TNI AL Merajut Asa untuk Indonesia Emas

Selasa, 28 Mei 2024 - 06:55 WIB
Selanjutnya tercantum pula kapal perang landing helicopter dock (LHD), kendaraan tempur (ranpur) untuk Korps Marinir berupa HIMARS yang diarahkan untuk mendukung sistim pertahanan pesisir/coastal defence, kendaraan pendarat amfibi ACV 8x8, hingga destroyer Type 052D Luyang-III Class buatan Negeri Tirai Bambu.

baca juga: TNI AL Siapkan Taktik Gerilya?

Belum lagi kendaraan bawah air tanpa awak (UUVs) yang juga diincar TNI AL. Rencananya, alutsista jenis ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai misi seperti ukungan pasukan khusus dan intelijen, pengawasan dan pengintaian (ISR). Selain itu, UUVs dapat diintegrasikan dengan Scorpene Evolved.

Sekilas, target yang diinginkan TNI AL sangat ambisius. Namun, bila melihat akuisisi kapal PPA, Fregat Merah Putih, dan kapal selam Scorpene Evolved yang telah dilakukan, daftar belanja tersebut bukanlah isapan jempol. TNI AL bisa disebut tengah merajut asa memenuhi kebutuhan alutsista demi naik kelas meningkatkan kapabilitasnya. Untuk keperluan apakah?

Tantangan Berat

Secara faktual, tantangan yang dihadapi Indonesia di sektor laut sangat lah berat. Betapa tidak, negeri ini merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 17.504 pulau besar dan kecil didalamnya, memiliki luas wilayah nasional lebih dari 5 juta km2, dan 2/3 wilayah berupa perairan seluas lebih dari 3,1 juta km2.

Dari Zona Ekonomi Ekslusif selebar 200 mil, Indonesia mendapat tambahan pengelolaan laut seluas 2,7 juta km2, sehingga seluruh luas perairan yang menjadi tanggung jawab Indonesia menjadi sekitar 5,8 juta km2. Belum lagi panjang garis pantai yang keseluruhan mencapai 80.791 km.

Indonesia juga memiliki posisi geografis yang sangat strategis dan vital dalam geo-ekonomi dan geo-politik, yakni di antara Australia dan benua Asia, serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kondisi geografis ini menempatkan Indonesia sebagai jalur penghubung lalu lintas komunikasi dan perdagangan laut antar-benua dan samudera.

Jalur-jalur pelayaran di wilayah perairan yurisdiksi nasional Indonesia terbentuk secara alamiah dan membentuk sea lanes of transportation/communication (SLOT/C) yang strategis di Indonesia. Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makassar, ALKI-I, ALKI-II, dan ALKI III merupakan SLOT/C vital yang menghubungkan Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Perairan Indonesia mempunyai perbatasan laut dengan 10 negara, yaitu Australia, Timor Leste, Papua New Guinea, Palau, Philipina, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura, dan India.

Dari sisi geo-ekonomi, wilayah perairan laut Indonesia menyimpan kekayaaan alam melimpah, seperti minyak bumi, gas alam, mineral, serta sumber daya perikanan. Potensi minyak bumi dan gas dengan nilai ekonomi sangat tinggi misalnya berada di perairan Natuna dan perairan Andaman.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More