Prospek Kerja Sama Pertahanan Indonesia-UEA
loading...
A
A
A
NAMA MBZ yang merupakan akronim Sheikh Mohammed Bin Zayed sudah sangat familiar bagi pengendara yang melintas di jalan tol layang yang membentang dari wilayah Jakarta-Cikampek. Nama putra mahkota Abu Dhabi tersebut disematkan pada jalan sepanjang 36,84 Km itu, dan menjadi pintu mobilitas masyarakat di darat, dari Jawa Timur hingga Jawa Barat dengan tujuan Jakarta.
baca juga: Kunjungan Jokowi ke UEA Sepakati Sejumlah Kerja Sama Strategis Kedua Negara
Penamaan Jalan Tol Layang MBZ yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 12 Desember 2019 menggantikan nama Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated merupakan bentuk penghormatan (tribute) kepada Uni Emirat Arab (UAE) yang telah menjalin hubungan diplomatik selama 45 tahun dengan Indonesia.
Selain jalan tol layang, nama MBZ di Tanah Air juga identik dengan sebuah masjid megah, mewah nan indah yang berada di kota Solo, yakni Masjid Raya Sheikh Zayed. Masjid hadiah sang Pangeran yang merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque Abu Dhabi tersebut diresmikan Presiden Jokowi dan MBZ pada Januari 2022. Kini, masjid kebanggaan warga Solo itu menjadi destinasi wisata religi populer.
Keberadaan jalan tol dan masjid MBZ tentu menjadi indikator sejauh mana hubungan kedua negara. Kedua bangunan tersebut bisa disebut sebagai monumen penanda begitu kuatnya relasi yang terbangun Indonesia-UE, yaitu bukan hanya dari sisi timeline historis hubungan diplomatik tapi juga dari sisi kualitas dan tingginya kepercayaan masing-masing pihak.
Monumen kemesraan Indonesia-UEA juga didirikan di Abu Dhabi. Bentuknya, berupa nama jalan President Joko Widodo Street yang diresmikan SheikhKhalid bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan, anggota sekaligus chairman Abu Dhabi Executive Office. Seperti dikutip website menlu.go.id, nama jalan tersebut merefleksikan hubungan erat Indonesia-UJEA, sekaligus bentuk penghormatan untuk Presiden Jokowi karena memajukan hubungan kedua negara selama menjabat kepala negara.
Teranyar, hubungan bilateral Indonesia-UEA kian kokoh dengan akan diratifikasinya kerja sama pertahanan kedua negara. Ratifikasi telah dimatangkan Menlu Retno Marsudi, Wamenhan Letjen (Purn) M Herindra dengan Komisi I DPR dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar Rabu (19/06), di Gedung DPR RI Senayan.
Berdasar keterangan Retno Marsudi, kerja sama pertahanan dengan UEA diarahkan untuk mengembangkan produksi bersama industri pertahanan kedua negara, seperti produksi amunisi dan komponen senapan. Secara detail, perjanjian meliputi pertukaran informasi, industri pertahanan, dan peningkatan kapasitas. Kerja sama pertahanan tentu merupakan salah satu wujud dari berbagai bidang kerja sama dalam hubungan antarnegara.
Namun, dipahami bahwa kerja sama pertahanan menjadi poin terpenting dari keseluruhan kerja sama, karena di dalamnya memuat tingginya level kepercayaan atas persahabatan yang telah terbangun. Dalam konteks kerja sama Indonesia-UEA, menarik untuk ditelisik bagaimana kerja sama tersebut terbangun dan sejauh mana kemesraan itu terjalin? Dan ujungnya bagaimana hubungan pertahanan tersebut akan berjalan di masa depan?
Akselerasi Hubungan Bilateral
Theodore A Couloumbis dan James H Wolfe dalam Introduction to International Relations (1986) menjelaskan bahwa kerja sama internasional merupakan hubungan internasional yang berupa interaksi antar warga dari suatu negara dengan negara lain. Kerja sama dibangun tentu berdasar national interest masing-masing. Dengan begitu, ada tujuan yang ingin dicapai. Apa tujuannya? Umumnya, seperti kerja sama dilakukan antara lain untuk mempererat persahabatan, menciptakan perdamaian dunia, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas tenaga kerja, meningkatkan kemajuan di berbagai bidang, memenuhi kebutuhan negara, mencegah konflik, memperkuat sektor pertahanan serta keamanan negara, dan sebagainya.
