Vaksin Bukan Otomatis Kita Bebas dari Ancaman Covid-19
Jum'at, 18 Desember 2020 - 14:45 WIB
JAKARTA - Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, semua negara masih menerapkan standar yang sama dalam menangani pandemi Covid-19 yang masih mengancam ini, yakni 3T dan 3M. Hal ini disampaikan lulusan Griffith University Australia dalam webinar yang digelar SINDOnews dan Okezone, Kamis 17 Desember 2020.
Menurut Dicky, semua negara menerapkan strategi dan solusi yang sama untuk wilayah mereka masing-masing seperti konsep 3T (testing, tracing, dan treatment) yang dilakukan pemerintah dan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) sebagai panduan masyarakat mencegah dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 .
"Nah tantangnnya itu ada di komitmen dan konsistensi. Mungkin ada yang kuat tiga bulan pakai masker, jaga jarak, kemudian merasa bosan, nah isunya adalah itu," kata Dicky dalam paparannya.
Dia mengatakan, pemerintah maupun masyarakat harus memiliki kesadaran yang konsisten terhadap penyebaran Covid-19 yang kian hari makin memprihatinkan. Ia melihat, setidaknya dalam enam bulan ke depan pemerintah dan masyarakat Indonesia harus 'berpahit-pahit' dahulu.
"Dan ingat, walupun saat ini kita punya kabar baik, masalah (pelaksanaan) vaksin (nasional) itu bukan satu pertanda otomatis,automatically kita akan keluar dari (pandemi) ini. Jadi ini yang mau saya sampaikan," ujarnya.
( ).
Sebaliknya, keberadaan vaksin yang disuntikkan secara gratis hanya salah satu metode pencegahan. Lebih jauh dari itu, yang paling utama dilakukan pemerintah dan masyarakat adalah konsistensi serta komitmen yang kuat untuk melakukan mitigasi.
Dalam hal ini, Dicky menegaskan, diperlukan kombinasi 3T dan 3M yang kemudian dikombinasikan dengan perencanaan yang matang terkait pelaksanaan vaksinasi tersebut. "Namun saya sampaikan setidaknya sampai tahun 2021 kita masih dalam kondisi, ya mudah-mudahan tidak terlalu buruk. Tapi masih cukup serius. Artinya setiap kita harus antisipasi untuk satu tahun ke depan. Kita harus terus disiplin dan segala macam, kita harus terus berupaya, setidaknya kita terus sabar dan konsisten melakukan upaya-upaya pencegahan," pungkas dia.
( ).
Menurut Dicky, semua negara menerapkan strategi dan solusi yang sama untuk wilayah mereka masing-masing seperti konsep 3T (testing, tracing, dan treatment) yang dilakukan pemerintah dan 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan) sebagai panduan masyarakat mencegah dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19 .
"Nah tantangnnya itu ada di komitmen dan konsistensi. Mungkin ada yang kuat tiga bulan pakai masker, jaga jarak, kemudian merasa bosan, nah isunya adalah itu," kata Dicky dalam paparannya.
Dia mengatakan, pemerintah maupun masyarakat harus memiliki kesadaran yang konsisten terhadap penyebaran Covid-19 yang kian hari makin memprihatinkan. Ia melihat, setidaknya dalam enam bulan ke depan pemerintah dan masyarakat Indonesia harus 'berpahit-pahit' dahulu.
"Dan ingat, walupun saat ini kita punya kabar baik, masalah (pelaksanaan) vaksin (nasional) itu bukan satu pertanda otomatis,automatically kita akan keluar dari (pandemi) ini. Jadi ini yang mau saya sampaikan," ujarnya.
( ).
Sebaliknya, keberadaan vaksin yang disuntikkan secara gratis hanya salah satu metode pencegahan. Lebih jauh dari itu, yang paling utama dilakukan pemerintah dan masyarakat adalah konsistensi serta komitmen yang kuat untuk melakukan mitigasi.
Dalam hal ini, Dicky menegaskan, diperlukan kombinasi 3T dan 3M yang kemudian dikombinasikan dengan perencanaan yang matang terkait pelaksanaan vaksinasi tersebut. "Namun saya sampaikan setidaknya sampai tahun 2021 kita masih dalam kondisi, ya mudah-mudahan tidak terlalu buruk. Tapi masih cukup serius. Artinya setiap kita harus antisipasi untuk satu tahun ke depan. Kita harus terus disiplin dan segala macam, kita harus terus berupaya, setidaknya kita terus sabar dan konsisten melakukan upaya-upaya pencegahan," pungkas dia.
( ).
(zik)
Lihat Juga :
tulis komentar anda