Optimisme Dorong Optimalisasi Belanja
Senin, 09 November 2020 - 06:29 WIB
Prof. Chandra Fajri Ananda Ph.D
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
Dampak pandemi corona (Covid-19) terasa sangat signifikan hingga mampu memorakporandakan perekonomian global. Sebagian negara, termasuk negara-negara utama dunia, telah terlebih dahulu masuk dalam jurang resesi. Kini Indonesia pun telah resmi masuk dalam deretan negara di dunia yang juga mengalami resesi. (Baca: Pentingnya Tafakuri Diri)
Badan Pusat Statistik (BPS) telah resmi melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi minus 3,49% secara year on year (yoy). Hal tersebut menandakan bahwa Indonesia telah resmi mengalami resesi pada tahun ini setelah dua kuartal beruntun ekonominya tumbuh minus. Meski demikian kontraksi di kuartal III-2020 lebih baik bila dibandingkan dengan posisi pada kuartal II-2020 yang tercatat minus 5,32% (yoy).
BPS menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020. Secara umum faktor PDB pada kuartal III memang tidak berubah, yaitu 64,13% PDB berasal dari 5 sektor (industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan).
Data BPS juga menunjukkan bahwa pada kuartal III setidaknya terdapat 7 sektor yang tumbuh positif, di antaranya pertanian, infokom, administrasi, pemerintahan, jasa pendidikan, real estate, jasa kesehatan, dan pengadaan air. Di sisi lain masih terdapat pula 10 sektor yang mengalami kontraksi meski tidak sedalam kontraksi yang terjadi pada kuartal sebelumnya. Salah satunya sektor industri yang pada kuartal II tumbuh minus 6,19%.
Namun pada kuartal III industri mampu tumbuh minus 4,31%. Selain itu sektor lain yang mengalami kontraksi adalah akomodasi makan dan minum. Meski demikian kontraksinya hanya separuh dari kuartal II yang lalu, yaitu pada kuartal II kemarin akomodasi makan dan minum mengalami kontraksi 22%, tetapi pada kuartal III kontraksinya jauh lebih landai, sebesar 11,85%. (Baca juga: Sosialisasi Minim, Banyak Sekolah tak Tahu Penyederhanaan Kurikulum)
Menjaga Supply dan Demand
Tak dapat dimungkiri bahwa Covid-19 telah membuat ekonomi Indonesia terpukul dari dua sisi sekaligus, yaitu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Oleh sebab itu perbaikan ekonomi dari dua sisi (supply dan demand) sangat diperlukan untuk melepaskan perekonomian nasional dari jerat resesi.
Staf Khusus Menteri Keuangan RI
Dampak pandemi corona (Covid-19) terasa sangat signifikan hingga mampu memorakporandakan perekonomian global. Sebagian negara, termasuk negara-negara utama dunia, telah terlebih dahulu masuk dalam jurang resesi. Kini Indonesia pun telah resmi masuk dalam deretan negara di dunia yang juga mengalami resesi. (Baca: Pentingnya Tafakuri Diri)
Badan Pusat Statistik (BPS) telah resmi melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi minus 3,49% secara year on year (yoy). Hal tersebut menandakan bahwa Indonesia telah resmi mengalami resesi pada tahun ini setelah dua kuartal beruntun ekonominya tumbuh minus. Meski demikian kontraksi di kuartal III-2020 lebih baik bila dibandingkan dengan posisi pada kuartal II-2020 yang tercatat minus 5,32% (yoy).
BPS menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020. Secara umum faktor PDB pada kuartal III memang tidak berubah, yaitu 64,13% PDB berasal dari 5 sektor (industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan).
Data BPS juga menunjukkan bahwa pada kuartal III setidaknya terdapat 7 sektor yang tumbuh positif, di antaranya pertanian, infokom, administrasi, pemerintahan, jasa pendidikan, real estate, jasa kesehatan, dan pengadaan air. Di sisi lain masih terdapat pula 10 sektor yang mengalami kontraksi meski tidak sedalam kontraksi yang terjadi pada kuartal sebelumnya. Salah satunya sektor industri yang pada kuartal II tumbuh minus 6,19%.
Namun pada kuartal III industri mampu tumbuh minus 4,31%. Selain itu sektor lain yang mengalami kontraksi adalah akomodasi makan dan minum. Meski demikian kontraksinya hanya separuh dari kuartal II yang lalu, yaitu pada kuartal II kemarin akomodasi makan dan minum mengalami kontraksi 22%, tetapi pada kuartal III kontraksinya jauh lebih landai, sebesar 11,85%. (Baca juga: Sosialisasi Minim, Banyak Sekolah tak Tahu Penyederhanaan Kurikulum)
Menjaga Supply dan Demand
Tak dapat dimungkiri bahwa Covid-19 telah membuat ekonomi Indonesia terpukul dari dua sisi sekaligus, yaitu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Oleh sebab itu perbaikan ekonomi dari dua sisi (supply dan demand) sangat diperlukan untuk melepaskan perekonomian nasional dari jerat resesi.
tulis komentar anda