Area kerja sama yang dibangun beraneka ragam, di antaranya kerja sama bilateral seperti dilakukan Indonesia dengan UEA. Dengan negeri tersebut, hubungan sebenarnya relatif baru dibanding dengan banyak negara sahabat Indonesia. Pasalnya, relasi diplomatik baru dicanangkan pada 1976 yang diikuti langsung pendirian kantor kedutaan besar di kedua negara.
Dikutip Wikipedia, Selain hubungan bilateral, kedua negara juga bertemali dalam kerja sama lebih luas, yakni sesama anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Organisasi Non-Blok, dan Organisasi Kerjasama Islam (OIC). Pada perjalanannya, hubungan Indonesia-UEA berjalan sangat harmonis. Fakta demikian menonjol di era kepemimpinan Presiden BJ Habibie.
Namun, momentum kerja sama mengalami akselerasi kala Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed bin Sultan Al Nahyan sepakat meneken IUAE-CEPA (Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement) saat bertemu di Istana Al Shatie, Abu Dhabi (01/07/2022).
baca juga: Panglima TNI Realisasi Kerja Sama dengan Militer UEA yang Tertunda 2 Tahun
Perjanjian kerja sama yang digarap meliputi beberapa program, seperti protokol tentang kerja sama di bidang industri pertahanan dan pengadaan alat militer, dan Kontrak Pembelian Landing Platform Dock (LPD) antara PT PAL Indonesia dengan Angkatan Laut UEA. Di bidang pertahanan, komitmen kerja sama diwujudkan secara kongkret. Paling monumental adalah kontrak pembelian sejumlah kapal LPD (Landing Platform Dock). Kontrak akuisisi yang diteken pada 1 Juli 2022, bernilai AED1,5 miliar (USD408,32 juta).
Rencananya, kapal multimission vessel sepanjang 163 meter itu mulai dibangun pada 2024, dan akan diserahkan ke Angkatan Laut UEA lima hingga enam tahun kemudian. Adapun pembangunan akan melibatkan Marakeb Technologies LLC. Perusahaan lokal UAE tersebut akan fokus pada sistem manajemen tempur (CMS) PT PAL dan Marakeb Technologies LLC telah menandatangani perjanjian kemitraan strategis untuk mengikat kerja sama yang akan mereka lakukan.
Kemitraan juga dilakukan PT Pindad (Persero) dengan Calidus LLC pada Juni 2022. Kedua perusahaaan alutsista tersebut akan mengembangkan bersama produk kendaraan tempur 8x8. Melalui kerja sama ini, PT Pindad memperluas kompetensi teknologi, terutama dalam pengembangan produk kendaraan tempur 8x8 untuk penggunaan gurun dan ketahanan balistik.
Selain dengan PT Pindad, Calidus LLC yang memiliki kompetensi pengembangan dan manufaktur teknologi air vehicles maupun land vehicles juga menjalin kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk joint marketing pesawat CN235 dan N219, serta joint development untuk upgrade version pesawat N219 dan UAV MALE Elang Hitam. Mereka juga menggarap kerja sama engineering, design & flight testing work package terhadap setiap pengembangan produk yang dilakukan bersama
Sebelumnya, PT Pindad juga telah menjalin kerja sama dengan Caracal dari Edge Group UEA. Kedua korporasi itu bersepakat melakukan produksi bersama berbagai senjata, di antaranya senapan serbu CAR 816 yang berbasis AR15 untuk melengkapi senjata pasukan khusus Indonesia. Sejumlah komponen seperti komponen laras adalah made in PT Pindad.
Mereka juga memproduksi bersama senapan mesin SM3 5.56mm PT Pindad untuk digunakan tentara UEA dan dipasarkan di Timur Tengah. PT Pindad memang telah mejalin hubungan mesra dengan UEA. BUMN Strategis tersebut telah menjadi salah satu supplier amunisi untuk militer negeri tersebut. Pada 2017 misalnya, PT Pindad mendapat transaksi untuk memproduksi 100 juta amunisi kaliber kecil.
Pasca-kesepakatan IUAE-CEPA, kerja sama pertahanan, terutama untuk pengembangan alutsista bersama kian menunjukkan progresivitasnya. Pada Mei 2024 lalu, PT Pindad menandatangani Head of Agreement (HoA) dan Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan industri pertahanan UEA, Lahab. Kerja sama itu diteken pada 20 hingga 21 Mei 2024 dalam rangkaian kegiatan Indonesia-UAE Business Week di Ritz Carlton, Bali.
