Yuk, Cuci Tangan Pakai Sabun

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 05:57 WIB
loading...
Yuk, Cuci Tangan Pakai...
Pandemi corona (Covid-19) yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, menjadi momentum tepat untuk mengampanyekan pentingnya kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Pandemi corona (Covid-19) yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, menjadi momentum tepat untuk mengampanyekan pentingnya kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS) . Selain bisa menjadi sarana yang paling murah dan sederhana untuk mencegah penyebarluasan virus, kebiasaan CTPS menjadi fondasi penting hidup bersih dan sehat.

Pentingnya CPTS kembali digugah bersamaan dengan momentum Hari Cuci Tangan Sedunia pada 15 Oktober 2020. Budaya ini bisa dibangun bila semua komponen bangsa, terutama pemerintah dan swasta, bersama-sama mendorong kampanye perilaku CTPS–– melalui kemitraan swasta-publik untuk cuci tangan pakai sabun (KSP-CTPS)––, memastikan bahwa promosi dan ketersediaan sarana cuci tangan terawat dan berkelanjutan serta menyampaikan pengetahuan tentang cuci tangan dengan benar.



Menteri Kesehatan dr Terawan Agus Putranto mengajak semua kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan untuk mendorong pentingnya praktik CTPS demi mencegah penyebaran Covid-19 dan penyakit menular lainnya. “Saya juga meminta semua mitra untuk menyediakan fasilitas cuci tangan dengan menggunakan air dan sabun di tempat kerja masing-masing,” kata Terawan dalam rilis yang diterima Sindo Media memperingati Kampanye Nasional & Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia kemarin.

Yuk, Cuci Tangan Pakai Sabun


Terawan juga meminta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota untuk meningkatkan kampanye cuci tangan pakai sabun di daerah masing-masing. Selain itu pemerintah daerah juga didorong menyediakan sarana cuci tangan pakai sabun di seluruh rumah tangga, lembaga, lokasi pariwisata, dan tempat umum lainnya. “Tangan yang bersih menyelamatkan nyawa dari ancaman Covid-19 dan penyakit menular lainnya,” tandas dia. (Baca: Inilah Tabiat Buruk Suami yang Harus Dijauhi)

Seruan Aksi Nasional “Tangan Bersih untuk Semua” kemarin melibatkan sejumlah menteri. Mereka antara lain Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Menteri Agama Fachrul Razi, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Abdul Halim Iskandar, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio, serta Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

Pada kesempatan itu para menteri berkomitmen mengajak semua pemangku kepentingan di kantor kementerian dan mitra pembangunan serta pengambil keputusan untuk membantu kampanye cuci tangan pakai sabun di ruang lingkup kerja masing-masing.

Menteri Agama Fachrul Razi menambahkan, semua agama menganjurkan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan. Karena itu sudah seharusnya semua pihak bersama-sama turut mengampanyekan CTPS .

“Mengundang semua masyarakat untuk pertama mengampanyekan seluas-luasnya pentingnya cuci tangan pakai sabun secara nasional. Ingat semua agama menganjurkan pentingnya kebersihan dan kesehatan,” ungkapnya

Secara terpisah, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Kirana Pritasari meminta peringatan ini dijadikan sebagai momen pengingat bahwa CTPS bisa mencegah Covid-19. “Covid-19 telah menjadi pengingat yang kuat bagi kita semua bahwa salah satu cara paling sederhana namun efektif untuk menghentikan penyebaran virus adalah perilaku cuci tangan dengan sabun dan air mengalir,” ungkap Kirana dalam pembukaan seminar daring Kampanye Nasional & Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia kemarin.

Namun Kirana juga mengingatkan, di samping kesadaran perilaku CTPS, higienitas akses fasilitas CTPS juga perlu ditingkatkan. Apalagi saat ini masih ada sekitar 40% dari populasi dunia atau sekitar 3 miliar orang tidak memiliki akses fasilitas CTPS di rumah mereka.

“Kurang akses juga di sekolah, tempat kerja, fasilitas kesehatan serta ruang publik tempat orang berkumpul seperti pasar dan pusat transportasi,” ungkap Kirana. (Baca juga: Pendidikan Guru Penggerak Diikuti 2.800 Guru)

Dia kemudian menuturkan, cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu dari tiga perilaku yang menjadi cara yang sangat efektif dalam pencegahan Covid-19 selain memakai masker dan jaga jarak. “Ketiganya merupakan bagian dari kampanye nasional jangan sampai kendur yang selalu kita dengungkan,” tandasnya.

Anggota Komisi IX DPR Fraksi PAN Saleh Partaonan Daulay mengatakan gerakan cuci tangan merupakan program yang sudah lama digulirkan Kementerian Kesehatan melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Namun tidak semua program dilakukan menyeluruh setiap tahun karena anggarannya yang terbatas.

“Berkenaan dengan momentum Covid-19, gerakan ini perlu ditingkatkan. Upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana gerakan masyarakat hidup sehat bisa dibesarkan lagi. Melalui itu, kita harapkan kesadaran masyarakat bisa tumbuh,” kata Saleh kepada SINDO, Kamis (15/10).

