Vaksin Sinovac Jadi Pertama Didatangkan ke Indonesia, Ini Penjelasan BPOM

Selasa, 22 Desember 2020 - 13:58 WIB
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari BPOM, Lucia Rizka Andalusia mengatakan jika ada beberapa pertimbangan yang dilakukan pemerintah memilih vaksin Sinovac. Foto/covid19.go.id
JAKARTA - Vaksin COVID-19 Sinovac menjadi vaksin pertama yang didatangkan oleh Pemerintah Indonesia. Meskipun, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ) telah menetapkan enam vaksin COVID-19 yang akan digunakan di Indonesia. Penetapan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 9860 Tahun 2020.

Enam vaksin tersebut di antaranya yang diproduksi oleh PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd. (Baca juga: Uji Klinik Vaksin Sinovac Masuk Tahap Akhir, BPOM Optimis EUA Keluar Dalam Waktu Dekat)

Lalu, apa yang menjadi alasan vaksin Sinovac menjadi yang pertama didatangkan ke Indonesia? Merespons hal ini, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Lucia Rizka Andalusia mengatakan jika ada beberapa pertimbangan yang dilakukan pemerintah.

“Dari 6 vaksin yang ditunjuk oleh Kementerian Kesehatan, kenapa yang datang duluan adalah Sinovac? Yang menunjuk Sinovac pun juga Menteri Kesehatan, yang menunjuk apa yang akan digunakan juga Menteri Kesehatan. Badan POM diberi tugas manakala ada penunjukan vaksin tersebut untuk memberikan evaluasi terkait mutu, khasiat, dan keamanan vaksin tersebut,” ungkap Lucia pada dialog Literasi Vaksin COVID-19 secara virtual, Selasa (22/12/2020.



“Nah, pertanyaannya kenapa hanya satu yang didatangkan duluan? Itu banyak sekali pertimbangan yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga kita menggunakan vaksin Sinovac ini,” tambah Lucia.

Petimbangan pertama yakni kemungkinan untuk mendapatkannya. “Diantaranya, pertama kemungkinan kita mendapatkannya. Kita tahu itu vaksin-vaksin yang saat ini sudah ada, yang dari negara-negara Barat baik yang dari Amerika atau dari Eropa, mereka sudah melakukan pembayaran dimuka atau ijon ya, manakala vaksin itu dikembangkan,” jelas Lucia.

Manakala vaksin Pfizer yang dikembangkan oleh Amerika dan Eropa, kata Lucia, maka sudah pasti jatah vaksinnya hanya untuk diprioritaskan di negara yang membuat vaksin tersebut. “Dan kita lihat kecepatan pembuatan vaksin tersebut juga tidak bisa cepat, juga tidak bisa memenuhi semua. Jadi itu menjadi salah satu faktor,” terangnya.

Kedua, kata Lucia adalah adanya kesempatan untuk melakukan transfer teknologi dari vaksin Sinovac. “Sehingga nantinya akan bisa diproduksi di Biofarma. Dan itu sudah menjadi salah satu pertimbangan.” (Baca juga:Imunitas Vaksin Sinovac Disoal, Satgas: Waspadai Persaingan Perusahaan Vaksin)

“Jadi yang lainnya juga banyak pertimbangan-pertimbangan, Saya tidak bisa semuanya menjawab karena Badan POM dalam hal ini ditugaskan untuk mengevaluasi vaksin-vaksin yang ditunjuk oleh pemerintah apakah ini aman, berkhasiat dan bermutu untuk layak diberikan kepada masyarakat,” papar Lucia.
(kri)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More