Melalui kesepakatan ini, PT Pindad berkontribusi dalam peningkatan kerja sama antar kedua negara dalam bidang Alpalhankam, khususnya munisi. Secara spesifik, kedua perusahaan melakukan investasi brassmill - bahan baku amunisi untuk mendukung program hilirisasi. Selain itu MoU juga mencakup kerja sama dalam bidang bom udara berstandar NATO. Dalam kesempatan yang sama, PT Pindad melakukan pertemuan dengan tiga perusahaan pertahananan UEA, yaitu Tawazun, Lahab, Caracal, dan EDGE Group untuk membahas berbagai kerja sama strategis di bidang pertahanan.
Semakin Cerah di Era Prabowo
"Hubungan Indonesia dan UEA dapat terus berkembang dan tumbuh sesuai dengan ambisi kedua negara dalam memperkuat kerja sama di berbagai bidang, termasuk pertahanan,” demikian disampaikan Menhan Prabowo Subianto saat bertemu MBZ, di Istana Al Shati, Abu Dhabi, Senin (13/5/2024).
Pernyataan tersebut secara langsung menegaskan komitmen sekaligus ambisi Indonesia dan UEA memperkuat kerja sama pertahanan yang telah dilakukan. Pertemuan yang melibatkan calon presiden terpilih –yang datang bersama cawapres terpilih Gibran Rakabuming Raka tersebut- menunjukkan adanya level berbeda dalam hubungan pertahanan RI, dan pintu lebar peningkatan kerja sama untuk masa depan.
baca juga: Memahami Target Kerja Sama Pertahanan Indonesia
Dalam pertemuan teranyar pemimpin kedua negara sebelumnya pemerintah-DPR meratifikasi kerja sama pertahanan Indonesia-UEA, Prabowo-MBZ sepakat melakukan kerja sama pertahanan berupa latihan perang bersama, pendidikan pertukaran prajurit, hingga saling belajar tentang teknologi alutsista masing-masing negara. Keduanya juga bertukar pandangan tentang sejumlah isu regional dan internasional yang menjadi kepentingan bersama.
Pada momen itu, UEA memberikan medali ‘’Zayed’’ kepada Prabowo sebagai bentuk apresiasi atas inisiatifnya membangun hubungan baik dengan melakukan kunjungan tersebut. UEA memandang Prabowo tulus memperkuat hubungan kerja sama antara UEA dan Indonesia. MBZ juga berharap hubungan strategis dapat terus terjalin demi kemakmuran kedua negara.
Selama menjabat menteri pertahahan, Prabowo memang menunjukkan intensitasnya dalam meningkatkan kerja sama pertahanan dengan UEA. Tercatat, sejak mendapat amanat memegang posisi tersebut di era Kabinet Indonesia Maju 2019-2024, dia tercatat beberapa kali melakukan kesepakatan dengan koleganya dari UEA. Pada 2019, misalnya, Prabowo Subianto meneken MoU perjanjian kerja sama di bidang pertahanan dengan UEA Mohammed Ahmed Al Bowardi. Penandatanganan itu sebagai tindak lanjut dari letter of intent (LoI) yang ditandatangani kedua negara di Bogor pada Juli 2019.
Seperti dipaparkan Humas Kemhan, selain memperkuat diplomasi pertahanan untuk merespons situasi global yang semakin dinamis, kunjungan itu juga untuk menjajaki pengadaan alutsista yang diperlukan Indonesia, terutama untuk mencapai target pemenuhan alutsista sesuai dengan Minimum Essential Force (MEF). Di kesempatan itu, Menhan Mohammed bin Ahmed Al Bawardi menunjukkan penerimaan Prabowo sebagai sahabat, dengan mengajak Prabowo berbincang di padang pasir dan meminta mantan Danjen Kopassus itu melepas burung elang milik Menhan UEA untuk berburu.
Selanjutnya pada 2022, di sela-sela menghadiri pameran World Defense Show 2022 di Riyadh, Arab Saudi, Prabowo kembali bertemu dengan Menhan Mohammed Ahmed Al Bowardi untuk membahas kelanjutan kerja sama bidang pertahanan. Fokus pembahasan antara lain pada bidang industri pertahanan dan pendidikan. Langkah ini sebagai tindak lanjut dari nota kesepahaman (MoU) kerja sama pertahanan antara Kemhan RI dan Kemhan UEA yang ditandatangani Februari 2020 lalu di Abu Dhabi, dan pertemuan Joint Defence Cooperation Plan (JDCP) yang merupakan implementasi dari MoU tersebut.
Beberapa lingkup kerja sama pertahanan antara kedua negara yang telah disepakati dalam MoU tersebut, di antaranya adalah kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi industri pertahanan, peningkatan kapasitas termasuk SDM, dan pertukaran informasi dan pandangan terkait kepentingan kedua negara dalam hal pertahanan dan keamanan.
