Medsos Kini Secara Efektif Digunakan Pendakwah untuk Sampaikan Pesan Agama

Senin, 16 November 2020 - 14:48 WIB
Direktur Eksekutif pada PPIM UIN, Ismatu Ropi mengungkapkan saat ini terjadi perubahan pola penyampaian pesan agama, salah satunya adalah menggunakan medsos. Foto/SINDOnews
JAKARTA - Direktur Eksekutif pada Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN), Ismatu Ropi mengungkapkan saat ini terjadi perubahan pola penyampaian pesan agama dari pendakwah atau pemimpin agama. Salah satunya adalah menggunakan media sosial (medsos).

(Baca juga: Kemendikbud Didesak Sanksi Disdik yang Melanggar Aturan Pembukaan Sekolah)

"Bahwa para pendakwah atau para pemimpin agama itu menggunakan secara efektif menggunakan media sosial dalam menyampaikan pesan-pesannya," ungkap Ismatu dalam diseminasi hasil penelitian 'Beragama di Dunia Maya: Media Sosial dan Pandangan Keagamaan di Indonesia' secara virtual, Senin (16/11/2020).



(Baca juga: Masih Ada 30% Masyarakat Ragu-ragu Diberikan Vaksin Covid-19)

Ismatu mengungkapkan, hasil penelitian bahwa penyampaian pesan pendakwah kepada pengikutnya juga terus mengalami perubahan dari tahun ke tahun. "Tentu saja dalam studi agama kita melihat bahwa ada relasi hubungan antara pendakwah dan pengikutnya yang terus berubah," ucapnya.

"Kalau awalnya kita melihat posisi pesan agama melalui pesan langsung, berhadap-hadapan dengan para pendakwah. Kemudian pada perkembangan selanjutnya berkembang menjadi tertulis. Selanjutnya selama 15 tahun terakhir kita melihat ada pola yang yang baru yaitu digitalize transmission," ungkap Ismatu.

Lalu kata Ismatu, apakah perubahan pola transmisi penyampaian pesan melalui media sosial ini juga mempengaruhi otoritas keagamaan? "Kalau 10 tahun atau 12 tahun lalu, kita tahu 'Kiai Google' karena setiap persoalan kita pertanyakan lewat Google. Nah sekarang itu ada hal yang lebih interaktif yang dikembangkan dengan media sosial yang lain," katanya.

Ismatu mengatakan, dalam riset yang dilakukan pihaknya juga ingin mengetahui pola keagamaan di Indonesia. "Ini juga perlu dilihat karena kita melihat apakah memang dengan model perubahan ini, dengan model yang terus berubah, apakah ada kecenderungan orang itu berlaku nafisistik? Artinya bahwa kalau agama itu akan menjadi lebih otentik kalau hampir sama dengan daerah asalnya," ujarnya.

Dalam konteks Islam kata Ismatu, maka Islam yang otentik adalah model Islam yang mengadopsi lebih banyak cara pandang atau praktik-praktik yang berkembang dengan tradisi orang-orang di Arab.

"Nah apakah itu yang berkembang, apakah tidak ada inovasi apakah keagamaan itu berkembang lebih baik dalam konteks yang lebih lokal. Jadi ada beberapa hal yang menjadi konsen kita," jelasnya.

"Sehingga, dengan begitu kita berharap sekali kita memberikan kontribusi bagi nantinya pemahaman kita lebih baik, persaudaraan, rasa hormat terhadap perbedaan agama juga baik. Sehingga kita berfikir untuk masa depan Indonesia yang lebih baik," sambung Ismatu.
(maf)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More