Dampak Psikologis Corona Butuh Perhatian
Senin, 11 Mei 2020 - 06:25 WIB
Karena itu, menurut Anggia, diperlukan edukasi mengenai hal itu. Langkah ini tidak hanya menjadi kewajiban Kemenkes, namun juga semua sektor harus bergerak untuk itu. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mestinya harus lebih banyak bergerak untuk itu, padahal banyak kasus.
Perlu Disiplin
Pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona atau Covid-19 yang diterapkan di 18 wilayah Indonesia ternyata belum memberikan efek maksimal.
Evaluasi berdasar riset yang dilakukan LSI Denny JA secara umum menemukan PSBB belum mampu menurunkan kasus baru secara drastis. Karena itu, seluruh komponen masyarakat dan pemerintah daerah harus lebih maksimal menerapkan PSBB.
“Jika tidak, situasi ini dikhawatirkan akan memperpanjang masa pemulihan di Indonesia. Ini sekaligus berarti memperburuk ekonomi Indonesia dengan seluruh konsekuensinya,” ungkap Denny JA, pendiri LSI Denny JA, dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Riset LSI dilakukan melalui metode riset kualitatif dengan kajian data sekunder dari tiga lembaga, yakni Gugus Tugas Nasional Covid-19 (data harian 18 wilayah PSBB sejak awal Maret – 6 Mei 2020, Worldomete data sekunder dalam rentang waktu awal Maret - 6 Mei 2020. Tiga sumber data yang digunakan, yakni data Gugus Tugas, Worldometer, dan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebagai perbandingan, Denny JA menyebut negara yang bisa dijadikan contoh sukses melawan virus corona dan masuk kategori A atau istimewa. Negara dimaksud antara lain Korea Selatan, Jerman, Australia, dan Selandia Baru. Dari grafik rentang satu sampai dua bulan, di empat negara itu terlihat puncak pandemi sudah terlewati. Kasus baru menurun secara sangat drastis.
Adapun di Indonesia, berdasarkan grafik PSBB di 18 wilayah, Denny JA menilai belum ada satu pun wilayah yang saat ini menerapkan PSBB masuk ke dalam tipologi A atau istimewa. Sementara itu, ada empat wilayah yang masuk tipologi B atau baik. Empat wilayah tersebut adalah Provinsi DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bandung Barat.
Dia lantas menuturkan, karena hingga saat ini vaksin belum ditemukan, satu satunya senjata yang ada yakni PSBB dan protokol kesehatan. “Bersama kita targetkan, di bulan ini, Mei 2020, kasus baru terpapar Covid-19 harus menurun drastis. Selesai Lebaran, kita harap perlahan kita mulai kembali kehidupan usaha kita, kantor kita, sekolah kita, agar ekonomi tidak merosot tajam. Namun, ini hanya mungkin dilakukan jika kasus baru terpapar korona merosot drastis dan warga patuh dengan aneka protokol kesehatan,” urainya.
Juru bicara pemerintah penanganan virus corona (Covid-19), Achmad Yurianto mengungkapkan, penambahan kasus Covid-19 di daerah mempunyai pola grafik yang tidak konsisten. Hal ini bisa dilihat dari data seminggu terakhir. Akibatnya, penambahan kasus di daerah susah ditebak. (Binti Mufarida/Abdul Rochim/Andika Hendra/Kiswondari)
Perlu Disiplin
Pemberlakuan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona atau Covid-19 yang diterapkan di 18 wilayah Indonesia ternyata belum memberikan efek maksimal.
Evaluasi berdasar riset yang dilakukan LSI Denny JA secara umum menemukan PSBB belum mampu menurunkan kasus baru secara drastis. Karena itu, seluruh komponen masyarakat dan pemerintah daerah harus lebih maksimal menerapkan PSBB.
“Jika tidak, situasi ini dikhawatirkan akan memperpanjang masa pemulihan di Indonesia. Ini sekaligus berarti memperburuk ekonomi Indonesia dengan seluruh konsekuensinya,” ungkap Denny JA, pendiri LSI Denny JA, dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Riset LSI dilakukan melalui metode riset kualitatif dengan kajian data sekunder dari tiga lembaga, yakni Gugus Tugas Nasional Covid-19 (data harian 18 wilayah PSBB sejak awal Maret – 6 Mei 2020, Worldomete data sekunder dalam rentang waktu awal Maret - 6 Mei 2020. Tiga sumber data yang digunakan, yakni data Gugus Tugas, Worldometer, dan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sebagai perbandingan, Denny JA menyebut negara yang bisa dijadikan contoh sukses melawan virus corona dan masuk kategori A atau istimewa. Negara dimaksud antara lain Korea Selatan, Jerman, Australia, dan Selandia Baru. Dari grafik rentang satu sampai dua bulan, di empat negara itu terlihat puncak pandemi sudah terlewati. Kasus baru menurun secara sangat drastis.
Adapun di Indonesia, berdasarkan grafik PSBB di 18 wilayah, Denny JA menilai belum ada satu pun wilayah yang saat ini menerapkan PSBB masuk ke dalam tipologi A atau istimewa. Sementara itu, ada empat wilayah yang masuk tipologi B atau baik. Empat wilayah tersebut adalah Provinsi DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bandung Barat.
Dia lantas menuturkan, karena hingga saat ini vaksin belum ditemukan, satu satunya senjata yang ada yakni PSBB dan protokol kesehatan. “Bersama kita targetkan, di bulan ini, Mei 2020, kasus baru terpapar Covid-19 harus menurun drastis. Selesai Lebaran, kita harap perlahan kita mulai kembali kehidupan usaha kita, kantor kita, sekolah kita, agar ekonomi tidak merosot tajam. Namun, ini hanya mungkin dilakukan jika kasus baru terpapar korona merosot drastis dan warga patuh dengan aneka protokol kesehatan,” urainya.
Juru bicara pemerintah penanganan virus corona (Covid-19), Achmad Yurianto mengungkapkan, penambahan kasus Covid-19 di daerah mempunyai pola grafik yang tidak konsisten. Hal ini bisa dilihat dari data seminggu terakhir. Akibatnya, penambahan kasus di daerah susah ditebak. (Binti Mufarida/Abdul Rochim/Andika Hendra/Kiswondari)
tulis komentar anda