Melihat kerja sama yang telah dilakukan Indonesia-UEA sejak periode kedua kepemimpinan Jokowi, dapat disimpulkan adanya perkembangan dan intensitas luar biasa dibanding periode sebelumnya, termasuk di periode pertama Jokowi (2014-2019). Kondisi tersebut mencerminkan orientasi politik luar negeri dan bertemunya national interest kedua negara yang saling melengkapi dan menguntungkan.
baca juga: Top! Prabowo Bawa Industri Pertahanan Kerja Sama dengan UEA, Pengamat: Ini Cerdas
Pada sisi personality politics, harus diakui salah satu variabel yang mendukung terwujudnya kedua negeri tersebut adalah kedekatan yang terbangun antara Jokowi-MBZ, sehingga kerja sama yang terwujud tampak tidak sekadar formalitas dengan puncak adanya kesepakatan IUAE-CEPA, tapi persahabatan. Adanya tribute yang diberikan masing-masing kepala negara kepada koleganya itu merupakan bukti kuatnya jalinan persahabatan itu.
Dari berbagai kerja sama yang dicanangkan dalam kesepakatan IUAE-CEPA, tak dapat dimungkiri kerja sama di sektor pertahanan paling menonjol. Selama hampir lima tahun menduduki posisi menteri pertahanan, Prabowo sangat intens memperkuat kerja sama sama pertahanan hingga mendapat medali ‘Zayed’ dari negeri kaya minyak itu.
Tak kalah pentingnya, kerja sama tersebut berjalan kongkret, dengan bukti rajutan kerja sama perusahaan alutsista kedua negara seperti ditunjukkan PT PAL, PT Pindad dan PT DI dari Indonesia dengan counterpart-nya seperti Marakeb Technologies LLC, Calidus LLC, Caracal, Edge Group, Tawazun, dan Lahab. Kerja sama yang terbangun pun semakin luas, bukan sekadar transaksi alutsista, tapi juga kerja sama pemasaran, transfer of technology (ToT), kerjasama riset hingga produksi bersama.
Ambisi Prabowo sebagai presiden terpilih yang bertemu dengan ambisi MBZ yang dikukuhkan saat momen pertemuan di Istana Al Shati, Abu Dhabi, Senin (13/5/2024), menegaskan kemesraan kedua negara akan berlanjut dan diperkuat. Bahkan, arah kerja sama pertahanan sangat mungkin diperluas dan akan mengeksploitasi berbagai peluang strategis lain.
Penguatan dan perluasan sektor kerja sama pertahanan, terutama untuk kebutuhan alutsista karena masing-masing negara memiliki keunggulan komparasi dan kompetifi dalam kapasitas teknologi alutsista. Penguasaan teknologi yang dimiliki UEA tidak bisa dianggap remeh, karena negeri tersebut telah menjalin kerja sama dengan banyak negara maju, termasuk dengan Israel.
baca juga: Genjot Kerja Sama, RI-UEA Targetkan Nilai perdagangan Naik 3 Kali Lipat
Pada 2021 misalnya, Edge Group berkolaborasi Israel Aerospace Industries (IAI). Mereka sepakat membangun kapal tak berawak modular canggih, 170M, yang bisa digunakan untuk tujuan militer sekaligus komersial. Untuk militer, alutsista ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan intelijen, pengawasan, pengintaian, deteksi ranjau, penyisiran dan sebagai platform untuk jenis pesawat tertentu. Kapal itu bahkan dirancang sanggup melakukan misi termasuk mendeteksi kapal selam dan perang anti kapal selam. Sedangkan untuk kepentingan komersial, kendaraan itu dapat digunakan untuk eksplorasi minyak dan gas.
Knowledge yang diperoleh UEA ini sangat mungkin dikolaborasikan dengan PT PAL yang juga tengah merancang kapal selam otonom (KSOT) yang didesain memiliki panjang 25m. PT PAL menyiapkan KSOT untuk operasi tempur ringan dengan pengambilan keputusan dibantu AI. Untuk kapabilitas, kendaraan tempur bawah air ini dilengkapi dengan efektor mematikan, sensor, dan peralatan pemantauan.
