TNI AL Merajut Asa untuk Indonesia Emas

Selasa, 28 Mei 2024 - 06:55 WIB
Seperti di jaman Majapahit, di era masa kejayaan dengan Raja Hayam Wuruk (1350-1389) dengan didampingi Mahapatih Gajah Mada, kerajaan tersebut menguasai wilayah lebih luas dari Indonesia saat ini. Kejayaan tersebut terwujud berkat dukungan armad laut yang kuat demi mewujudkan Sumpah Palapa. Kala itu, angkatan laut dengan Mpu Nala sebagai pemimpinnya didukung armada kapal perang besar dan persenjataan cukup canggih di masanya, yakni meriam cetbang.

Semenjak kegagalan Kesultanan Demak menghalau Portugis dari Selat Malaka, lambat laut kekuatan armada laut Nusantara mengalami kemundurunan, hingga bangsa Eropa -dalam hal ini VOC yang diteruskan Belanda- berhasil menguasai wilayah yang kemudian disebut Hindia Belanda dan kemudian menjadi Indonesia.

baca juga: Janji Prabowo Kerja Keras Memperkuat Armada Milik TNI AL

Apa yang disampaikan Bung Karno tentang visi mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai negara maritim kuat bukanlah isapan jempol. Di era kepemimpinannya, armada perang laut Indonesia menjadi terkuat di belahan bumi selatan, termasuk melampaui Australia maupun India.

Seperti dipaparkan buku “Kapal Selam Indonesia” buah tangan Indroyono Soesilo dan Budiman, di masa orde lama tersebut TNI AL memiliki kapal selam jenis Whiskey Class buatan Uni Soviet, dua kapal induk untuk kapal selam -yaitu KRI Ratulangi dan KRI Thamrin, dua kapal penangkap torpedo (KPT), dan satu kapal penyelamat.

TNI AL juga memiliki KRI Irian, sebuah kapal perang terbesar yang pernah dimiliki Indonesia dari kelas light cruiser alias penjelajah ringan yang dibeli dari Uni Soviet pada 1962.Kapal inilah yang ditugaskan untuk merebut Irian Barat (kini Papua) dalam Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora), dan berhasil membuat ciut nyali kapal induk Belanda, HNLMS Karel Doorman R81.

Sayangnya, kekuatan TNI AL di era Orde Baru sempat mengalami penurunan karena beberapa faktor, termasuk sebagai dampak perubahan kebijakan politik yang beralih ke Barat. Baru pada era 80-an. Kala itu dengan membaiknya perekonomian, pemerintah memborong sejumlah kapal perang.

Beberapa akuisisi alutsista matra laut pada fase tersebut adalah destroyer escort (perusak kawal) bekas Amerika Serikat (Kelas Martadinata), koret Kelas Fatahillah, fregat buatan Yugoslavia (Kelas KH Dewantara), patrol ship killer dari Korea Selatan (Kelas KRI Mandau), Fregat Belanda (Kelas Ahmad Yani), Fregat Tribal Class (Kelas KRI Marta Christina Taihahu), dan membangun kapal cepat lisensi Fast Patrol Boat 57 dari Jerman.

Untuk kekuatan bawah air, Indonesia mengakuisisi kapal selam kelas U-29 dari Jerman. Kala itu, TNI AL satu-satunya kesatuan laut di Asean yang mengoperasikan kapal selam, karena Singapura dan Malaysia baru membangun armada kapal selam pada era 2000-an.

Memasuki era Reformasi, pemerintah berupaya membangun kembali kekuatan militernya, termasuk TNI AL, dengan program yang disebut minimum essential force (MEF). Pada 2024 ini, program tersebut menapak bapak akhir dari MEF tahap III yang berlangsung dari 2019-2024. Lewat program inilah, pemerintah dan TNI melakukan modernisasi alusistayang dimiliki Indonesia.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More