Kemenkes: Masalah Pelayanan Kesehatan Jadi Tantangan Saat Pandemi COVID-19
Rabu, 04 November 2020 - 12:10 WIB
JAKARTA - Kepala bidang Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan Kementerian Kesehatan ( Kemenkes ), dr Ina Agustina Isturini mengungkapkan bahwa masalah pelayanan kesehatan menjadi tantangan pada saat pandemi COVID-19 saat ini.
“Masalah pelayanan kesehatan kita juga cukup banyak, tidak hanya COVID-19. Kita ada angka kematian Ibu yang cukup tinggi, angka kematian bayi, ada TBC, ada Malaria, stunting, penyakit tidak menular dan sebagainya,” ujar Ina dalam diskusi secara virtual, Rabu (4/11/2020). (Baca juga: 28 Kasus Baru, Total 1.754 WNI Positif COVID-19)
Ina mengatakan saat ini beban kerja tenaga kesehatan juga semakin banyak ditambah dengan COVID-19. “Nah ini yang juga harus terus tidak boleh berhenti pelayanan kesehatan. Ini adalah satu tantangan tersendiri. Jadi para tenaga kesehatan tetap berjuang agar semuanya bisa berjalan, tetap terlaksana, yang minum obat TBC harus tetap jangan sampai terganggu, semuanya tetap berjalan,” jelasnya.
Jika pelayanan kesehatan tidak berjalan dengan baik maka akan menambah angka kerentanan terpapar COVID-19. “Kalau misalnya ini tidak berjalan dengan baik, maka ini akan menjadi faktor kerentanan juga. Orang yang sakit ini tentu akan lebih rentan mendapat COVID-19 dibandingkan orang yang sehat mendapat COVID-19. Selain itu tentu penyakit-penyakitnya ini karena tidak ditangani dengan baik, akibatnya mortalitas dan morbiditas akan meningkat,” terang Ina.
Ditambah lagi, bahwa berdasarkan data virus COVID-19 juga menyebar sangat cepat hanya dalam beberapa bulan saja sejak ditemukan kasus pertama kini jumlahnya mencapai hampir 50 juta di seluruh dunia.
“Tapi kebayang dengan begitu mudahnya dia menular, jadi ini salah satu ciri khas COVID-19 ini dia cepat sekali ya, kalau kita lihat dalam sejak dia muncul Januari sampai sekarang Oktober, Juni aja sudah 46 juta hampir 50 juta. Lalu, Indonesia sudah lebih dari 400 ribu. Bahwa ini menunjukkan bahwa virus ini sangat cepat,” kata Ina.
Kalau kalau kita tidak hati-hati, tegas Ina dimana ada 1 juta orang saja misalnya sakit berbarengan maka 20% itu adalah 200.000 orang yang membutuhkan pelayanan rumah sakit. (Baca juga: Banyak Menteri Diduga Positif COVID-19, PAN Tekankan Pentingnya Tracing Pejabat)
“Nah, itu artinya membutuhkan pelayanan rumah sakit. Padahal jumlah tempat tidur di rumah sakit itu yang tersedia saat ini kalau jumlahnya sekitar 200.000-an bed. Padahal, ada juga ada penyakit-penyakit lain tidak hanya COVID-19,” tutup Ina.
“Masalah pelayanan kesehatan kita juga cukup banyak, tidak hanya COVID-19. Kita ada angka kematian Ibu yang cukup tinggi, angka kematian bayi, ada TBC, ada Malaria, stunting, penyakit tidak menular dan sebagainya,” ujar Ina dalam diskusi secara virtual, Rabu (4/11/2020). (Baca juga: 28 Kasus Baru, Total 1.754 WNI Positif COVID-19)
Ina mengatakan saat ini beban kerja tenaga kesehatan juga semakin banyak ditambah dengan COVID-19. “Nah ini yang juga harus terus tidak boleh berhenti pelayanan kesehatan. Ini adalah satu tantangan tersendiri. Jadi para tenaga kesehatan tetap berjuang agar semuanya bisa berjalan, tetap terlaksana, yang minum obat TBC harus tetap jangan sampai terganggu, semuanya tetap berjalan,” jelasnya.
Jika pelayanan kesehatan tidak berjalan dengan baik maka akan menambah angka kerentanan terpapar COVID-19. “Kalau misalnya ini tidak berjalan dengan baik, maka ini akan menjadi faktor kerentanan juga. Orang yang sakit ini tentu akan lebih rentan mendapat COVID-19 dibandingkan orang yang sehat mendapat COVID-19. Selain itu tentu penyakit-penyakitnya ini karena tidak ditangani dengan baik, akibatnya mortalitas dan morbiditas akan meningkat,” terang Ina.
Ditambah lagi, bahwa berdasarkan data virus COVID-19 juga menyebar sangat cepat hanya dalam beberapa bulan saja sejak ditemukan kasus pertama kini jumlahnya mencapai hampir 50 juta di seluruh dunia.
“Tapi kebayang dengan begitu mudahnya dia menular, jadi ini salah satu ciri khas COVID-19 ini dia cepat sekali ya, kalau kita lihat dalam sejak dia muncul Januari sampai sekarang Oktober, Juni aja sudah 46 juta hampir 50 juta. Lalu, Indonesia sudah lebih dari 400 ribu. Bahwa ini menunjukkan bahwa virus ini sangat cepat,” kata Ina.
Kalau kalau kita tidak hati-hati, tegas Ina dimana ada 1 juta orang saja misalnya sakit berbarengan maka 20% itu adalah 200.000 orang yang membutuhkan pelayanan rumah sakit. (Baca juga: Banyak Menteri Diduga Positif COVID-19, PAN Tekankan Pentingnya Tracing Pejabat)
“Nah, itu artinya membutuhkan pelayanan rumah sakit. Padahal jumlah tempat tidur di rumah sakit itu yang tersedia saat ini kalau jumlahnya sekitar 200.000-an bed. Padahal, ada juga ada penyakit-penyakit lain tidak hanya COVID-19,” tutup Ina.
(kri)
tulis komentar anda