Penyatuan kapasitas ini bisa mengakselerasi ambisi kedua negara membangun kemandirian alutsista. Di sisi lain, dengan kemampuan finansial unmilited yang dimiliki negara sultan seperti UEA ini dan kapasitas SDM Indonesia yang sebenarnya tidak kalah dengan negara maju di bidang industri pertahanan, berbagai kerja sama riset dan produksi bersama alutsista akan semakin mudah. (*)
Lihat Juga: Profil FX Poerbayu Ratsunu, Dirut Waskita Beton Precast yang Diperiksa Kejagung Terkait Tol MBZ
baca juga: Kunjungan Jokowi ke UEA Sepakati Sejumlah Kerja Sama Strategis Kedua Negara
Penamaan Jalan Tol Layang MBZ yang diberikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 12 Desember 2019 menggantikan nama Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated merupakan bentuk penghormatan (tribute) kepada Uni Emirat Arab (UAE) yang telah menjalin hubungan diplomatik selama 45 tahun dengan Indonesia.
Selain jalan tol layang, nama MBZ di Tanah Air juga identik dengan sebuah masjid megah, mewah nan indah yang berada di kota Solo, yakni Masjid Raya Sheikh Zayed. Masjid hadiah sang Pangeran yang merupakan replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque Abu Dhabi tersebut diresmikan Presiden Jokowi dan MBZ pada Januari 2022. Kini, masjid kebanggaan warga Solo itu menjadi destinasi wisata religi populer.
Keberadaan jalan tol dan masjid MBZ tentu menjadi indikator sejauh mana hubungan kedua negara. Kedua bangunan tersebut bisa disebut sebagai monumen penanda begitu kuatnya relasi yang terbangun Indonesia-UE, yaitu bukan hanya dari sisi timeline historis hubungan diplomatik tapi juga dari sisi kualitas dan tingginya kepercayaan masing-masing pihak.
Monumen kemesraan Indonesia-UEA juga didirikan di Abu Dhabi. Bentuknya, berupa nama jalan President Joko Widodo Street yang diresmikan SheikhKhalid bin Mohammed bin Zayed Al Nahyan, anggota sekaligus chairman Abu Dhabi Executive Office. Seperti dikutip website menlu.go.id, nama jalan tersebut merefleksikan hubungan erat Indonesia-UJEA, sekaligus bentuk penghormatan untuk Presiden Jokowi karena memajukan hubungan kedua negara selama menjabat kepala negara.
Teranyar, hubungan bilateral Indonesia-UEA kian kokoh dengan akan diratifikasinya kerja sama pertahanan kedua negara. Ratifikasi telah dimatangkan Menlu Retno Marsudi, Wamenhan Letjen (Purn) M Herindra dengan Komisi I DPR dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang digelar Rabu (19/06), di Gedung DPR RI Senayan.
Berdasar keterangan Retno Marsudi, kerja sama pertahanan dengan UEA diarahkan untuk mengembangkan produksi bersama industri pertahanan kedua negara, seperti produksi amunisi dan komponen senapan. Secara detail, perjanjian meliputi pertukaran informasi, industri pertahanan, dan peningkatan kapasitas. Kerja sama pertahanan tentu merupakan salah satu wujud dari berbagai bidang kerja sama dalam hubungan antarnegara.
Namun, dipahami bahwa kerja sama pertahanan menjadi poin terpenting dari keseluruhan kerja sama, karena di dalamnya memuat tingginya level kepercayaan atas persahabatan yang telah terbangun. Dalam konteks kerja sama Indonesia-UEA, menarik untuk ditelisik bagaimana kerja sama tersebut terbangun dan sejauh mana kemesraan itu terjalin? Dan ujungnya bagaimana hubungan pertahanan tersebut akan berjalan di masa depan?
Akselerasi Hubungan Bilateral
Theodore A Couloumbis dan James H Wolfe dalam Introduction to International Relations (1986) menjelaskan bahwa kerja sama internasional merupakan hubungan internasional yang berupa interaksi antar warga dari suatu negara dengan negara lain. Kerja sama dibangun tentu berdasar national interest masing-masing. Dengan begitu, ada tujuan yang ingin dicapai. Apa tujuannya? Umumnya, seperti kerja sama dilakukan antara lain untuk mempererat persahabatan, menciptakan perdamaian dunia, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas tenaga kerja, meningkatkan kemajuan di berbagai bidang, memenuhi kebutuhan negara, mencegah konflik, memperkuat sektor pertahanan serta keamanan negara, dan sebagainya.
Area kerja sama yang dibangun beraneka ragam, di antaranya kerja sama bilateral seperti dilakukan Indonesia dengan UEA. Dengan negeri tersebut, hubungan sebenarnya relatif baru dibanding dengan banyak negara sahabat Indonesia. Pasalnya, relasi diplomatik baru dicanangkan pada 1976 yang diikuti langsung pendirian kantor kedutaan besar di kedua negara.
Dikutip Wikipedia, Selain hubungan bilateral, kedua negara juga bertemali dalam kerja sama lebih luas, yakni sesama anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Organisasi Non-Blok, dan Organisasi Kerjasama Islam (OIC). Pada perjalanannya, hubungan Indonesia-UEA berjalan sangat harmonis. Fakta demikian menonjol di era kepemimpinan Presiden BJ Habibie.
Namun, momentum kerja sama mengalami akselerasi kala Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed bin Sultan Al Nahyan sepakat meneken IUAE-CEPA (Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement) saat bertemu di Istana Al Shatie, Abu Dhabi (01/07/2022).
baca juga: Panglima TNI Realisasi Kerja Sama dengan Militer UEA yang Tertunda 2 Tahun
Perjanjian kerja sama yang digarap meliputi beberapa program, seperti protokol tentang kerja sama di bidang industri pertahanan dan pengadaan alat militer, dan Kontrak Pembelian Landing Platform Dock (LPD) antara PT PAL Indonesia dengan Angkatan Laut UEA. Di bidang pertahanan, komitmen kerja sama diwujudkan secara kongkret. Paling monumental adalah kontrak pembelian sejumlah kapal LPD (Landing Platform Dock). Kontrak akuisisi yang diteken pada 1 Juli 2022, bernilai AED1,5 miliar (USD408,32 juta).
Rencananya, kapal multimission vessel sepanjang 163 meter itu mulai dibangun pada 2024, dan akan diserahkan ke Angkatan Laut UEA lima hingga enam tahun kemudian. Adapun pembangunan akan melibatkan Marakeb Technologies LLC. Perusahaan lokal UAE tersebut akan fokus pada sistem manajemen tempur (CMS) PT PAL dan Marakeb Technologies LLC telah menandatangani perjanjian kemitraan strategis untuk mengikat kerja sama yang akan mereka lakukan.
Kemitraan juga dilakukan PT Pindad (Persero) dengan Calidus LLC pada Juni 2022. Kedua perusahaaan alutsista tersebut akan mengembangkan bersama produk kendaraan tempur 8x8. Melalui kerja sama ini, PT Pindad memperluas kompetensi teknologi, terutama dalam pengembangan produk kendaraan tempur 8x8 untuk penggunaan gurun dan ketahanan balistik.
Selain dengan PT Pindad, Calidus LLC yang memiliki kompetensi pengembangan dan manufaktur teknologi air vehicles maupun land vehicles juga menjalin kerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) untuk joint marketing pesawat CN235 dan N219, serta joint development untuk upgrade version pesawat N219 dan UAV MALE Elang Hitam. Mereka juga menggarap kerja sama engineering, design & flight testing work package terhadap setiap pengembangan produk yang dilakukan bersama
Sebelumnya, PT Pindad juga telah menjalin kerja sama dengan Caracal dari Edge Group UEA. Kedua korporasi itu bersepakat melakukan produksi bersama berbagai senjata, di antaranya senapan serbu CAR 816 yang berbasis AR15 untuk melengkapi senjata pasukan khusus Indonesia. Sejumlah komponen seperti komponen laras adalah made in PT Pindad.
Mereka juga memproduksi bersama senapan mesin SM3 5.56mm PT Pindad untuk digunakan tentara UEA dan dipasarkan di Timur Tengah. PT Pindad memang telah mejalin hubungan mesra dengan UEA. BUMN Strategis tersebut telah menjadi salah satu supplier amunisi untuk militer negeri tersebut. Pada 2017 misalnya, PT Pindad mendapat transaksi untuk memproduksi 100 juta amunisi kaliber kecil.
Pasca-kesepakatan IUAE-CEPA, kerja sama pertahanan, terutama untuk pengembangan alutsista bersama kian menunjukkan progresivitasnya. Pada Mei 2024 lalu, PT Pindad menandatangani Head of Agreement (HoA) dan Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan industri pertahanan UEA, Lahab. Kerja sama itu diteken pada 20 hingga 21 Mei 2024 dalam rangkaian kegiatan Indonesia-UAE Business Week di Ritz Carlton, Bali.
Melalui kesepakatan ini, PT Pindad berkontribusi dalam peningkatan kerja sama antar kedua negara dalam bidang Alpalhankam, khususnya munisi. Secara spesifik, kedua perusahaan melakukan investasi brassmill - bahan baku amunisi untuk mendukung program hilirisasi. Selain itu MoU juga mencakup kerja sama dalam bidang bom udara berstandar NATO. Dalam kesempatan yang sama, PT Pindad melakukan pertemuan dengan tiga perusahaan pertahananan UEA, yaitu Tawazun, Lahab, Caracal, dan EDGE Group untuk membahas berbagai kerja sama strategis di bidang pertahanan.
Semakin Cerah di Era Prabowo
"Hubungan Indonesia dan UEA dapat terus berkembang dan tumbuh sesuai dengan ambisi kedua negara dalam memperkuat kerja sama di berbagai bidang, termasuk pertahanan,” demikian disampaikan Menhan Prabowo Subianto saat bertemu MBZ, di Istana Al Shati, Abu Dhabi, Senin (13/5/2024).
Pernyataan tersebut secara langsung menegaskan komitmen sekaligus ambisi Indonesia dan UEA memperkuat kerja sama pertahanan yang telah dilakukan. Pertemuan yang melibatkan calon presiden terpilih –yang datang bersama cawapres terpilih Gibran Rakabuming Raka tersebut- menunjukkan adanya level berbeda dalam hubungan pertahanan RI, dan pintu lebar peningkatan kerja sama untuk masa depan.
baca juga: Memahami Target Kerja Sama Pertahanan Indonesia
Dalam pertemuan teranyar pemimpin kedua negara sebelumnya pemerintah-DPR meratifikasi kerja sama pertahanan Indonesia-UEA, Prabowo-MBZ sepakat melakukan kerja sama pertahanan berupa latihan perang bersama, pendidikan pertukaran prajurit, hingga saling belajar tentang teknologi alutsista masing-masing negara. Keduanya juga bertukar pandangan tentang sejumlah isu regional dan internasional yang menjadi kepentingan bersama.
Pada momen itu, UEA memberikan medali ‘’Zayed’’ kepada Prabowo sebagai bentuk apresiasi atas inisiatifnya membangun hubungan baik dengan melakukan kunjungan tersebut. UEA memandang Prabowo tulus memperkuat hubungan kerja sama antara UEA dan Indonesia. MBZ juga berharap hubungan strategis dapat terus terjalin demi kemakmuran kedua negara.
Selama menjabat menteri pertahahan, Prabowo memang menunjukkan intensitasnya dalam meningkatkan kerja sama pertahanan dengan UEA. Tercatat, sejak mendapat amanat memegang posisi tersebut di era Kabinet Indonesia Maju 2019-2024, dia tercatat beberapa kali melakukan kesepakatan dengan koleganya dari UEA. Pada 2019, misalnya, Prabowo Subianto meneken MoU perjanjian kerja sama di bidang pertahanan dengan UEA Mohammed Ahmed Al Bowardi. Penandatanganan itu sebagai tindak lanjut dari letter of intent (LoI) yang ditandatangani kedua negara di Bogor pada Juli 2019.
Seperti dipaparkan Humas Kemhan, selain memperkuat diplomasi pertahanan untuk merespons situasi global yang semakin dinamis, kunjungan itu juga untuk menjajaki pengadaan alutsista yang diperlukan Indonesia, terutama untuk mencapai target pemenuhan alutsista sesuai dengan Minimum Essential Force (MEF). Di kesempatan itu, Menhan Mohammed bin Ahmed Al Bawardi menunjukkan penerimaan Prabowo sebagai sahabat, dengan mengajak Prabowo berbincang di padang pasir dan meminta mantan Danjen Kopassus itu melepas burung elang milik Menhan UEA untuk berburu.
Selanjutnya pada 2022, di sela-sela menghadiri pameran World Defense Show 2022 di Riyadh, Arab Saudi, Prabowo kembali bertemu dengan Menhan Mohammed Ahmed Al Bowardi untuk membahas kelanjutan kerja sama bidang pertahanan. Fokus pembahasan antara lain pada bidang industri pertahanan dan pendidikan. Langkah ini sebagai tindak lanjut dari nota kesepahaman (MoU) kerja sama pertahanan antara Kemhan RI dan Kemhan UEA yang ditandatangani Februari 2020 lalu di Abu Dhabi, dan pertemuan Joint Defence Cooperation Plan (JDCP) yang merupakan implementasi dari MoU tersebut.
Beberapa lingkup kerja sama pertahanan antara kedua negara yang telah disepakati dalam MoU tersebut, di antaranya adalah kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi industri pertahanan, peningkatan kapasitas termasuk SDM, dan pertukaran informasi dan pandangan terkait kepentingan kedua negara dalam hal pertahanan dan keamanan.
