DPR Minta Kerja Sama Pembuatan Vaksin Kedepankan Kemanusiaan
Rabu, 26 Agustus 2020 - 03:16 WIB
JAKARTA - Perusahaan farmasi pelat merah, PT Bio Farma melakukan kerja sama bisnis (B to B) dengan Sinovac Biotech Ltd asal China untuk pembuatan vaksin Covid-19 yang tengah dalam tahap uji coba ke-3 di Indonesia.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengingatkan agar kerja sama itu tetap mengedepankan kemanusiaan. Mengingat, kata dia, pandemi ini musuh bersama dan masih merebak. Sehingga, semua orang membutuhkan vaksin tersebut. ( )
“Meskipun vaksin ini B to B, apa yang ada di balik ini perlu diapresiasi. Di luar itu, Fraksi PAN menekankan aspek yang ditonjolkan aspek kemanusiaan, bukan bisnis, karena Covid ini musuh kemanuiaan, common enemy,” kata Saleh di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa 25 Agustus 2020.
Sehingga, Pelaksana Harian (Plh) Ketua Fraksi PAN ini melanjutkan, jika vaksin itu berhasil diujicobakan dan diproduksi massal, harganya tetap terjangkau. Dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk produksi vaksin tersebut. “Kalaupun ini berhasil tidak perlu menghabiskan biaya yang besar untuk vaksin,” ujarnya.
Terkait vaksin Rusia Sputnik V yang sudah digunakan di negara asalnya, menurut Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR ini, banyak pihak mengharapkan produk vaksin dalam negeri karena, Indonesia akan lebih bangga jika bisa memproduksi vaksin Covid-19 sendiri.
Terlebih, Saleh menambahkan, Bio Farma merupakan perusahaan farmasi yang cukup terkenal di dunia yang berhasil mengekspor vaksin ke 140 negara di dunia. Bahkan, negara-negara di Timur Tengah (Timteng) lebih percaya produk vaksin Indonesia yang mungkin karena faktor kehalalannya. “Minimal soal vaksin sangat menggembirakan kalau bisa produksi dan mendistribusikan,” ucap.
Namun, kata Saleh, karena progress pembuatan vaksin di Indonesia belum lebih terdepan atau maju dibandingkan negara lain maka, Indonesia terpaksa kerja sama dengan perusahaan farmasi dari negara lain karena mereka sudah lulus uji klinis. Semnetara, Indonesia diperkirakan bisa memiliki vaksin di 2022.
“Menurut Lembaga Eijkman, kita baru bisa 2022, karena memang munculnya Covid di Indonseia lebih terlambat sehingga, sampel virus lebih diteliti dluan di sana. Tapi, tetap berharap vaksin Merah Putih tetap dilanjutkan di sini,” pungkasnya.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay mengingatkan agar kerja sama itu tetap mengedepankan kemanusiaan. Mengingat, kata dia, pandemi ini musuh bersama dan masih merebak. Sehingga, semua orang membutuhkan vaksin tersebut. ( )
“Meskipun vaksin ini B to B, apa yang ada di balik ini perlu diapresiasi. Di luar itu, Fraksi PAN menekankan aspek yang ditonjolkan aspek kemanusiaan, bukan bisnis, karena Covid ini musuh kemanuiaan, common enemy,” kata Saleh di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa 25 Agustus 2020.
Sehingga, Pelaksana Harian (Plh) Ketua Fraksi PAN ini melanjutkan, jika vaksin itu berhasil diujicobakan dan diproduksi massal, harganya tetap terjangkau. Dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk produksi vaksin tersebut. “Kalaupun ini berhasil tidak perlu menghabiskan biaya yang besar untuk vaksin,” ujarnya.
Terkait vaksin Rusia Sputnik V yang sudah digunakan di negara asalnya, menurut Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR ini, banyak pihak mengharapkan produk vaksin dalam negeri karena, Indonesia akan lebih bangga jika bisa memproduksi vaksin Covid-19 sendiri.
Terlebih, Saleh menambahkan, Bio Farma merupakan perusahaan farmasi yang cukup terkenal di dunia yang berhasil mengekspor vaksin ke 140 negara di dunia. Bahkan, negara-negara di Timur Tengah (Timteng) lebih percaya produk vaksin Indonesia yang mungkin karena faktor kehalalannya. “Minimal soal vaksin sangat menggembirakan kalau bisa produksi dan mendistribusikan,” ucap.
Namun, kata Saleh, karena progress pembuatan vaksin di Indonesia belum lebih terdepan atau maju dibandingkan negara lain maka, Indonesia terpaksa kerja sama dengan perusahaan farmasi dari negara lain karena mereka sudah lulus uji klinis. Semnetara, Indonesia diperkirakan bisa memiliki vaksin di 2022.
“Menurut Lembaga Eijkman, kita baru bisa 2022, karena memang munculnya Covid di Indonseia lebih terlambat sehingga, sampel virus lebih diteliti dluan di sana. Tapi, tetap berharap vaksin Merah Putih tetap dilanjutkan di sini,” pungkasnya.
(mhd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda