Menanti Fajar di Serambi Mekkah
Rabu, 25 November 2020 - 05:01 WIB
ACEH - Aceh merupakan provinsi yang dijuluki sebagai Serambi Mekkah . Julukan ini disematkan karena Aceh merupakan daerah yang kental dengan pengaruh dan kebudayaan Islam, khususnya pada masa kejayaannya di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda pada abad ke-17. Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di Kota Banda Aceh menjadi ikon yang paling masyhur.
Masjid ini menjadi magnet bagi masyarakat lokal Aceh, dan juga wisatawan lokal dari luar Aceh. Bukan sekedar mengambil gambar di halamannya yang mirip dengan Masjidilharam di Mekkah, wisatawan muslim pun pasti menyempatkan diri untuk salat di masjid ini.
Begitu juga saya yang mendapatkan kesempatan bermalam di Banda Aceh. Setelah mengunjungi Masjid Baiturtahman pada sore hari, saya tertarik untuk kembali mengunjunginya pada waktu salat subuh saat melihat layanan antar-jemput di hotel tempat saya menginap. ( )
Sekitar Pukul 04.50 WIB, saya bersama beberapa tamu hotel menuju Masjid Baiturrahman. Jalanan di Kota Banda Aceh masih sangat lengang, hanya ada sekitar 1-2 mobil yang lalu lalang di jalan raya. Langitnya pun masih gelap seperti malam.
Hanya butuh sekitar 7 menit menuju masjid yang tetap utuh saat peristiwa Tsunami Aceh pada 2004 silam itu. Setibanya di sana, lantunan ayat suci Al-Quran nan merdu sudah menyambut kami.
Di halaman masjid, tampak ada 2 orang saja yang sedang berfoto, tak seperti di waktu sore di mana banyak orang di halaman dan mencari angle terbaik foto mereka. Di beberapa sudut halaman masjid juga ada beberapa orang yang tengah menanti azan Subuh.
Tepat pukul 05.10 WIB, azan subuh berkumandang di Masjid Baiturrahman. Di dalam masjid sudah ada sekitar 50 orang yang menunggu waktu subuh. Dan sekitar pukul 05.22 WIB, salat subuh berjamaah dimulai dengan sekitar 90 orang jamaah laki-laki dan perempuan yang berbaris membentuk shaf secara berjarak, sesuai dengan protokol kesehatan COVID-19. ( )
Masjid ini menjadi magnet bagi masyarakat lokal Aceh, dan juga wisatawan lokal dari luar Aceh. Bukan sekedar mengambil gambar di halamannya yang mirip dengan Masjidilharam di Mekkah, wisatawan muslim pun pasti menyempatkan diri untuk salat di masjid ini.
Begitu juga saya yang mendapatkan kesempatan bermalam di Banda Aceh. Setelah mengunjungi Masjid Baiturtahman pada sore hari, saya tertarik untuk kembali mengunjunginya pada waktu salat subuh saat melihat layanan antar-jemput di hotel tempat saya menginap. ( )
Sekitar Pukul 04.50 WIB, saya bersama beberapa tamu hotel menuju Masjid Baiturrahman. Jalanan di Kota Banda Aceh masih sangat lengang, hanya ada sekitar 1-2 mobil yang lalu lalang di jalan raya. Langitnya pun masih gelap seperti malam.
Hanya butuh sekitar 7 menit menuju masjid yang tetap utuh saat peristiwa Tsunami Aceh pada 2004 silam itu. Setibanya di sana, lantunan ayat suci Al-Quran nan merdu sudah menyambut kami.
Di halaman masjid, tampak ada 2 orang saja yang sedang berfoto, tak seperti di waktu sore di mana banyak orang di halaman dan mencari angle terbaik foto mereka. Di beberapa sudut halaman masjid juga ada beberapa orang yang tengah menanti azan Subuh.
Tepat pukul 05.10 WIB, azan subuh berkumandang di Masjid Baiturrahman. Di dalam masjid sudah ada sekitar 50 orang yang menunggu waktu subuh. Dan sekitar pukul 05.22 WIB, salat subuh berjamaah dimulai dengan sekitar 90 orang jamaah laki-laki dan perempuan yang berbaris membentuk shaf secara berjarak, sesuai dengan protokol kesehatan COVID-19. ( )
tulis komentar anda