Faktor Kamala Harris di Pilpres AS
Kamis, 20 Agustus 2020 - 06:24 WIB
Sebagai seorang senator, Kamala mendukung penuh jaminan kesehatan universal (universal healthcare), reformasi perundang-undangan imigrasi (Immigration Reform), pelarangan senjata berat, Dream Act (undang-undang jaminan bagi anak-anak immigran yg masuk Amerika di saat masih di bawah umur), reformasi perpajakan, dan banyak lagi.
Kamala menjadi perhatian nasioanl selama pemerintahan Donald Trump karena disegani oleh para pejabat yang melakukan dengar pendapat (hearing) di Senat. Sebagai mantan jaksa, pertanyaan dan argumen Kamala selalu tajam dan mengena.
Kamala lalu masuk dalam perebutan nominasi kandidat presiden dari Partai Demokrat untuk Pilpres 2020. Sejak itu Kamala semakin dikenal secara nasional hingga mengakhiri kampanyenya pada Desember 2019 lalu. Keikutsertaannya dalam kontestasi pencalonan Demokrat ini menjadikan Kamala semakin populer secara nasional.
Pada akhirnya setelah melalui seleksi panjang dan ketat akhirnya capres Partai Demokrat, Joe Biden, memutuskan untuk memilih Kamala Harris sebagai pendampingnya. Ini sekaligus menjadikan Kamala sebagai orang pertama Afro Amerika dan Asia Selatan, serta perempuan ketiga Amerika yang pernah menjadi calon wapres. Sebelumnya kita kenal ada Geraldine Ferraro dari New York (Demokrat) dan Sarah Palin dari Alaska (Republik).
Ada beberapa kritikan terhadap Kamala Harris, misalnya kehadirannya di Konferensi AIPAC (Lobby Yahudi) dan menyampaikan dukungannya kepada Israel. Namun harus diketahui bahwa di mana saja politisi akan selalu terbawa oleh realita domestik yang ada. Tidak ada capres Amerika kecuali melakukan hal sama dengan Kamala.
Dalam sejarah negara ini hanya ada satu politisi yang menolak hadir di pertemuan tahunan AIPAC, yaitu Benrnie Sanders. Akibatnya kita lihat bahwa kendati Bernie sangat populer di kalangan pemilih, ada hidden power yang menghalangi pencalonannya. Bernie Sander selalu gagal untuk memenangi pencalonan capres AS.
Dengan demikian, warga Amerika termasuk mereka yang beragama Islam akan lebih memprioritaskan faktor-faktor urgen lainnya dalam pilpres kali ini. Salah satunya adalah integritas dan keberpihakan kepada imigran dan minoritas. Bagi masyarakat Muslim hal ini menjadi pertimbangan utama akibat kebijakan Donald Trump yang sangat anti imigran, minoritas termasuk anti Muslim.
Kritikan lainnya adalah kecurigaan kepada Kamala sebagai keturunan India. Dengan pemerintahan radikal Modi saat ini di India dicurigai Kamala akan jadi pembenaran bagi Modi untuk semakin diskriminatif terhadap warga Muslim di India. Kenyataannya Kamala sangat kritis dengan kebijakan Modi yang anti Muslim di India.
Apapun itu Kamala jadi harapan banyak pihak di AS. Kamala dipandang sebagai representasi wajah Amerika yang beragam. Kamala mewakili kaum perempuan, mewakili Afro Amerika dan Karibia, immigran non-white, dan tentunya Asia khususnya Asia Selatan.
Di tengah kekecewaan dan bahkan kemarahan kepada Trump karena rasisme dan perpecahan yang sangat menajam saat ini, Kamala hadir untuk memberikan secercah harapan itu. Amerika memang menantikan kelembutan seorang wanita, tapi ketegasan seorang mantan jaksa bernama Kamala Harris. Semoga!
Kamala menjadi perhatian nasioanl selama pemerintahan Donald Trump karena disegani oleh para pejabat yang melakukan dengar pendapat (hearing) di Senat. Sebagai mantan jaksa, pertanyaan dan argumen Kamala selalu tajam dan mengena.
Kamala lalu masuk dalam perebutan nominasi kandidat presiden dari Partai Demokrat untuk Pilpres 2020. Sejak itu Kamala semakin dikenal secara nasional hingga mengakhiri kampanyenya pada Desember 2019 lalu. Keikutsertaannya dalam kontestasi pencalonan Demokrat ini menjadikan Kamala semakin populer secara nasional.
Pada akhirnya setelah melalui seleksi panjang dan ketat akhirnya capres Partai Demokrat, Joe Biden, memutuskan untuk memilih Kamala Harris sebagai pendampingnya. Ini sekaligus menjadikan Kamala sebagai orang pertama Afro Amerika dan Asia Selatan, serta perempuan ketiga Amerika yang pernah menjadi calon wapres. Sebelumnya kita kenal ada Geraldine Ferraro dari New York (Demokrat) dan Sarah Palin dari Alaska (Republik).
Ada beberapa kritikan terhadap Kamala Harris, misalnya kehadirannya di Konferensi AIPAC (Lobby Yahudi) dan menyampaikan dukungannya kepada Israel. Namun harus diketahui bahwa di mana saja politisi akan selalu terbawa oleh realita domestik yang ada. Tidak ada capres Amerika kecuali melakukan hal sama dengan Kamala.
Dalam sejarah negara ini hanya ada satu politisi yang menolak hadir di pertemuan tahunan AIPAC, yaitu Benrnie Sanders. Akibatnya kita lihat bahwa kendati Bernie sangat populer di kalangan pemilih, ada hidden power yang menghalangi pencalonannya. Bernie Sander selalu gagal untuk memenangi pencalonan capres AS.
Dengan demikian, warga Amerika termasuk mereka yang beragama Islam akan lebih memprioritaskan faktor-faktor urgen lainnya dalam pilpres kali ini. Salah satunya adalah integritas dan keberpihakan kepada imigran dan minoritas. Bagi masyarakat Muslim hal ini menjadi pertimbangan utama akibat kebijakan Donald Trump yang sangat anti imigran, minoritas termasuk anti Muslim.
Kritikan lainnya adalah kecurigaan kepada Kamala sebagai keturunan India. Dengan pemerintahan radikal Modi saat ini di India dicurigai Kamala akan jadi pembenaran bagi Modi untuk semakin diskriminatif terhadap warga Muslim di India. Kenyataannya Kamala sangat kritis dengan kebijakan Modi yang anti Muslim di India.
Apapun itu Kamala jadi harapan banyak pihak di AS. Kamala dipandang sebagai representasi wajah Amerika yang beragam. Kamala mewakili kaum perempuan, mewakili Afro Amerika dan Karibia, immigran non-white, dan tentunya Asia khususnya Asia Selatan.
Di tengah kekecewaan dan bahkan kemarahan kepada Trump karena rasisme dan perpecahan yang sangat menajam saat ini, Kamala hadir untuk memberikan secercah harapan itu. Amerika memang menantikan kelembutan seorang wanita, tapi ketegasan seorang mantan jaksa bernama Kamala Harris. Semoga!
tulis komentar anda