Kejagung Dinilai Memperlihatkan Langkah Nyata Amankan Aset Negara
Kamis, 31 Oktober 2024 - 08:29 WIB
Kejagung dengan sejarahnya yang panjang, memiliki jaringan yang luas di seluruh Indonesia. Kekuatannya terletak pada kemampuannya dalam menangani berbagai jenis tindak pidana, tidak hanya korupsi.
"Kejaksaan Agung seringkali digambarkan sebagai 'serba bisa' dalam penegakan hukum. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Kejaksaan Agung semakin serius dalam memburu koruptor. Beberapa kasus besar yang berhasil dibongkar telah mengangkat reputasinya," ucapnya.
Sedangkan KPK, kata dia, hadir sebagai pendatang baru yang penuh semangat. Lembaga Antirasuah yang dibentuk khusus untuk memberantas korupsi pun memiliki kewenangan yang luas dan fleksibel. Pieter Zulkifli mengibaratkan KPK sebagai petarung muda yang lincah dan agresif, mampu bergerak cepat dan tepat sasaran.
Dengan dukungan masyarakat yang kuat, KPK bahkan berhasil menangkap sejumlah koruptor kelas kakap dan mengembalikan aset negara dalam jumlah yang signifikan. Di sisi lain, kata dia, bila KPK dihadapkan dengan tantangan yang tidak mudah. Apalagi, tekanan politik dan upaya pelemahan KPK terus terjadi.
Selain itu, KPK harus berhadapan dengan jaringan korupsi yang semakin canggih dan sulit dibongkar. Parahnya, sambung dia, langkah KPK sekarang tersendat dengan masalah internal dan integritas para komisionernya. Mengingat, beberapa Wakil Ketua KPK tersandung kasus etik, dan bahkan Firli Bahuri selaku Ketua terjerat kasus pemerasan dan gratifikasi, sehingga membuat dirinya dipecat dari jabatan ketua KPK.
"Membandingkan kinerja kedua lembaga ini seperti membandingkan apel dengan jeruk. Masing-masing memiliki peran dan kelebihannya sendiri. Namun, jika dilihat dari perspektif publik, KPK seringkali lebih populer karena dianggap lebih agresif dalam memberantas korupsi," ungkap Pieter.
Dia juga mengamini jika Kejagung dan KPK seringkali dianggap sebagai rival dalam pemberantasan korupsi. Padahal idealnya, kedua lembaga itu seharusnya saling bersinergi dan melengkapi. Kejagung dengan pengalaman dan jaringan luasnya dapat memberikan dukungan yang kuat bagi KPK.
Sedangkan KPK dengan kecepatan dan fleksibilitasnya dapat memberikan semangat baru bagi Kejagung. "Apa pun itu, tantangan terbesar dalam pemberantasan korupsi adalah bagaimana menjaga momentum dan keberlanjutan. Korupsi adalah kejahatan yang terus berkembang dan bermutasi,” ujarnya.
Oleh karena itu, ujar dia, Kejagung dan KPK harus terus beradaptasi dan mengembangkan strategi baru untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Pieter Zulkifli menekankan bahwa pemberantasan korupsi yang konsisten akan menjadi dasar yang kuat dalam menciptakan masyarakat yang sadar hukum, jujur, dan adil.
Sikap antikorupsi dari para pejabat tinggi dinilai akan menjadi pengingat bagi semua rakyat Indonesia bahwa negara ini dapat berubah menjadi lebih baik. Melalui keteladanan dalam kekuasaan yang bersih dan tegas, masyarakat tidak hanya merasakan dampaknya secara langsung, tetapi juga terinspirasi untuk mengikuti jejak tersebut.
"Kejaksaan Agung seringkali digambarkan sebagai 'serba bisa' dalam penegakan hukum. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Kejaksaan Agung semakin serius dalam memburu koruptor. Beberapa kasus besar yang berhasil dibongkar telah mengangkat reputasinya," ucapnya.
Sedangkan KPK, kata dia, hadir sebagai pendatang baru yang penuh semangat. Lembaga Antirasuah yang dibentuk khusus untuk memberantas korupsi pun memiliki kewenangan yang luas dan fleksibel. Pieter Zulkifli mengibaratkan KPK sebagai petarung muda yang lincah dan agresif, mampu bergerak cepat dan tepat sasaran.
Dengan dukungan masyarakat yang kuat, KPK bahkan berhasil menangkap sejumlah koruptor kelas kakap dan mengembalikan aset negara dalam jumlah yang signifikan. Di sisi lain, kata dia, bila KPK dihadapkan dengan tantangan yang tidak mudah. Apalagi, tekanan politik dan upaya pelemahan KPK terus terjadi.
Selain itu, KPK harus berhadapan dengan jaringan korupsi yang semakin canggih dan sulit dibongkar. Parahnya, sambung dia, langkah KPK sekarang tersendat dengan masalah internal dan integritas para komisionernya. Mengingat, beberapa Wakil Ketua KPK tersandung kasus etik, dan bahkan Firli Bahuri selaku Ketua terjerat kasus pemerasan dan gratifikasi, sehingga membuat dirinya dipecat dari jabatan ketua KPK.
"Membandingkan kinerja kedua lembaga ini seperti membandingkan apel dengan jeruk. Masing-masing memiliki peran dan kelebihannya sendiri. Namun, jika dilihat dari perspektif publik, KPK seringkali lebih populer karena dianggap lebih agresif dalam memberantas korupsi," ungkap Pieter.
Dia juga mengamini jika Kejagung dan KPK seringkali dianggap sebagai rival dalam pemberantasan korupsi. Padahal idealnya, kedua lembaga itu seharusnya saling bersinergi dan melengkapi. Kejagung dengan pengalaman dan jaringan luasnya dapat memberikan dukungan yang kuat bagi KPK.
Sedangkan KPK dengan kecepatan dan fleksibilitasnya dapat memberikan semangat baru bagi Kejagung. "Apa pun itu, tantangan terbesar dalam pemberantasan korupsi adalah bagaimana menjaga momentum dan keberlanjutan. Korupsi adalah kejahatan yang terus berkembang dan bermutasi,” ujarnya.
Oleh karena itu, ujar dia, Kejagung dan KPK harus terus beradaptasi dan mengembangkan strategi baru untuk menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Pieter Zulkifli menekankan bahwa pemberantasan korupsi yang konsisten akan menjadi dasar yang kuat dalam menciptakan masyarakat yang sadar hukum, jujur, dan adil.
Sikap antikorupsi dari para pejabat tinggi dinilai akan menjadi pengingat bagi semua rakyat Indonesia bahwa negara ini dapat berubah menjadi lebih baik. Melalui keteladanan dalam kekuasaan yang bersih dan tegas, masyarakat tidak hanya merasakan dampaknya secara langsung, tetapi juga terinspirasi untuk mengikuti jejak tersebut.
tulis komentar anda