Rakyat Miskin Harus Mendapatkan Pendidikan yang Tepat
Senin, 25 November 2024 - 14:07 WIB
Rudy percaya konsorsium Untag yang nasionalis murni mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut. "Tidak ada satu persoalan pun yang tidak bisa kita selesaikan. Apalagi begitu banyak orang-orang pintar di sini, para profesor, doktor. Tidak akan mudah menggoyang kita kalau kita mau bersatu. Karena visi kita satu, sangat mulia, mencerdaskan bangsa," ujar Rudy.
Sementara itu, Rektor UTA '45 Jakarta Rajes Khana mengungkapkan, pihaknya berharap ada kolaborasi antara perguruan tinggi Untag se-Indonesia melalui terwujudnya konsorsium. Misalnya, dalam hal penerimaan mahasiswa baru, melalui pembentukan panitia bersama.
Dengan begitu, apabila ada calon mahasiswa dari daerah lain yang ingin kuliah dengan jurusan tertentu, namun prodi tersebut tak ada pada Untag di daerah itu, lantas bisa menuju kampus Untag lain yang memiliki jurusan dimaksud. “Kolaborasi ini dibutuhkan untuk saling menguatkan,” ujarnya.
Selain itu, kebersamaan ini juga bisa untuk memenuhi syarat akreditasi. Salah satunya harus berprestasi dalam kejuaraan tingkat nasional. Dengan diadakannya kompetisi sesama Untag se-Indonesia, kata Rajes, hal itu sudah dikategorikan sebagai perlombaan tingkat nasional yang sesuai ketentuan akreditasi. “Itu sudah masuk di kategori nasional,” ucapnya.
Dengan bersatunya Untag, Rajes optimistis bisa meminimalisir gangguan dalam hal apa pun terhadap masing-masing universitas tersebut. "Kita harus bersama-sama bergandengan tangan," kata dia.
Ketua Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta Bambang Sulistomo menilai Untag dahulu hadir dengan semangat nasionalisme dan patriotisme. Dengan semangat tersebut, lembaga pendidikan dengan tujuan mulia dan ada di banyak lokasi di Indonesia itu muncul. “Tanpa idealisme, nasionalisme, patriotisme kebangsaan enggak mungkin kita bisa mengembangkan pendidikan seperti ini,” pungkasnya.
Sementara itu, Rektor UTA '45 Jakarta Rajes Khana mengungkapkan, pihaknya berharap ada kolaborasi antara perguruan tinggi Untag se-Indonesia melalui terwujudnya konsorsium. Misalnya, dalam hal penerimaan mahasiswa baru, melalui pembentukan panitia bersama.
Dengan begitu, apabila ada calon mahasiswa dari daerah lain yang ingin kuliah dengan jurusan tertentu, namun prodi tersebut tak ada pada Untag di daerah itu, lantas bisa menuju kampus Untag lain yang memiliki jurusan dimaksud. “Kolaborasi ini dibutuhkan untuk saling menguatkan,” ujarnya.
Selain itu, kebersamaan ini juga bisa untuk memenuhi syarat akreditasi. Salah satunya harus berprestasi dalam kejuaraan tingkat nasional. Dengan diadakannya kompetisi sesama Untag se-Indonesia, kata Rajes, hal itu sudah dikategorikan sebagai perlombaan tingkat nasional yang sesuai ketentuan akreditasi. “Itu sudah masuk di kategori nasional,” ucapnya.
Dengan bersatunya Untag, Rajes optimistis bisa meminimalisir gangguan dalam hal apa pun terhadap masing-masing universitas tersebut. "Kita harus bersama-sama bergandengan tangan," kata dia.
Ketua Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Jakarta Bambang Sulistomo menilai Untag dahulu hadir dengan semangat nasionalisme dan patriotisme. Dengan semangat tersebut, lembaga pendidikan dengan tujuan mulia dan ada di banyak lokasi di Indonesia itu muncul. “Tanpa idealisme, nasionalisme, patriotisme kebangsaan enggak mungkin kita bisa mengembangkan pendidikan seperti ini,” pungkasnya.
(rca)
tulis komentar anda