Melihat kerja sama yang telah dilakukan Indonesia-UEA sejak periode kedua kepemimpinan Jokowi, dapat disimpulkan adanya perkembangan dan intensitas luar biasa dibanding periode sebelumnya, termasuk di periode pertama Jokowi (2014-2019). Kondisi tersebut mencerminkan orientasi politik luar negeri dan bertemunya national interest kedua negara yang saling melengkapi dan menguntungkan.
baca juga: Top! Prabowo Bawa Industri Pertahanan Kerja Sama dengan UEA, Pengamat: Ini Cerdas
Pada sisi personality politics, harus diakui salah satu variabel yang mendukung terwujudnya kedua negeri tersebut adalah kedekatan yang terbangun antara Jokowi-MBZ, sehingga kerja sama yang terwujud tampak tidak sekadar formalitas dengan puncak adanya kesepakatan IUAE-CEPA, tapi persahabatan. Adanya tribute yang diberikan masing-masing kepala negara kepada koleganya itu merupakan bukti kuatnya jalinan persahabatan itu.
Dari berbagai kerja sama yang dicanangkan dalam kesepakatan IUAE-CEPA, tak dapat dimungkiri kerja sama di sektor pertahanan paling menonjol. Selama hampir lima tahun menduduki posisi menteri pertahanan, Prabowo sangat intens memperkuat kerja sama sama pertahanan hingga mendapat medali ‘Zayed’ dari negeri kaya minyak itu.
Tak kalah pentingnya, kerja sama tersebut berjalan kongkret, dengan bukti rajutan kerja sama perusahaan alutsista kedua negara seperti ditunjukkan PT PAL, PT Pindad dan PT DI dari Indonesia dengan counterpart-nya seperti Marakeb Technologies LLC, Calidus LLC, Caracal, Edge Group, Tawazun, dan Lahab. Kerja sama yang terbangun pun semakin luas, bukan sekadar transaksi alutsista, tapi juga kerja sama pemasaran, transfer of technology (ToT), kerjasama riset hingga produksi bersama.
Ambisi Prabowo sebagai presiden terpilih yang bertemu dengan ambisi MBZ yang dikukuhkan saat momen pertemuan di Istana Al Shati, Abu Dhabi, Senin (13/5/2024), menegaskan kemesraan kedua negara akan berlanjut dan diperkuat. Bahkan, arah kerja sama pertahanan sangat mungkin diperluas dan akan mengeksploitasi berbagai peluang strategis lain.
Penguatan dan perluasan sektor kerja sama pertahanan, terutama untuk kebutuhan alutsista karena masing-masing negara memiliki keunggulan komparasi dan kompetifi dalam kapasitas teknologi alutsista. Penguasaan teknologi yang dimiliki UEA tidak bisa dianggap remeh, karena negeri tersebut telah menjalin kerja sama dengan banyak negara maju, termasuk dengan Israel.
baca juga: Genjot Kerja Sama, RI-UEA Targetkan Nilai perdagangan Naik 3 Kali Lipat
Pada 2021 misalnya, Edge Group berkolaborasi Israel Aerospace Industries (IAI). Mereka sepakat membangun kapal tak berawak modular canggih, 170M, yang bisa digunakan untuk tujuan militer sekaligus komersial. Untuk militer, alutsista ini bisa dimanfaatkan untuk kepentingan intelijen, pengawasan, pengintaian, deteksi ranjau, penyisiran dan sebagai platform untuk jenis pesawat tertentu. Kapal itu bahkan dirancang sanggup melakukan misi termasuk mendeteksi kapal selam dan perang anti kapal selam. Sedangkan untuk kepentingan komersial, kendaraan itu dapat digunakan untuk eksplorasi minyak dan gas.
Knowledge yang diperoleh UEA ini sangat mungkin dikolaborasikan dengan PT PAL yang juga tengah merancang kapal selam otonom (KSOT) yang didesain memiliki panjang 25m. PT PAL menyiapkan KSOT untuk operasi tempur ringan dengan pengambilan keputusan dibantu AI. Untuk kapabilitas, kendaraan tempur bawah air ini dilengkapi dengan efektor mematikan, sensor, dan peralatan pemantauan.
Penyatuan kapasitas ini bisa mengakselerasi ambisi kedua negara membangun kemandirian alutsista. Di sisi lain, dengan kemampuan finansial unmilited yang dimiliki negara sultan seperti UEA ini dan kapasitas SDM Indonesia yang sebenarnya tidak kalah dengan negara maju di bidang industri pertahanan, berbagai kerja sama riset dan produksi bersama alutsista akan semakin mudah. (*)
Lihat Juga: Profil FX Poerbayu Ratsunu, Dirut Waskita Beton Precast yang Diperiksa Kejagung Terkait Tol MBZ
(hdr)