Prospek Kerja Sama Pertahanan Indonesia-UEA
Senin, 08 Juli 2024 - 05:01 WIB
NAMA MBZ yang merupakan akronim Sheikh Mohammed Bin Zayed sudah sangat familiar bagi pengendara yang melintas di jalan tol layang yang membentang dari wilayah Jakarta-Cikampek. Nama putra mahkota Abu Dhabi tersebut disematkan pada jalan sepanjang 36,84 Km itu, dan menjadi pintu mobilitas masyarakat di darat, dari Jawa Timur hingga Jawa Barat dengan tujuan Jakarta.
baca juga: Kunjungan Jokowi ke UEA Sepakati Sejumlah Kerja Sama Strategis Kedua Negara
Penamaan Jalan Tol Layang MBZ yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 12 Desember 2019 menggantikan nama Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated merupakan bentuk penghormatan (tribute) kepada Uni Emirat Arab (UAE) yang telah menjalin hubungan diplomatik selama 45 tahun dengan Indonesia.
Selain jalan tol layang, nama MBZ di Tanah Air juga identik dengan sebuah masjid megah, mewah nan indah yang berada di kota Solo, yakni Masjid Raya Sheikh Zayed. Masjid hadiah sang Pangeran yang merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque Abu Dhabi tersebut diresmikan Presiden Jokowi dan MBZ pada Januari 2022. Kini, masjid kebanggaan warga Solo itu menjadi destinasi wisata religi populer.
Keberadaan jalan tol dan masjid MBZ tentu menjadi indikator sejauh mana hubungan kedua negara. Kedua bangunan tersebut bisa disebut sebagai monumen penanda begitu kuatnya relasi yang terbangun Indonesia-UE, yaitu bukan hanya dari sisi timeline historis hubungan diplomatik tapi juga dari sisi kualitas dan tingginya kepercayaan masing-masing pihak.
Monumen kemesraan Indonesia-UEA juga didirikan di Abu Dhabi. Bentuknya, berupa nama jalan President Joko Widodo Street yang diresmikan SheikhKhalid bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan, anggota sekaligus chairman Abu Dhabi Executive Office. Seperti dikutip website menlu.go.id, nama jalan tersebut merefleksikan hubungan erat Indonesia-UJEA, sekaligus bentuk penghormatan untuk Presiden Jokowi karena memajukan hubungan kedua negara selama menjabat kepala negara.
Teranyar, hubungan bilateral Indonesia-UEA kian kokoh dengan akan diratifikasinya kerja sama pertahanan kedua negara. Ratifikasi telah dimatangkan Menlu Retno Marsudi, Wamenhan Letjen (Purn) M Herindra dengan Komisi I DPR dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar Rabu (19/06), di Gedung DPR RI Senayan.
Berdasar keterangan Retno Marsudi, kerja sama pertahanan dengan UEA diarahkan untuk mengembangkan produksi bersama industri pertahanan kedua negara, seperti produksi amunisi dan komponen senapan. Secara detail, perjanjian meliputi pertukaran informasi, industri pertahanan, dan peningkatan kapasitas. Kerja sama pertahanan tentu merupakan salah satu wujud dari berbagai bidang kerja sama dalam hubungan antarnegara.
Namun, dipahami bahwa kerja sama pertahanan menjadi poin terpenting dari keseluruhan kerja sama, karena di dalamnya memuat tingginya level kepercayaan atas persahabatan yang telah terbangun. Dalam konteks kerja sama Indonesia-UEA, menarik untuk ditelisik bagaimana kerja sama tersebut terbangun dan sejauh mana kemesraan itu terjalin? Dan ujungnya bagaimana hubungan pertahanan tersebut akan berjalan di masa depan?
baca juga: Kunjungan Jokowi ke UEA Sepakati Sejumlah Kerja Sama Strategis Kedua Negara
Penamaan Jalan Tol Layang MBZ yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 12 Desember 2019 menggantikan nama Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated merupakan bentuk penghormatan (tribute) kepada Uni Emirat Arab (UAE) yang telah menjalin hubungan diplomatik selama 45 tahun dengan Indonesia.
Selain jalan tol layang, nama MBZ di Tanah Air juga identik dengan sebuah masjid megah, mewah nan indah yang berada di kota Solo, yakni Masjid Raya Sheikh Zayed. Masjid hadiah sang Pangeran yang merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque Abu Dhabi tersebut diresmikan Presiden Jokowi dan MBZ pada Januari 2022. Kini, masjid kebanggaan warga Solo itu menjadi destinasi wisata religi populer.
Keberadaan jalan tol dan masjid MBZ tentu menjadi indikator sejauh mana hubungan kedua negara. Kedua bangunan tersebut bisa disebut sebagai monumen penanda begitu kuatnya relasi yang terbangun Indonesia-UE, yaitu bukan hanya dari sisi timeline historis hubungan diplomatik tapi juga dari sisi kualitas dan tingginya kepercayaan masing-masing pihak.
Monumen kemesraan Indonesia-UEA juga didirikan di Abu Dhabi. Bentuknya, berupa nama jalan President Joko Widodo Street yang diresmikan SheikhKhalid bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan, anggota sekaligus chairman Abu Dhabi Executive Office. Seperti dikutip website menlu.go.id, nama jalan tersebut merefleksikan hubungan erat Indonesia-UJEA, sekaligus bentuk penghormatan untuk Presiden Jokowi karena memajukan hubungan kedua negara selama menjabat kepala negara.
Teranyar, hubungan bilateral Indonesia-UEA kian kokoh dengan akan diratifikasinya kerja sama pertahanan kedua negara. Ratifikasi telah dimatangkan Menlu Retno Marsudi, Wamenhan Letjen (Purn) M Herindra dengan Komisi I DPR dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar Rabu (19/06), di Gedung DPR RI Senayan.
Berdasar keterangan Retno Marsudi, kerja sama pertahanan dengan UEA diarahkan untuk mengembangkan produksi bersama industri pertahanan kedua negara, seperti produksi amunisi dan komponen senapan. Secara detail, perjanjian meliputi pertukaran informasi, industri pertahanan, dan peningkatan kapasitas. Kerja sama pertahanan tentu merupakan salah satu wujud dari berbagai bidang kerja sama dalam hubungan antarnegara.
Namun, dipahami bahwa kerja sama pertahanan menjadi poin terpenting dari keseluruhan kerja sama, karena di dalamnya memuat tingginya level kepercayaan atas persahabatan yang telah terbangun. Dalam konteks kerja sama Indonesia-UEA, menarik untuk ditelisik bagaimana kerja sama tersebut terbangun dan sejauh mana kemesraan itu terjalin? Dan ujungnya bagaimana hubungan pertahanan tersebut akan berjalan di masa depan?
tulis komentar anda