Menyepuh Pulai Kei, Mutiara di Tenggara Maluku
Selasa, 27 Oktober 2020 - 19:11 WIB
Sementara Bupati Maluku Tenggara, M Thaher Hanubun berkomitmen membangun Pulau Kei Besar. Ia yakin melalui segenap pembangunan yang merata kesejahteraan masyarakat akan tercapai.
Kei Besar telah ditetapkan sebagai sebagai wilayah perbatasan NKRI berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 6 tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-pulau Kecil Terluar, dan PeraturanPresiden RI Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-2024.Kabupaten Maluku Tenggara termasuk dalam Kawasan Strategis Prioritas dengan dibangunnya jalan Trans Kei Besar sebagai proyek prioritas Strategis RPJMN tahun 2020-2024.
Karenanya menjelang Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2020 besok, Thaher menyebutkan Pembangunan wilayah perbatasan negara di Maluku Tenggara membutuhkan kolaborasi dan sinergitas lintas sektoral.
Dukungan sama juga diungkapkan Gubernur Maluku, Irjen Pol (Purn) Murad Ismail yang secara khusus datang ke Maluku Tenggara. Orang nomor satu di propinsi Maluku ini siap mendukung setiap kegiatan yang dilakukan Pemkab Maluku Tenggara dalam memberdayakan ekonomi masyarakat wilayah perbatasan.
(Baca: Hong Arta Didakwa Menyuap Anggota DPR dan Kepala BPJN IX Maluku)
Selain itu, pemerintah daerah telah mengembangkan pariwisata wilayah Perbatasan. Seperti yang dikembangkan di Pulau Kelapa, Desa Elat, Kecamatan Kei Besar.
Thaher juga mengatakan berusaha menggali potensi sumberdaya alam perikanan, dan perkebunan yang belum tergarap optimal. “Kawasan perbatasan punya opportunity tinggiuntuk dikembangkan. Awalnya kawasan tersebut jarang disentuhpembangunan, tetapi kini bisa dirubah menjadi kawasan yang memiliki prospek menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah,” kata Thaher.
Guru Besar UI/Mantan Dirjen Pengolahan & Pemasaran Kementerian Kelautan & Perikanan, Prof Dr Martani Huseini mengatakan kei memiliki jaringan luas. “Saya lebih menyarankan untuk menggali perikanan disana,” katanya.
Ia lantas mencontohkan seperti bibit lobster yang bernilai mahal hingga ratusan ribu belum tergali disana. Warga disana hanya melakukan penangkapan lalu menjualnya dengan harga murah. “Padahal kalo di kembangbiakan akan menjadi nilai ekonomis dan pad bagi warganya,” tutupnya.
Kei Besar telah ditetapkan sebagai sebagai wilayah perbatasan NKRI berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 6 tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-pulau Kecil Terluar, dan PeraturanPresiden RI Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-2024.Kabupaten Maluku Tenggara termasuk dalam Kawasan Strategis Prioritas dengan dibangunnya jalan Trans Kei Besar sebagai proyek prioritas Strategis RPJMN tahun 2020-2024.
Karenanya menjelang Peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2020 besok, Thaher menyebutkan Pembangunan wilayah perbatasan negara di Maluku Tenggara membutuhkan kolaborasi dan sinergitas lintas sektoral.
Dukungan sama juga diungkapkan Gubernur Maluku, Irjen Pol (Purn) Murad Ismail yang secara khusus datang ke Maluku Tenggara. Orang nomor satu di propinsi Maluku ini siap mendukung setiap kegiatan yang dilakukan Pemkab Maluku Tenggara dalam memberdayakan ekonomi masyarakat wilayah perbatasan.
(Baca: Hong Arta Didakwa Menyuap Anggota DPR dan Kepala BPJN IX Maluku)
Selain itu, pemerintah daerah telah mengembangkan pariwisata wilayah Perbatasan. Seperti yang dikembangkan di Pulau Kelapa, Desa Elat, Kecamatan Kei Besar.
Thaher juga mengatakan berusaha menggali potensi sumberdaya alam perikanan, dan perkebunan yang belum tergarap optimal. “Kawasan perbatasan punya opportunity tinggiuntuk dikembangkan. Awalnya kawasan tersebut jarang disentuhpembangunan, tetapi kini bisa dirubah menjadi kawasan yang memiliki prospek menjadi pusat pertumbuhan ekonomi daerah,” kata Thaher.
Guru Besar UI/Mantan Dirjen Pengolahan & Pemasaran Kementerian Kelautan & Perikanan, Prof Dr Martani Huseini mengatakan kei memiliki jaringan luas. “Saya lebih menyarankan untuk menggali perikanan disana,” katanya.
Ia lantas mencontohkan seperti bibit lobster yang bernilai mahal hingga ratusan ribu belum tergali disana. Warga disana hanya melakukan penangkapan lalu menjualnya dengan harga murah. “Padahal kalo di kembangbiakan akan menjadi nilai ekonomis dan pad bagi warganya,” tutupnya.
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda