Fadli Zon Tantang Menag Debat soal Populisme Islam
Senin, 28 Desember 2020 - 09:43 WIB
Apalagi saat ini, kata Gus Yaqut, banyak yang berusaha menggiring agama menjadi norma konflik. "Itu apa artinya? Yang paling sederhana adalah kita sekarang merasakan, belakangan lah, tahun-tahun belakangan ini kita merasakan bagaimana agama itu sudah atau ada yang berusaha menggiring agama menjadi norma konflik," katanya.
(Baca juga : Gerakan Wakaf Uang ASN Kemenag, Menag: Semoga Manfaatnya Dirasakan Umat )
Gus Yaqut pun menjelaskan bagaimana agama saat ini dijadikan norma konflik. "Agama dijadikan norma konflik itu dalam bahasa yang paling ekstrem, siapa pun yang berbeda dengan keyakinannya, maka dia dianggap lawan, dia dianggap musuh. Karena namanya musuh, namanya lawan harus diperangi," ujarnya.
Agama sebagai norma konflik ini, kata Gus Yaqut, juga disebut dengan istilah sebagai populisme Islam. "Itu norma yang kemarin sempat berkembang yang kita dengar kalau istilah kerennya Mbak Lisa (Alisa Wahid-red) ini populisme Islam," katanya.
Lihat Juga: Dipimpin Gus Yaqut, Institute for Humanitarian Islam Bertekad Tebarkan Nilai Kemanusiaan di Dunia
(Baca juga : Gerakan Wakaf Uang ASN Kemenag, Menag: Semoga Manfaatnya Dirasakan Umat )
Gus Yaqut pun menjelaskan bagaimana agama saat ini dijadikan norma konflik. "Agama dijadikan norma konflik itu dalam bahasa yang paling ekstrem, siapa pun yang berbeda dengan keyakinannya, maka dia dianggap lawan, dia dianggap musuh. Karena namanya musuh, namanya lawan harus diperangi," ujarnya.
Agama sebagai norma konflik ini, kata Gus Yaqut, juga disebut dengan istilah sebagai populisme Islam. "Itu norma yang kemarin sempat berkembang yang kita dengar kalau istilah kerennya Mbak Lisa (Alisa Wahid-red) ini populisme Islam," katanya.
Lihat Juga: Dipimpin Gus Yaqut, Institute for Humanitarian Islam Bertekad Tebarkan Nilai Kemanusiaan di Dunia
(dam)
tulis komentar anda