Berdamai dengan Hati, Mengelola Kesehatan Mental Remaja
Kamis, 04 Juli 2024 - 05:30 WIB
Bukan hanya itu. Asel mampu menceritakan adanya geng di kalangan remaja hingga mengapa atau alasan Adriana melakukan perundungan. Sosok Adriana, ibarat potret yang tergambar jelas dalam penggalan lirik lagu “Darah Muda” karya Rhoma Irama. Darah muda darahnya para remaja/Yang selalu merasa gagah/Tak pernah mau mengalah/Masa muda masa yang berapi-api/Yang maunya menang sendiri/Walau salah tak peduli/Darah muda.
Novel “Rindu Tak Ada Ujung” sangat menarik dan sangat layak dibaca oleh berbagai kalangan. Terkhusus remaja usia SMP maupun SMA, sekolah, dan orang tua. Mengapa? Melalui novel ini, para remaja, sekolah, dan orang tua dapat mengambil pelajaran, di antaranya yakni bagaimana cara menyikapi perundungan yang dialami remaja khususnya di sekolah maupun bagaimana agar remaja bisa mengelola kesehatan mental di manapun, kapanpun, dan bagaimanapun kondisi/suasana hati.
Novel ini turut menjadi pengingat dan alarm bagi para remaja, sekolah, orang tua, dan lingkungan sekitar bahwa perundungan masih terjadi dan dialami anak remaja usia sekolah. Juga menjadi pengingat dan alarm bagi kita semua agar terus “melawan”, meminimalisir, dan mencegah aksi perundungan di mana dan kapanpun.
Apa pasal? Tentu kita tak ingin mendengar lagi informasi atau berita tentang anak yang rusak jiwa dan mentalnya atau mengisolasi diri dari kehidupan sosialnya atau mengakhiri hidupnya akibat tak tahan dirundung. Ada banyak tamsil.
Pada Juni 2024 saja, geger di jagat maya tentang korban NFN (perempuan, 18) yang merupakan siswi kelas sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat mengalami gangguan kejiwaan hingga berujung meninggal dunia yang disebabkan dugaan perundungan yang dialami korban selama tiga tahun.
Sebelumnya, Februari dan Maret 2024, publik dibuat gempar dengan kasus dugaan perundungan disertai dengan kekerasan fisik yang menimpa korban A (laki-laki, 17), siswa SMA Binus School Serpong, Tangerang Selatan, Banten. A diduga dirundung oleh 12 siswa SMA Binus School Serpong yang tergabung dalam “Geng Tai”.
baca juga: Peringati Hari Buku Nasional, MNC Peduli Bagikan Buku di Taman Anak Pesisir
Dari 12 siswa itu, di antaranya diduga ada anak pesohor atau public figure. Berdasarkan hasil visum et repertum yang dilakukan pihak Kepolisian, A menderita luka memar di leher, luka lecet di leher, luka bekas sundutan rokok di leher bagian belakang, dan luka bakar pada tangan kiri. Selain itu, dampak psikologis juga dialami A berupa ketakutan, perasaan tertekan, dan stres berat.
Apakah kabar berita seperti dua contoh di atas tak mengiris dan menyayat hati kita? Oleh karena itu, novel “Rindu Tak Ada Ujung” menjadi penegas bagi kita semua, bahwa bullying atau perundungan – apapun bentuknya, siapapun pelakunya, dan bagaimanapun caranya – haruslah dihentikan. Stop bullying! Hentikan perundungan!
Novel ini turut juga memberikan ibrah bahwa para guru di lingkungan sekolah dan orang tua di lingkungan keluarga tak boleh abai dengan segala peristiwa yang dihadapi dan dialami remaja, terkhusus dalam konteks novel ini adalah di lingkungan sekolah.
Novel “Rindu Tak Ada Ujung” sangat menarik dan sangat layak dibaca oleh berbagai kalangan. Terkhusus remaja usia SMP maupun SMA, sekolah, dan orang tua. Mengapa? Melalui novel ini, para remaja, sekolah, dan orang tua dapat mengambil pelajaran, di antaranya yakni bagaimana cara menyikapi perundungan yang dialami remaja khususnya di sekolah maupun bagaimana agar remaja bisa mengelola kesehatan mental di manapun, kapanpun, dan bagaimanapun kondisi/suasana hati.
Novel ini turut menjadi pengingat dan alarm bagi para remaja, sekolah, orang tua, dan lingkungan sekitar bahwa perundungan masih terjadi dan dialami anak remaja usia sekolah. Juga menjadi pengingat dan alarm bagi kita semua agar terus “melawan”, meminimalisir, dan mencegah aksi perundungan di mana dan kapanpun.
Apa pasal? Tentu kita tak ingin mendengar lagi informasi atau berita tentang anak yang rusak jiwa dan mentalnya atau mengisolasi diri dari kehidupan sosialnya atau mengakhiri hidupnya akibat tak tahan dirundung. Ada banyak tamsil.
Pada Juni 2024 saja, geger di jagat maya tentang korban NFN (perempuan, 18) yang merupakan siswi kelas sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat mengalami gangguan kejiwaan hingga berujung meninggal dunia yang disebabkan dugaan perundungan yang dialami korban selama tiga tahun.
Sebelumnya, Februari dan Maret 2024, publik dibuat gempar dengan kasus dugaan perundungan disertai dengan kekerasan fisik yang menimpa korban A (laki-laki, 17), siswa SMA Binus School Serpong, Tangerang Selatan, Banten. A diduga dirundung oleh 12 siswa SMA Binus School Serpong yang tergabung dalam “Geng Tai”.
baca juga: Peringati Hari Buku Nasional, MNC Peduli Bagikan Buku di Taman Anak Pesisir
Dari 12 siswa itu, di antaranya diduga ada anak pesohor atau public figure. Berdasarkan hasil visum et repertum yang dilakukan pihak Kepolisian, A menderita luka memar di leher, luka lecet di leher, luka bekas sundutan rokok di leher bagian belakang, dan luka bakar pada tangan kiri. Selain itu, dampak psikologis juga dialami A berupa ketakutan, perasaan tertekan, dan stres berat.
Apakah kabar berita seperti dua contoh di atas tak mengiris dan menyayat hati kita? Oleh karena itu, novel “Rindu Tak Ada Ujung” menjadi penegas bagi kita semua, bahwa bullying atau perundungan – apapun bentuknya, siapapun pelakunya, dan bagaimanapun caranya – haruslah dihentikan. Stop bullying! Hentikan perundungan!
Novel ini turut juga memberikan ibrah bahwa para guru di lingkungan sekolah dan orang tua di lingkungan keluarga tak boleh abai dengan segala peristiwa yang dihadapi dan dialami remaja, terkhusus dalam konteks novel ini adalah di lingkungan sekolah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda