Ketika Ibu Tidak Lagi Mendongeng untuk Anaknya
Rabu, 09 Desember 2020 - 06:45 WIB
Untuk orangtua dengan anak berusia kurang dari satu tahun, angkanya lebih tinggi. Sekitar 70% orangtua tidak pernah mendongeng, dan sekitar 80% orang tua tak pernah membacakan buku untuk anaknya. Temuan penelitian ini diungkapkan pada seminar "Kemiskinan Pedesaan dan Perkembangan Anak Usia Dini di Indonesia” yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan, UGM (Kompas, 21/10/10).
Hal ini tentu sangat disayangkan, karena Indonesia sebenarnya mempunyai banyak dongeng dan cerita daerah. Kebiasaan membacakan cerita dan mendongeng sesungguhnya merupakan cara murah untuk meningkatkan kemampuan kognisi dan bahasa pada anak.
Dalam pemaparan hasil penelitiannya, Amelia menuturkan bahwa status sosial dan ekonomi, serta tingkat pendidikan orangtua, berkorelasi pada kemampuan kognisi dan bahasa anak. Semakin miskin orangtua, semakin sulit menyediakan akses bahan bacaan pada anak-anaknya. Pada sisi ini nampak, bahwa peran perpustakaan dan taman bacaan masyarakat dalam menyediakan akses bahan bacaan untuk anak-anak di desa sangat diperlukan.
Dampak Kebiasaan Ibu Membacakan Cerita dan Mendongeng bagi Anak
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan seorang ibu hamil yang gemar membaca akan membantu mengoptimalkan perkembangan otak janin, dan membantu agar anak tumbuh menjadi lebih cerdas. Ketika anak tersebut lahir dan terus tumbuh hingga besar, kebiasaan membaca seorang ibu akan sangat melekat dalam pikiran mereka. Anak akan meniru kebiasaan tersebut dan mengasah otak mereka untuk terus berpikir.
Pertumbuhan dan perkembangan otak paling pesat adalah ketika anak berusia 2 tahun, karena “masa emas” ada pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Umumnya hingga usia 5 tahun, kemampuan belajar anak sangat pesat dibandingkan setelahnya. Membaca memberikan banyak manfaat untuk perkembangan otak anak, karena kegiatan membaca menstimulasi hubungan antara sel saraf dalam otak untuk menghantarkan informasi.
Kebiasaan ibu membacakan cerita atau mendongeng dapat membuat anak mengenal banyak karakter manusia, hewan dan lingkungan sekitarnya. Hal demikian akan melatih daya ingat dan empati anak pada sesama makhluk hidup dan lingkungannya. Kebiasaan membaca yang didapatkan dari ibu dapat mengalihkan perhatian anak dari aktivitas kurang bermanfaat seperti bermain game atau kecanduan gadget.
Riset dari Cincinnati Children's Hospital Medical Centre mengungkapkan, ternyata ada efek sangat baik terhadap otak anak, saat ia mendengarkan cerita dalam sebuah buku.
Dengan menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI), peneliti menemukan aktivasi otak secara signifikan sangat besar ketika anak terlibat dalam membacakan buku cerita. Penelitian yang melibatkan sekitar 20 anak itu menunjukkan bahwa ketertarikan terhadap buku yang dibacakan seorang ibu pada anaknya telah meningkatkan aktivitas di sisi kanan otak serebelum. Ini merupakan area otak yang mendukung penyempurnaan keterampilan kognitif, peningkatan memori, pemecahan masalah dan memberikan perhatian (Mother & Baby, 5/6/2017).
Dr John Hutton, pemimpin dari penelitian ini mengatakan, orang tua harus lebih terlibat saat membaca bersama anak, mengajukan pertanyaan, meminta mereka membalik halaman, dan berinteraksi satu sama lain. Temuan penelitian menggarisbawahi pentingnya keterlibatan orang tua dalam membacakan buku untuk anak tanpa gangguan gadget yang menjadi penghalang paling umum yang harus dihindari.
Hal ini tentu sangat disayangkan, karena Indonesia sebenarnya mempunyai banyak dongeng dan cerita daerah. Kebiasaan membacakan cerita dan mendongeng sesungguhnya merupakan cara murah untuk meningkatkan kemampuan kognisi dan bahasa pada anak.
Dalam pemaparan hasil penelitiannya, Amelia menuturkan bahwa status sosial dan ekonomi, serta tingkat pendidikan orangtua, berkorelasi pada kemampuan kognisi dan bahasa anak. Semakin miskin orangtua, semakin sulit menyediakan akses bahan bacaan pada anak-anaknya. Pada sisi ini nampak, bahwa peran perpustakaan dan taman bacaan masyarakat dalam menyediakan akses bahan bacaan untuk anak-anak di desa sangat diperlukan.
Dampak Kebiasaan Ibu Membacakan Cerita dan Mendongeng bagi Anak
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan seorang ibu hamil yang gemar membaca akan membantu mengoptimalkan perkembangan otak janin, dan membantu agar anak tumbuh menjadi lebih cerdas. Ketika anak tersebut lahir dan terus tumbuh hingga besar, kebiasaan membaca seorang ibu akan sangat melekat dalam pikiran mereka. Anak akan meniru kebiasaan tersebut dan mengasah otak mereka untuk terus berpikir.
Pertumbuhan dan perkembangan otak paling pesat adalah ketika anak berusia 2 tahun, karena “masa emas” ada pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Umumnya hingga usia 5 tahun, kemampuan belajar anak sangat pesat dibandingkan setelahnya. Membaca memberikan banyak manfaat untuk perkembangan otak anak, karena kegiatan membaca menstimulasi hubungan antara sel saraf dalam otak untuk menghantarkan informasi.
Kebiasaan ibu membacakan cerita atau mendongeng dapat membuat anak mengenal banyak karakter manusia, hewan dan lingkungan sekitarnya. Hal demikian akan melatih daya ingat dan empati anak pada sesama makhluk hidup dan lingkungannya. Kebiasaan membaca yang didapatkan dari ibu dapat mengalihkan perhatian anak dari aktivitas kurang bermanfaat seperti bermain game atau kecanduan gadget.
Riset dari Cincinnati Children's Hospital Medical Centre mengungkapkan, ternyata ada efek sangat baik terhadap otak anak, saat ia mendengarkan cerita dalam sebuah buku.
Dengan menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI), peneliti menemukan aktivasi otak secara signifikan sangat besar ketika anak terlibat dalam membacakan buku cerita. Penelitian yang melibatkan sekitar 20 anak itu menunjukkan bahwa ketertarikan terhadap buku yang dibacakan seorang ibu pada anaknya telah meningkatkan aktivitas di sisi kanan otak serebelum. Ini merupakan area otak yang mendukung penyempurnaan keterampilan kognitif, peningkatan memori, pemecahan masalah dan memberikan perhatian (Mother & Baby, 5/6/2017).
Dr John Hutton, pemimpin dari penelitian ini mengatakan, orang tua harus lebih terlibat saat membaca bersama anak, mengajukan pertanyaan, meminta mereka membalik halaman, dan berinteraksi satu sama lain. Temuan penelitian menggarisbawahi pentingnya keterlibatan orang tua dalam membacakan buku untuk anak tanpa gangguan gadget yang menjadi penghalang paling umum yang harus dihindari.
tulis komentar anda