeli mencari celah jalan saat membelah kemacetan.
“Jadi memang harus fokus dan jeli mengemudikan mobil dengan kondisi badan dibungkus rapat dan pandangan yang terbatas,”tuturnya. Meskipun demikian, Ika mengaku tak pernah ada masalah serius di Daihatsu Gran Max yang dikemudikannya. Masalah yang pernah timbul yakni sirine yang tak mengeluarkan bunyi. Namun, Ika mengaku menikmati pekerjaan yang dilakoninya selama hampir sembilan bulan dan penuh tantangan itu. Sekarang, dengan adanya partner, Ika mengaku cukup terbantu untuk mengetahui kondisi lalu lintas disekitarnya.
(Baca Juga : Relawan Covid-19, Bergerak Tanpa Berkumpul )
Tetapi, apabila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk ditinggal sendirian dan harus mendapatkan pendampingan, misalnya pasien harus mendapatkan bantaun pernafasan dari selang oksigen, infus, maupun diperlukan obeservasi, tetap saja Ika harus sendirian di ruang kemudi. Tak jarang pula, Ika harus berangkat lebih pagi jika lokasi pasien yang dijemput cukup jauh.
Mengakhiri tugas pun terkadang hingga larut malam, melebihi jadwal yang ditetapkan. Beruntung, sekarang Ika mendapatkan partner yang bisa mengemudikan kendaraan. “Dulu sendirian, karena rekan tidak bisa nyopir. Sekarang bisa bergantian,”ujar peraih anugerah SATU Indonesia Award untuk kategori Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19 dari PT Astra International, Tbk. itu.
Meskipun menghadapi beragam tantangan, namun Ika merasa bersyukur bisa mengantarkan pasien ke Wisma Atlet untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Ika baru bisa beristirahat setelah semua pasien yang dijemputnya diantar ke RSD Wisma Atlet dan dirinya serta mobil yang dikemudikannya sudah melalui prosedur dekontaminasi. Ika pun mendapatkan dukungan penuh dari keluarganya, terutama ibunya untuk terus melaksanakan tugasnya sebagai relawan.
Meskipun pada awalnya, sang ibu kaget saat Ika mengabarkan kepada orangtuanya bahwa dirinya menjadi relawan penanganan Covid-19 di Jakarta. “Saat akan bergabung sebagai relawan kebetulan saya di Surabaya, ibu di Ternate. Lalu saya telpon untuk meminta ijin ke Jakarta sebagai relawan. Orangtua kaget dan bilang kamu sudah gila kah disana kan banyak Covid. Lalu saya jawab, aku mau melayani bagaimanapun kondisi pasien kita layani tidak boleh pilih-pilih. Dari situ akhirnya orang tua memberikan restu dan terus support. Malah sekarang bangga saya bisa bantu banyak orang,”urainya.
tulis komentar anda