Tes Corona Meningkat, Perlu Langkah Antisipasi dari Pemda dan Tenaga Medis

Kamis, 16 April 2020 - 13:48 WIB
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengapresiasi upaya pemerintah untuk meningkatkan jumlah tes melalui metode polymerase chain reaction (PCR). Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengapresiasi upaya pemerintah untuk meningkatkan jumlah tes melalui metode polymerase chain reaction (PCR). Pemerintah mengoperasikan 78 laboratorium dengan target 10.000 tes per hari.

Wakil Ketua Umum (Ketum) PB IDI Adib Khuimaidi mengatakan, langkah besar ini seharusnya dilakukan sejak dari awal terjadi penyebaran pandemi virus Corona atau Covid-19. Bicara deteksi dini metode PCR merupakan dasar diagnostik dan memiliki validitas yang paling baik.

"Kualitas alat yang bisa cepat dan massal itu lebih baik. Langkah strategis yang bisa dilakukan saat ini dengan semakin banyaknya kasus, maka akan lebih baik untuk kita melakukan upaya kontrak tracing, surveillance, termasuk isolasi mandiri dan di rumah sakit," ujar Adib saat dihubungi SINDONews, Kamis (16/04/2020).



(Baca juga: Pemerintah Tolak Permohonan PSBB Bolaang Mongondow dan Fakfak)

Tes yang masif ini tentunya perlu diiringi langkah antisipasi dari tenaga dan fasilitas kesehatan, serta pemerintah daerah (pemda). Adib menerangkan perlu sosialisasi kepada masyarakat agar memahami tindakan yang dilakukan untuk orang tanpa gejala (OTG), dalam pemantauan (ODP), dan dalam pengawasan (PDP).

Bagi yang OTG dan PDP ringan itu cukup isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Apabila tidak bisa di rumah, maka pemda dikarantina di tempat yang disiapkan oleh pemda. Semua dengan pengawasan tim medis dari puskesmas dan dinas kesehatan setempat. Setelah 14 hari dilakukan tes PCR untuk menentukan sudah negatif apa belum.

Adib mengungkapkan, perlu menggerakan tenaga medis di daerah agar bisa melakukan pengambilan spesimen-spesimen untuk yang OTG dan PDP ringan. Mereka melakukannya secara door to door.

"Hanya PDP yang berat yang dilakukan perawatan di rumah sakit. Pada situasi itu virus sudah menyebabkan kerusakan pada paru atau pneumonia," tuturnya.

Ia juga menyarankan, upaya pemutusan mata rantai penyebaran Sars Cov-II melalui pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak diterapkan hanya satu kota. Namun, sekali menerapkan PSBB itu beberapa kota sekitar yang masyarakatnya saling berinteraksi.

"Virus itu tidak bisa bergerak, yang bergerak itu manusia yang membawa virusnya," pungkasnya.
(maf)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More