Yuk, Cuci Tangan Pakai Sabun
Jum'at, 16 Oktober 2020 - 05:57 WIB
Secara terpisah, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Kirana Pritasari meminta peringatan ini dijadikan sebagai momen pengingat bahwa CTPS bisa mencegah Covid-19. “Covid-19 telah menjadi pengingat yang kuat bagi kita semua bahwa salah satu cara paling sederhana namun efektif untuk menghentikan penyebaran virus adalah perilaku cuci tangan dengan sabun dan air mengalir,” ungkap Kirana dalam pembukaan seminar daring Kampanye Nasional & Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia kemarin.
Namun Kirana juga mengingatkan, di samping kesadaran perilaku CTPS, higienitas akses fasilitas CTPS juga perlu ditingkatkan. Apalagi saat ini masih ada sekitar 40% dari populasi dunia atau sekitar 3 miliar orang tidak memiliki akses fasilitas CTPS di rumah mereka.
“Kurang akses juga di sekolah, tempat kerja, fasilitas kesehatan serta ruang publik tempat orang berkumpul seperti pasar dan pusat transportasi,” ungkap Kirana. (Baca juga: Pendidikan Guru Penggerak Diikuti 2.800 Guru)
Dia kemudian menuturkan, cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu dari tiga perilaku yang menjadi cara yang sangat efektif dalam pencegahan Covid-19 selain memakai masker dan jaga jarak. “Ketiganya merupakan bagian dari kampanye nasional jangan sampai kendur yang selalu kita dengungkan,” tandasnya.
Anggota Komisi IX DPR Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay mengatakan gerakan cuci tangan merupakan program yang sudah lama digulirkan Kementerian Kesehatan melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Namun tidak semua program dilakukan menyeluruh setiap tahun karena anggarannya yang terbatas.
“Berkenaan dengan momentum Covid-19, gerakan ini perlu ditingkatkan. Upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana gerakan masyarakat hidup sehat bisa dibesarkan lagi. Melalui itu, kita harapkan kesadaran masyarakat bisa tumbuh,” kata Saleh kepada SINDO, Kamis (15/10).
Selain itu kebiasaan tersebut harus diajarkan di sekolah-sekolah mulai tingkat dasar. Dirinya menyadari bahwa budaya hidup sehat memang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Apalagi bagi mereka yang sudah biasa dengan kurang tertib berperilaku hidup sehat. (Baca juga: Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget)
Eks Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu juga menilai, kebiasaan cuci tangan juga perlu diajarkan di lingkup keluarga oleh para orang tua. Setelah itu berkembang di tingkat masyarakat, RT/RW, dan seterusnya. Artinya semua pihak juga harus ikut terlibat mengingatkan kebiasaan hidup sehat, salah satunya rajin cuci tangan.
Peneliti bidang sosial The Indonesian Institute (TII) Vunny Wijaya mengatakan masa Covid-19 perlu menjadi momentum agar kebiasaan cuci tangan harus menjadi budaya kehidupan sehari-hari. Untuk menumbuhkan kesadaran itu, peran Satgas Covid-19, khususnya di tim pelaksana yang ada di level pemerintah terkecil seperti RT/RW perlu digerakkan, termasuk dukungan dari puskesmas setempat.
“Ini juga perlu dukungan dari komunitas lain. Satgas pelaksana di tingkat RT/RW sebaiknya juga mengajak stakeholder yang ada lingkungannya. Misalnya tokoh agama, kader PKK,” kata Vunny kepada SINDO, Kamis (15/10).
Namun Kirana juga mengingatkan, di samping kesadaran perilaku CTPS, higienitas akses fasilitas CTPS juga perlu ditingkatkan. Apalagi saat ini masih ada sekitar 40% dari populasi dunia atau sekitar 3 miliar orang tidak memiliki akses fasilitas CTPS di rumah mereka.
“Kurang akses juga di sekolah, tempat kerja, fasilitas kesehatan serta ruang publik tempat orang berkumpul seperti pasar dan pusat transportasi,” ungkap Kirana. (Baca juga: Pendidikan Guru Penggerak Diikuti 2.800 Guru)
Dia kemudian menuturkan, cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu dari tiga perilaku yang menjadi cara yang sangat efektif dalam pencegahan Covid-19 selain memakai masker dan jaga jarak. “Ketiganya merupakan bagian dari kampanye nasional jangan sampai kendur yang selalu kita dengungkan,” tandasnya.
Anggota Komisi IX DPR Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay mengatakan gerakan cuci tangan merupakan program yang sudah lama digulirkan Kementerian Kesehatan melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Namun tidak semua program dilakukan menyeluruh setiap tahun karena anggarannya yang terbatas.
“Berkenaan dengan momentum Covid-19, gerakan ini perlu ditingkatkan. Upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana gerakan masyarakat hidup sehat bisa dibesarkan lagi. Melalui itu, kita harapkan kesadaran masyarakat bisa tumbuh,” kata Saleh kepada SINDO, Kamis (15/10).
Selain itu kebiasaan tersebut harus diajarkan di sekolah-sekolah mulai tingkat dasar. Dirinya menyadari bahwa budaya hidup sehat memang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Apalagi bagi mereka yang sudah biasa dengan kurang tertib berperilaku hidup sehat. (Baca juga: Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget)
Eks Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu juga menilai, kebiasaan cuci tangan juga perlu diajarkan di lingkup keluarga oleh para orang tua. Setelah itu berkembang di tingkat masyarakat, RT/RW, dan seterusnya. Artinya semua pihak juga harus ikut terlibat mengingatkan kebiasaan hidup sehat, salah satunya rajin cuci tangan.
Peneliti bidang sosial The Indonesian Institute (TII) Vunny Wijaya mengatakan masa Covid-19 perlu menjadi momentum agar kebiasaan cuci tangan harus menjadi budaya kehidupan sehari-hari. Untuk menumbuhkan kesadaran itu, peran Satgas Covid-19, khususnya di tim pelaksana yang ada di level pemerintah terkecil seperti RT/RW perlu digerakkan, termasuk dukungan dari puskesmas setempat.
“Ini juga perlu dukungan dari komunitas lain. Satgas pelaksana di tingkat RT/RW sebaiknya juga mengajak stakeholder yang ada lingkungannya. Misalnya tokoh agama, kader PKK,” kata Vunny kepada SINDO, Kamis (15/10).
tulis komentar anda