Duet Gatot-Hanafi Tidak Ideal untuk Partai Ummat, Gatot-Sandi Lebih Mantap
Rabu, 28 Oktober 2020 - 18:06 WIB
JAKARTA - Nama mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo diusulkan untuk diduetkan dengan Hanafi Rais sebagai ketua umum dan sekjen Partai Ummat . Usulan tersebut dari netizen yang berpartisipasi dalam kolom obrolan live chat tayangnya tentang Persiapan Deklarasi Partai Ummat yang tayang di Channel YouTube Terminal Amien Rais .
Pengamat Politik Telkom University dan Universitas Muhammadiyah Jakarta Dedi Kurnia Syah mengatakan, ada sejumlah persoalan yang ada dalam pendirian Partai Ummat. Pertama, dari nama parpol saja, nama "Ummat" dinilai tidak representatif untuk kondisi politik nasional di Indonesia. "Kenapa? Karena sudah terlalu merujuk pada afiliasi kelompok tertentu. Itu tentu merugikan dari segi nama parpol dan cakupannya," ujar Dedi dihubungi, Rabu (28/10/2020).
Kedua, dari sisi ketokohan, Gatot diakui memiliki performa untuk menggalang dukungan sekaligus untuk mengumpulkan basis massa. Begitu juga dengan Hanafi Rais yang sebenarnya hanya replikasi dari ketokohan Amien Rais, bukan ketokohan Hanafi Rais secara personal. "Tetapi kalau kemudian ini digabung maka akan kental nuansa bahwa Partai Ummat ini betul-betul partai pribadi Amien Rais," katanya.
(Baca: Muncul Usulan Gatot Nurmantyo-Hanafi Rais Pimpin Partai Ummat, Ini Respons Loyalis Amien Rais)
Dari sisi ketokohan, kata Dedi, Gatot dengan segala kelebihannya justru akan mengganggu Partai Ummat untuk lebih berkembang, dan untuk menggalang dukungan yang lebih luas karena sudah terlanjur fokus kepada satu kelompok. "Dari sisi ketokohan mungkin di kalangan aktivis Partai Ummat, Gatot Nurmantyo adalah tokoh yang paling populer sekaligus tokoh paling potensial, tetapi kalau kemudian disandingkan dengan Hanafi Rais, tentu ini cakupannya akan menyempit," katanya.
Sebagai tokoh dengan latar belakang militer yang prular, katanya, Gatot Nurmantyo akan bagus sekali kalau seandainya nama partainya bukan Partai Ummat. "Gatot kan lahir dari militer, bukan tokoh yang misalnya Din Syamsuddin yang memang lahir dari kalangan Muhammadiyah, atau mungkin Amien Rais yang juga tokoh Islam yang kental," katanya.
(Baca: Elektabilitas PAN Melorot, Ini Reaksi Loyalis Zulhas vs Amien Rais)
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini menyebutkan bahwa Gatot punya modal secara ketokohan nasional karena plural sehingga seharusnya bisa menggaet semua kalangan untuk masuk ke partai yang dipimpinnya. "Jangan sampai nama Gatot ini direduksi dengan simbol-simbol yang sifatnya parsial, semisal munculnya Hanafi Rais atau mungkin dengan Partai Ummat, dan lainnya," urainya.
Namun jika harus masuk ke Partai Ummat, misalnya, menurut Dedi, Gatot akan sangat lebih bagus jika disandingkan dengan tokoh yang setara. "Artinya tokoh yang belum terafiliasi secara politis. Kalau Hanafi Rais secara politis sudah kental sekali terafiliasi dengan Amien Rais. Misalnya seandainya entah bagaimana manuvernya, bisa menggandeng Sandiaga Uno atau tokoh-tokoh yang punya kesetaraan dengan Sandiaga Uno yang tidak terlalu lekat dengan posisi politik saat ini, jadi nuansa fresh-nya itu benar-benar mengemuka," paparnya.
Pengamat Politik Telkom University dan Universitas Muhammadiyah Jakarta Dedi Kurnia Syah mengatakan, ada sejumlah persoalan yang ada dalam pendirian Partai Ummat. Pertama, dari nama parpol saja, nama "Ummat" dinilai tidak representatif untuk kondisi politik nasional di Indonesia. "Kenapa? Karena sudah terlalu merujuk pada afiliasi kelompok tertentu. Itu tentu merugikan dari segi nama parpol dan cakupannya," ujar Dedi dihubungi, Rabu (28/10/2020).
Kedua, dari sisi ketokohan, Gatot diakui memiliki performa untuk menggalang dukungan sekaligus untuk mengumpulkan basis massa. Begitu juga dengan Hanafi Rais yang sebenarnya hanya replikasi dari ketokohan Amien Rais, bukan ketokohan Hanafi Rais secara personal. "Tetapi kalau kemudian ini digabung maka akan kental nuansa bahwa Partai Ummat ini betul-betul partai pribadi Amien Rais," katanya.
(Baca: Muncul Usulan Gatot Nurmantyo-Hanafi Rais Pimpin Partai Ummat, Ini Respons Loyalis Amien Rais)
Dari sisi ketokohan, kata Dedi, Gatot dengan segala kelebihannya justru akan mengganggu Partai Ummat untuk lebih berkembang, dan untuk menggalang dukungan yang lebih luas karena sudah terlanjur fokus kepada satu kelompok. "Dari sisi ketokohan mungkin di kalangan aktivis Partai Ummat, Gatot Nurmantyo adalah tokoh yang paling populer sekaligus tokoh paling potensial, tetapi kalau kemudian disandingkan dengan Hanafi Rais, tentu ini cakupannya akan menyempit," katanya.
Sebagai tokoh dengan latar belakang militer yang prular, katanya, Gatot Nurmantyo akan bagus sekali kalau seandainya nama partainya bukan Partai Ummat. "Gatot kan lahir dari militer, bukan tokoh yang misalnya Din Syamsuddin yang memang lahir dari kalangan Muhammadiyah, atau mungkin Amien Rais yang juga tokoh Islam yang kental," katanya.
(Baca: Elektabilitas PAN Melorot, Ini Reaksi Loyalis Zulhas vs Amien Rais)
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini menyebutkan bahwa Gatot punya modal secara ketokohan nasional karena plural sehingga seharusnya bisa menggaet semua kalangan untuk masuk ke partai yang dipimpinnya. "Jangan sampai nama Gatot ini direduksi dengan simbol-simbol yang sifatnya parsial, semisal munculnya Hanafi Rais atau mungkin dengan Partai Ummat, dan lainnya," urainya.
Namun jika harus masuk ke Partai Ummat, misalnya, menurut Dedi, Gatot akan sangat lebih bagus jika disandingkan dengan tokoh yang setara. "Artinya tokoh yang belum terafiliasi secara politis. Kalau Hanafi Rais secara politis sudah kental sekali terafiliasi dengan Amien Rais. Misalnya seandainya entah bagaimana manuvernya, bisa menggandeng Sandiaga Uno atau tokoh-tokoh yang punya kesetaraan dengan Sandiaga Uno yang tidak terlalu lekat dengan posisi politik saat ini, jadi nuansa fresh-nya itu benar-benar mengemuka," paparnya.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda