Perjuangan Tanpa Lelah Relawan Covid-19 Bantu Masyarakat Hadapi Pandemi
Kamis, 31 Desember 2020 - 21:23 WIB
JAKARTA - Mobil ambulans Daihatsu Gran Max berkelir putih dengan logo Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di pintu, dan bertuliskan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 di badan mobil itu melesat cepat membelah kemacetan ibukota, mengangkut pasien dari Ujung Menteng, Cakung, Jakarta Utara. Suara sirinenya meraung-raung meminta kepada para pengguna jalan untuk menepi sejenak.
Pengemudinya yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berkonsentrasi penuh memacu mobil dengan kapasitas mesin 1.300 cc 4 silinder bertenaga 87 hp dan torsi 115 Nm itu. Meski bermesin bensin, Daihatsu Gran Max memang dikenal memiliki performa tangguh. Mobil ini memiliki beberapa varian dan kerap digunakan untuk mengangkut barang. Tak ada yang menyangka sosok dibalik kemudi mobil yang bergerak lincah itu adalah Ika Dewi Maharani. Seorang relawan Satgas Covid-19. Tujuan ambluans itu adalah Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat. Tempat rujukan perawatan pasien Covid-19.
(Baca Juga : Tantangan Para Relawan COVID-19, Satgas: Mengajak Menerapkan Protokol Kesehatan )
Sejatinya Ika bukanlah pengemudi ambulans, dia adalah perawat. Namun, saat mendaftar sebagai relawan pada Maret 2020 silam, Ika mendapat tugas tambahan, menyopiri ambulans. Tanpa memberikan protes sedikitpun, Ika menerima tugas itu, karena niatnya membantu pemerintah menangani pandemi Covid-19, tanpa pamrih. Setiap hari, Ika harus menjemput pasien Covid-19 dari puskesmas, rumah sakit, hingga rumah pasien. Jika pada awal masa pandemi Ika hanya menjemput beberapa pasien di Jakarta, namun belakangan seiring dengan bertambahnya kasus positif Covid-19, yang dijemput Ika untuk diantar ke RSD Wisma Atlet pun bertambah.
“Sekarang bisa 15 orang sehari dan tidak hanya di Jakarta saja, tapi juga dari Bogor, Tangerang dan daerah lainnya,”ungkapnya kepada SINDOnews, kemarin. Banyaknya pasien dari luar Jakarta yang harus dirujuk ke Wisma Atlet lantaran di daerah itu kapasitas rumah sakit sudah tidak memungkinkan untuk menampung pasien baru. “Sehingga rujukannya ke Wisma Atlet. Bisa dua hingga tiga kali dalam satu hari menjemput pasien ke Bogor,”tegasnya. Ika pun harus bekerja ekstra keras menaklukkan kemacetan di kawasan Parung, Cibinong, Dramaga, hingga Ciangsana di wilayah Gunung Putri, Bogor. Apalagi mobil ambulans yang dikemudikannya tidak dilengkapi dengan fitur power steering.
Meski menggunakan ambulans dengan logo BNPB, namun bukan berarti proses penjemputan dan pengantaran pasien ke Wisma Atlet selalu berlangsung lancar. Banyak tantangan yang harus ditaklukkan Ika saat melintas di ruas jalan di dalam kota Jakarta, bahkan jalan tol sekalipun. “Dulu saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jalanan sepi. Sekarang kondisinya sudah seperti saat kondisi normal. Saya sudah nyalakan sirine plus klakson. Tapi ada pengendara yang kadang bersikap bodo amat. Di lampu merah pun kadang ada kendaraan dari arah berlawanan yang tidak memberikan jalan,”ungkapnya.
Padahal, Ika harus bergegas mengantarkan pasien ke RSD Wisma Atlet dan langsung menjemput pasien lainnya. Namun, karena terlatih sebagai tenaga medis, Ika pun menyikapinya dengan penuh kesabaran. Mengemudikan ambulans dengan intensitas hingga 15 trip per hari bukanlah perkara mudah bagi seorang perempuan. Waktu bertugasnya pun bisa dibilang cukup lama, dari jam 09:00 WIB pagi hingga 21:00 WIB malam. Saat mendaftar sebagai relawan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Ika yang masih berumur 26 tahun itu berpikiran akan ditugaskan sebagai perawat seperti halnya petugas medis di National Command Center (NCC)119, dimana perempuan hanya bertugas melayani pasien di ambulans.
(Baca Juga : Ikut Pelatihan, Relawan Covid-19 di Sulsel Bertambah 1.000 Orang )
Namun, tugas yang diberikan kepada Ika lebih dari sekadar perawat lantaran perempuan asal Ternate itu bisa mengemudi, memiliki Surat ijin Mengemudi (SIM), dan mengantongi Surat Tanda Registrasi (STR). “Ternyata jadi driver juga, jadi punya double job sebagai perawat dan sebagai sopir, karena partner saya sebelumnya tidak bisa menyetir,”ujarnya. Tak hanya itu, Ika pun memiliki tugas yang sejatinya harus dilakukan oleh seorang mekanik.
Pengemudinya yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) berkonsentrasi penuh memacu mobil dengan kapasitas mesin 1.300 cc 4 silinder bertenaga 87 hp dan torsi 115 Nm itu. Meski bermesin bensin, Daihatsu Gran Max memang dikenal memiliki performa tangguh. Mobil ini memiliki beberapa varian dan kerap digunakan untuk mengangkut barang. Tak ada yang menyangka sosok dibalik kemudi mobil yang bergerak lincah itu adalah Ika Dewi Maharani. Seorang relawan Satgas Covid-19. Tujuan ambluans itu adalah Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat. Tempat rujukan perawatan pasien Covid-19.
(Baca Juga : Tantangan Para Relawan COVID-19, Satgas: Mengajak Menerapkan Protokol Kesehatan )
Sejatinya Ika bukanlah pengemudi ambulans, dia adalah perawat. Namun, saat mendaftar sebagai relawan pada Maret 2020 silam, Ika mendapat tugas tambahan, menyopiri ambulans. Tanpa memberikan protes sedikitpun, Ika menerima tugas itu, karena niatnya membantu pemerintah menangani pandemi Covid-19, tanpa pamrih. Setiap hari, Ika harus menjemput pasien Covid-19 dari puskesmas, rumah sakit, hingga rumah pasien. Jika pada awal masa pandemi Ika hanya menjemput beberapa pasien di Jakarta, namun belakangan seiring dengan bertambahnya kasus positif Covid-19, yang dijemput Ika untuk diantar ke RSD Wisma Atlet pun bertambah.
“Sekarang bisa 15 orang sehari dan tidak hanya di Jakarta saja, tapi juga dari Bogor, Tangerang dan daerah lainnya,”ungkapnya kepada SINDOnews, kemarin. Banyaknya pasien dari luar Jakarta yang harus dirujuk ke Wisma Atlet lantaran di daerah itu kapasitas rumah sakit sudah tidak memungkinkan untuk menampung pasien baru. “Sehingga rujukannya ke Wisma Atlet. Bisa dua hingga tiga kali dalam satu hari menjemput pasien ke Bogor,”tegasnya. Ika pun harus bekerja ekstra keras menaklukkan kemacetan di kawasan Parung, Cibinong, Dramaga, hingga Ciangsana di wilayah Gunung Putri, Bogor. Apalagi mobil ambulans yang dikemudikannya tidak dilengkapi dengan fitur power steering.
Meski menggunakan ambulans dengan logo BNPB, namun bukan berarti proses penjemputan dan pengantaran pasien ke Wisma Atlet selalu berlangsung lancar. Banyak tantangan yang harus ditaklukkan Ika saat melintas di ruas jalan di dalam kota Jakarta, bahkan jalan tol sekalipun. “Dulu saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jalanan sepi. Sekarang kondisinya sudah seperti saat kondisi normal. Saya sudah nyalakan sirine plus klakson. Tapi ada pengendara yang kadang bersikap bodo amat. Di lampu merah pun kadang ada kendaraan dari arah berlawanan yang tidak memberikan jalan,”ungkapnya.
Padahal, Ika harus bergegas mengantarkan pasien ke RSD Wisma Atlet dan langsung menjemput pasien lainnya. Namun, karena terlatih sebagai tenaga medis, Ika pun menyikapinya dengan penuh kesabaran. Mengemudikan ambulans dengan intensitas hingga 15 trip per hari bukanlah perkara mudah bagi seorang perempuan. Waktu bertugasnya pun bisa dibilang cukup lama, dari jam 09:00 WIB pagi hingga 21:00 WIB malam. Saat mendaftar sebagai relawan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Ika yang masih berumur 26 tahun itu berpikiran akan ditugaskan sebagai perawat seperti halnya petugas medis di National Command Center (NCC)119, dimana perempuan hanya bertugas melayani pasien di ambulans.
(Baca Juga : Ikut Pelatihan, Relawan Covid-19 di Sulsel Bertambah 1.000 Orang )
Namun, tugas yang diberikan kepada Ika lebih dari sekadar perawat lantaran perempuan asal Ternate itu bisa mengemudi, memiliki Surat ijin Mengemudi (SIM), dan mengantongi Surat Tanda Registrasi (STR). “Ternyata jadi driver juga, jadi punya double job sebagai perawat dan sebagai sopir, karena partner saya sebelumnya tidak bisa menyetir,”ujarnya. Tak hanya itu, Ika pun memiliki tugas yang sejatinya harus dilakukan oleh seorang mekanik.
tulis komentar anda