Ini Komposisi Suplemen Herbal Buatan Pemerintah untuk Tangkal Covid-19
Selasa, 20 Oktober 2020 - 17:13 WIB
JAKARTA - Tidak hanya mengembangkan vaksin Merah Putih untuk cegah Covid-19, pemerintah juga sedang melakukan uji klinis terhadap suplemen berbahan herbal. Peningkat imun tubuh atau immunomodulator itu diperoleh dari bahan-bahan alami yang banyak ditemukan di Indonesia.
Bahan tersebut di adalah jahe merah, meniran, sambiloto, echinacea, temulawak, kunyit, sereh, kayu manis, seledri, cengkih, daun kelor, mengkudu, sirsak, manggis, jeruk, dan jambu. (Baca juga:Ditugasi Jokowi Cari Obat Herbal COVID-19, Kemenko PMK-BPOM Kunjungi UNS)
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, upaya pengujian terhadap bahan herbal itu ditujukan untuk menemukan suplemen atau obat yang spesifik dan dapat menjaga daya tahan tubuh terhadap Covid-19.
“Saat ini sudah dilakukan uji klinis di RS Wisma Atlet bekerja sama dengan PT Kalbe Farma. Saat ini kami masih menunggu hasil dari BPOM,” ungkap Bambang dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (20/10/2020). (Baca juga:Cari Obat COVID-19, WHO Akhirnya Setujui Uji Klinis Herbal)
Sejauh ini, ekstrak tersandar sudah tersedia dalam bentuk obat herbal atau jamu. Dia berharap, dari uji immunomodulator berbahan herbal di Indonesia ini nantinya bisa mendapatkan ramuan yang cocok dijadikan sebagai suplemen untuk meningkatkan imun tubuh terhadap infeksi Covid-19. (Baca juga:Paparan Lengkap UAH Meriset Covid-19 Hingga Temukan Herbal, Simak Videonya)
“Harapannya dari immunomodulator berbahan herbal ini, kita bisa mendapatkan paling tidak satu jenis immunomodulator yang secara resmi bisa dikatakan sebagai suplemen yang cocok untuk Covid-19,” ujarnya.
Khusus vaksin, mantan Kepala Bappenas itu juga mengatakan pemerintah tetap akan mengembangkan vaksin hingga 2023. Langkah itu dilatari adanya kemungkinan untuk revaksinasi atau pemberian vaksin kembali. “Karena kemungkinan vaksin ini tidak menimbulkan daya tahan tubuh yang selamanya, seumur hidup,” paparnya.
Selain mengandalkan Sinovac, Sinopharm, Cansino, AstraZeneca, atau vaksin lainnya yang dibuat oleh negara lain, pemerintah akan mengembangkan jangka panjang vaksin lokal yaitu vaksin Merah Putih.
“Kita harapkan vaksin lain cocok, begitu juga vaksin Merah Putih ini cocok untuk orang Indonesia. Kita tidak ingin istilahnya bertanding untuk efikasinya, tetapi kita harus bisa menyediakan vaksin untuk kebutuhan seluruh rakyat Indonesia. Itu yang paling penting,” tandasnya.
Bahan tersebut di adalah jahe merah, meniran, sambiloto, echinacea, temulawak, kunyit, sereh, kayu manis, seledri, cengkih, daun kelor, mengkudu, sirsak, manggis, jeruk, dan jambu. (Baca juga:Ditugasi Jokowi Cari Obat Herbal COVID-19, Kemenko PMK-BPOM Kunjungi UNS)
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, upaya pengujian terhadap bahan herbal itu ditujukan untuk menemukan suplemen atau obat yang spesifik dan dapat menjaga daya tahan tubuh terhadap Covid-19.
“Saat ini sudah dilakukan uji klinis di RS Wisma Atlet bekerja sama dengan PT Kalbe Farma. Saat ini kami masih menunggu hasil dari BPOM,” ungkap Bambang dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (20/10/2020). (Baca juga:Cari Obat COVID-19, WHO Akhirnya Setujui Uji Klinis Herbal)
Sejauh ini, ekstrak tersandar sudah tersedia dalam bentuk obat herbal atau jamu. Dia berharap, dari uji immunomodulator berbahan herbal di Indonesia ini nantinya bisa mendapatkan ramuan yang cocok dijadikan sebagai suplemen untuk meningkatkan imun tubuh terhadap infeksi Covid-19. (Baca juga:Paparan Lengkap UAH Meriset Covid-19 Hingga Temukan Herbal, Simak Videonya)
“Harapannya dari immunomodulator berbahan herbal ini, kita bisa mendapatkan paling tidak satu jenis immunomodulator yang secara resmi bisa dikatakan sebagai suplemen yang cocok untuk Covid-19,” ujarnya.
Khusus vaksin, mantan Kepala Bappenas itu juga mengatakan pemerintah tetap akan mengembangkan vaksin hingga 2023. Langkah itu dilatari adanya kemungkinan untuk revaksinasi atau pemberian vaksin kembali. “Karena kemungkinan vaksin ini tidak menimbulkan daya tahan tubuh yang selamanya, seumur hidup,” paparnya.
Selain mengandalkan Sinovac, Sinopharm, Cansino, AstraZeneca, atau vaksin lainnya yang dibuat oleh negara lain, pemerintah akan mengembangkan jangka panjang vaksin lokal yaitu vaksin Merah Putih.
“Kita harapkan vaksin lain cocok, begitu juga vaksin Merah Putih ini cocok untuk orang Indonesia. Kita tidak ingin istilahnya bertanding untuk efikasinya, tetapi kita harus bisa menyediakan vaksin untuk kebutuhan seluruh rakyat Indonesia. Itu yang paling penting,” tandasnya.
(nbs)
Lihat Juga :
tulis komentar anda