Optimisme Dorong Optimalisasi Belanja

Senin, 09 November 2020 - 06:29 WIB
Di tengah masih banyaknya sektor yang mengalami kontraksi akibat pandemi, nyatanya pada kuartal III ini sektor pertanian masih dapat tumbuh positif sebesar 2,15% (yoy). Sektor pertanian merupakan penopang ekonomi yang sangat penting di masa yang genting seperti sekarang.

Tumbuhnya sektor pertanian di tengah masa pandemi dapat menjadi kabar baik bagi Indonesia mengingat Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan di sebagian besar negara di dunia, Covid-19 menyebabkan akses makanan berkurang karena pendapatan turun, pengiriman uang berkurang, dan harga bahan makanan meningkat. Bahkan PBB memperkirakan pada 2020 terdapat tambahan 83 juta orang atau bahkan hingga 132 juta orang mengalami kelaparan di seluruh dunia yang dipicu resesi ekonomi akibat Covid-19.

Pada masa pandemi dan resesi ini, pemerintah perlu terus menstimulus dan mendorong sektor pertanian untuk menghindari terjadinya darurat pangan selama pandemi. Sejatinya menjaga ketahanan pangan bagi Indonesia bukan merupakan hal yang sulit mengingat Indonesia memiliki kekuatan besar di sektor pertanian. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara pertanian terbesar kelima di dunia dengan sektor pertanian menyumbang sekitar 14% PDB atau sekitar 128 dolar AS pada 2018. (Baca juga: Penyakit Penyerta Covid-19 Perlu Diwaspadai)

Selain itu, dari sisi supply, pemerintah juga perlu mendorong para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk dapat bangkit dari keterpurukan. Survei BPS pada Juli 2020 terkait Covid-19 menemukan bahwa 84% usaha berskala kecil (UMK) dan 82% usaha menengah besar (UMB) mengalami penurunan pendapatan. Harapan penyelamatan ekonomi nasional salah satunya ada pada UMKM.

Keterpurukan UMKM di tengah masa sulit sangat disayangkan bila melihat jumlah UMKM di Indonesia saat ini adalah 64 jutaan. Jumlah tersebut mencapai 99,9% dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia. UMKM juga memberikan kontribusi 97% penyerapan tenaga kerja sehingga secara total, kontribusi UMKM pada perekonomian nasional adalah sebesar 60%.

Selanjutnya dari sisi demand, konsumsi rumah tangga masih mengalami kontraksi pada kuartal ketiga, yaitu di level 4,04% (year on year/yoy). Pertumbuhan negatif ini bahkan menjadi sumber kontraksi terdalam ekonomi pada kuartal ketiga.

Peranan konsumsi rumah tangga dalam struktur perekonomian Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 57%. Oleh sebab itu, ketika komponen ini mengalami kontraksi, dampaknya pun akan signifikan ke pertumbuhan ekonomi. Meski masih mengalami kontraksi, penyusutan pada konsumsi rumah tangga mulai membaik bila dibandingkan dengan realisasi pada kuartal kedua 2020 yang mencapai minus 5,52% (yoy). (Baca juga: Kemendagri: Perusahaan Fintech Wajib Lindungi Data pribadi)

(Masih) Optimalisasi Belanja

Berada di masa resesi, peran pemerintah untuk hadir di tengah masyarakat dalam bentuk informasi, kebijakan, dan program bantuan yang direalisasi secara cepat dan tepat masih sangat diperlukan. Berbagai bantuan pemerintah melalui Program Ekonomi Nasional (PEN) masih perlu terus dioptimalkan penyerapannya untuk dapat mendorong perbaikan ekonomi di kuartal IV 2020.

Hingga saat ini data menunjukkan bahwa dari total pagu Rp695,2 triliun, PEN telah terealisasi sebesar Rp366,27 triliun atau sebesar 52,7% dari pagu. Adapun realisasi terbesar PEN terdapat pada dukungan terhadap UMKM, yakni sebesar Rp92,73 triliun (80,8%) serta realisasi bantuan perlindungan sosial, yakni sebesar Rp176,27 triliun (75,2%).
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More