Selain itu kebiasaan tersebut harus diajarkan di sekolah-sekolah mulai tingkat dasar. Dirinya menyadari bahwa budaya hidup sehat memang tidak mudah dilakukan oleh setiap orang. Apalagi bagi mereka yang sudah biasa dengan kurang tertib berperilaku hidup sehat. (Baca juga: Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget)

Eks Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah itu juga menilai, kebiasaan cuci tangan juga perlu diajarkan di lingkup keluarga oleh para orang tua. Setelah itu berkembang di tingkat masyarakat, RT/RW, dan seterusnya. Artinya semua pihak juga harus ikut terlibat mengingatkan kebiasaan hidup sehat, salah satunya rajin cuci tangan.

Peneliti bidang sosial The Indonesian Institute (TII) Vunny Wijaya mengatakan masa Covid-19 perlu menjadi momentum agar kebiasaan cuci tangan harus menjadi budaya kehidupan sehari-hari. Untuk menumbuhkan kesadaran itu, peran Satgas Covid-19, khususnya di tim pelaksana yang ada di level pemerintah terkecil seperti RT/RW perlu digerakkan, termasuk dukungan dari puskesmas setempat.

“Ini juga perlu dukungan dari komunitas lain. Satgas pelaksana di tingkat RT/RW sebaiknya juga mengajak stakeholder yang ada lingkungannya. Misalnya tokoh agama, kader PKK,” kata Vunny kepada SINDO, Kamis (15/10).

Dalam pengamatannya, ada RT/RW yang sudah berinisiatif sendiri menyediakan fasilitas cuci tangan bersama. Namun untuk di fasilitas publik terkadang masih luput dari pantauan. Meski sudah tersedia, belum diketahui apakah fasilitas tersebut memang digunakan atau tidak.

“Ini juga jadi pertanyaan. Jadi diprioritaskan tempat publik dan dibuat juga visualisasi yang menarik sebagai upaya promosi kesehatannya (promkes). Tempat-tempat cuci tangan juga perlu dilengkapi poster atau visualisasi yang menarik,” ujarnya. (Baca juga: Ombudsman Surati Kapolri, Minta Pendekatan Persuasif dalam Unjuk Rasa)

Di beberapa tempat atau ruang publik yang diamati, lanjut Vunny, ada yang sudah menyediakan fasilitas cuci tangan. Hanya saja tidak terpakai maksimal. Padahal banyak yang berkegiatan di sana seperti di lingkungan sekitar pasar. Tempat-tempat yang rawan berkerumun seperti itu perlu lebih diperhatikan.

Kesenjangan Antarprovinsi Sangat Lebar

Kirana Pritasari memaparkan, CTPS merupakan pilar kedua dari sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang mencakup 5 pilar higienitas sanitasi. Pilar dimaksud meliputi stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengamanan air minum dan makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Bahkan, lanjut dia, STBM telah ditetapkan sebagai strategi nasional pembangunan sanitasi yang diperkuat dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang merupakan pendekatan perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat. (Baca juga: Antisipasi Demo, Jalan Sekitar Istana Kembali Dialihkan)

Menurut dia, saat ini akses fasilitas CTPS juga perlu ditingkatkan. Apalagi masih ada sekitar 40% dari populasi dunia atau sekitar 3 miliar orang tidak memiliki akses fasilitas CTPS di rumah mereka. Selain itu kurangnya akses fasilitas CTPS di sekolah, tempat kerja, fasilitas kesehatan serta ruang publik tempat orang berkumpul seperti pasar dan pusat transportasi.

Di Indonesia sendiri, lanjutnya, jika dibandingkan dengan DKI Jakarta, juga masih ada kesenjangan fasilitas CTPS antarprovinsi. “Berdasarkan data Riskesdas 2018, hanya setengah dari populasi masyarakat Indonesia di atas usia 10 tahun yang mempraktikkan perilaku cuci tangan yang benar. Kesenjangan antarprovinsi sangat lebar. Bahkan Ibu Kota Jakarta yang jadi salah satu episentrum Covid-19 hanya mencatat 73% akses,” papar Kirana.

Namun, kata Kirana, akses ke fasilitas ke CTPS ini hanya berguna jika disertai dengan perilaku cuci tangan pakai sabun. “Yaitu ketika orang mencuci tangan dengan sabun secara teratur di semua waktu kritis dan mengikuti cara mencuci tangan yang benar,” tegasnya.

Selain itu perilaku CTPS, menurut Kirana, merupakan salah satu dari tiga perilaku yang menjadi cara yang sangat efektif dalam pencegahan Covid-19 selain memakai masker dan jaga jarak. “Ketiganya merupakan bagian dari kampanye nasional, jangan sampai kendur yang selalu kita dengungkan,” tegasnya. (Lihat videonya: Satukan Tekad untuk Memenangkan Perang Melawan Covid-19)

Adapun di Jakarta yang merupakan epistentrum Covid-19, fasilitas CTPS) ternyata hanya 73%. Padahal, kata Kirana, CTPS merupakan pilar kedua dari STBM. (Binti Mufarida/Faorick Pakpahan)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1065 seconds (0.1#10.140)