Prospek Kerja Sama Pertahanan Indonesia-UEA
Senin, 08 Juli 2024 - 05:01 WIB
Penguatan dan perluasan sektor kerja sama pertahanan, terutama untuk kebutuhan alutsista karena masing-masing negara memiliki keunggulan komparasi dan kompetifi dalam kapasitas teknologi alutsista. Penguasaan teknologi yang dimiliki UEA tidak bisa dianggap remeh, karena negeri tersebut telah menjalin kerja sama dengan banyak negara maju, termasuk dengan Israel.
baca juga: Genjot Kerja Sama, RI-UEA Targetkan Nilai perdagangan Naik 3 Kali Lipat
Pada 2021 misalnya, Edge Group berkolaborasi Israel Aerospace Industries (IAI). Mereka sepakat membangun kapal tak berawak modular canggih, 170M, yang bisa digunakan untuk tujuan militer sekaligus komersial. Untuk militer, alutsista ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan intelijen, pengawasan, pengintaian, deteksi ranjau, penyisiran dan sebagai platform untuk jenis pesawat tertentu. Kapal itu bahkan dirancang sanggup melakukan misi termasuk mendeteksi kapal selam dan perang anti kapal selam. Sedangkan untuk kepentingan komersial, kendaraan itu dapat digunakan untuk eksplorasi minyak dan gas.
Knowledge yang diperoleh UEA ini sangat mungkin dikolaborasikan dengan PT PAL yang juga tengah merancang kapal selam otonom (KSOT) yang didesain memiliki panjang 25m. PT PAL menyiapkan KSOT untuk operasi tempur ringan dengan pengambilan keputusan dibantu AI. Untuk kapabilitas, kendaraan tempur bawah air ini dilengkapi dengan efektor mematikan, sensor, dan peralatan pemantauan.
Penyatuan kapasitas ini bisa mengakselerasi ambisi kedua negara membangun kemandirian alutsista. Di sisi lain, dengan kemampuan finansial unmilited yang dimiliki negara sultan seperti UEA ini dan kapasitas SDM Indonesia yang sebenarnya tidak kalah dengan negara maju di bidang industri pertahanan, berbagai kerja sama riset dan produksi bersama alutsista akan semakin mudah. (*)
baca juga: Genjot Kerja Sama, RI-UEA Targetkan Nilai perdagangan Naik 3 Kali Lipat
Pada 2021 misalnya, Edge Group berkolaborasi Israel Aerospace Industries (IAI). Mereka sepakat membangun kapal tak berawak modular canggih, 170M, yang bisa digunakan untuk tujuan militer sekaligus komersial. Untuk militer, alutsista ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan intelijen, pengawasan, pengintaian, deteksi ranjau, penyisiran dan sebagai platform untuk jenis pesawat tertentu. Kapal itu bahkan dirancang sanggup melakukan misi termasuk mendeteksi kapal selam dan perang anti kapal selam. Sedangkan untuk kepentingan komersial, kendaraan itu dapat digunakan untuk eksplorasi minyak dan gas.
Knowledge yang diperoleh UEA ini sangat mungkin dikolaborasikan dengan PT PAL yang juga tengah merancang kapal selam otonom (KSOT) yang didesain memiliki panjang 25m. PT PAL menyiapkan KSOT untuk operasi tempur ringan dengan pengambilan keputusan dibantu AI. Untuk kapabilitas, kendaraan tempur bawah air ini dilengkapi dengan efektor mematikan, sensor, dan peralatan pemantauan.
Penyatuan kapasitas ini bisa mengakselerasi ambisi kedua negara membangun kemandirian alutsista. Di sisi lain, dengan kemampuan finansial unmilited yang dimiliki negara sultan seperti UEA ini dan kapasitas SDM Indonesia yang sebenarnya tidak kalah dengan negara maju di bidang industri pertahanan, berbagai kerja sama riset dan produksi bersama alutsista akan semakin mudah. (*)
(hdr)
tulis komentar anda