Sumpah Pemuda, Teknologi Digital, dan Hoax
Rabu, 21 Oktober 2020 - 20:27 WIB
Pada generasi saat ini harus diakui sisi kehidupan sangat dipengaruhi oleh dunia digital. Selain lingkungan kerja, dalam keluarga, lingkungan sekitar, sekolah dan pertemanan pun juga turut menggunakan kemajuan teknologi mumpuni.
Hal itu termasuk di dalamnya media sosial (medsos). Baik untuk bertegur sapa, maupun mengungkapkan apa saja yang tengah dikerjakan, termasuk ingin eksis dipublik. Seperti halnya dengan media, dunia digital pun merangkap media sosial bisa dianggap sebagai pilar keempat demokrasi.
Di era pandemi Covid-19 di Tanah Air yang belum mereda ini, para pemuda pemudi tidak boleh mudah menyerah begitu saja, termasuk oleh keadaan yang tidak menentu. Saatnya bangkit dan menunjukkan bahwa generasi muda bisa diandalkan dan terdepan.
Saat ini banyak kelas-kelas online yang dibuka, mulai dari yang gratis sampai tawaran paket belajar yang tergolong murah dengan harga yang cukup terjangkau. Bila gerakan kolaborasi digital ini berjalan masif dan berkelanjutan, maka akan terjadi percepatan pemerataan pengetahuan dan keahlian. Pada akhirnya semua itu bertujuan untuk mempercepat kemajuan dan pastinya memperkuat persatuan Indonesia.
Tentu dengan spirit Sumpah Pemuda 2020 ini generasi muda bisa menciptakan kolaborasi digital yang mau maju bersama serta terus menjaga persatuan Indonesia. Salah satu cara menghadapi era revolusi industri 4.0, perlu adanya peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) melalui program link and match antara pendidikan dan industri.
SDM Indonesia adalah generasi milenial yang tidak bisa terbantahkan dan luput dari perubahan yang dibawa pada era revolusi industri 4.0. Bahwasannya tak hanya pintar dan menguasai teori, mereka harus memiliki kemampuan belajar tinggi untuk mengikuti perubahan yang berlangsung.
Munculnya teknologi-teknologi mempengaruhi perubahan tatanan sosial, ekonomi dan politik yang sudah mapan di masyarakat. Lompatan-lompatan yang terjadi inilah yang membuat terjadinya gejolak yakni semua tergantung teknologi digital seperti e-learning, e-commerce, dan lainnya.
Jika hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kualitasnya sumber daya manusia (SDM) dan pembentukan karakter bangsa sebagai identitas bangsa Indonesia, maka akan mudah tersulut dan terbawa arus perpecahan dan lunturnya nilai-nilai Pancasila.
Namun sayangnya terakhir ini, banyak generasi muda yang mudah terjebak oleh isu atau berita yang tidak jelas atau bohong alias hoax tanpa dilakukan kroscek terlebih dahulu yang akhirnya saling mengadu domba satu sama lain.
Misalnya saja sehari Rancangan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja disahkan menjadi UU, Senin (5/10/202), massa melakukan aksi unjuk rasa di Jakarta dan di sejumlah kota di Indonesia.
Hal itu termasuk di dalamnya media sosial (medsos). Baik untuk bertegur sapa, maupun mengungkapkan apa saja yang tengah dikerjakan, termasuk ingin eksis dipublik. Seperti halnya dengan media, dunia digital pun merangkap media sosial bisa dianggap sebagai pilar keempat demokrasi.
Di era pandemi Covid-19 di Tanah Air yang belum mereda ini, para pemuda pemudi tidak boleh mudah menyerah begitu saja, termasuk oleh keadaan yang tidak menentu. Saatnya bangkit dan menunjukkan bahwa generasi muda bisa diandalkan dan terdepan.
Saat ini banyak kelas-kelas online yang dibuka, mulai dari yang gratis sampai tawaran paket belajar yang tergolong murah dengan harga yang cukup terjangkau. Bila gerakan kolaborasi digital ini berjalan masif dan berkelanjutan, maka akan terjadi percepatan pemerataan pengetahuan dan keahlian. Pada akhirnya semua itu bertujuan untuk mempercepat kemajuan dan pastinya memperkuat persatuan Indonesia.
Tentu dengan spirit Sumpah Pemuda 2020 ini generasi muda bisa menciptakan kolaborasi digital yang mau maju bersama serta terus menjaga persatuan Indonesia. Salah satu cara menghadapi era revolusi industri 4.0, perlu adanya peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) melalui program link and match antara pendidikan dan industri.
SDM Indonesia adalah generasi milenial yang tidak bisa terbantahkan dan luput dari perubahan yang dibawa pada era revolusi industri 4.0. Bahwasannya tak hanya pintar dan menguasai teori, mereka harus memiliki kemampuan belajar tinggi untuk mengikuti perubahan yang berlangsung.
Munculnya teknologi-teknologi mempengaruhi perubahan tatanan sosial, ekonomi dan politik yang sudah mapan di masyarakat. Lompatan-lompatan yang terjadi inilah yang membuat terjadinya gejolak yakni semua tergantung teknologi digital seperti e-learning, e-commerce, dan lainnya.
Jika hal ini tidak dibarengi dengan peningkatan kualitasnya sumber daya manusia (SDM) dan pembentukan karakter bangsa sebagai identitas bangsa Indonesia, maka akan mudah tersulut dan terbawa arus perpecahan dan lunturnya nilai-nilai Pancasila.
Namun sayangnya terakhir ini, banyak generasi muda yang mudah terjebak oleh isu atau berita yang tidak jelas atau bohong alias hoax tanpa dilakukan kroscek terlebih dahulu yang akhirnya saling mengadu domba satu sama lain.
Misalnya saja sehari Rancangan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja disahkan menjadi UU, Senin (5/10/202), massa melakukan aksi unjuk rasa di Jakarta dan di sejumlah kota di Indonesia.
Lihat Juga :
tulis komentar anda