Faktor Kamala Harris di Pilpres AS
loading...
A
A
A
Shamsi Ali Al-Kajangi
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center & Presiden Nusantara Foundation
PEMILIHAN Presiden (Pilpres) Amerika Serikat yang akan digelar November 2020 mendatang semakin jelas. Jelas pelaksanannya, jelas kandidatnya, dan kemungkinan juga jelas hasil akhirnya.
Banyak teka-teki yang nampak terjawab dalam beberapa hari terkahir ini. Joe Biden, calon presiden dari Partai Demokrat telah memutuskan Kamala Harris untuk mendampinginya sebagai calon wapres.
Secara pribadi saya memang menunggu pencalonan Senator Kamala Haris sebagai cawapres, bahkan capres. Pencalonannya pasti mencatat sejarah tersendiri dalam perjalanan politik di negeri ini. Keragaman latar belakangnya tentunya memberikan makna positif di tengah polarisasi yang saat ini sedang meninggi di Amerika.
Kamala Devi Harris, demikian nama lengkapnya, adalah seorang politisi wanita muda yang brilian. Dia juga seorang lawyer yang memiliki integritas dan achievement yang dikenal (notable). Terpilih menjadi senator muda dari California di 2017. Lalu pada 2020 ini terpilih sebagai cawapres mendampingi Joe Biden.
Terlahir di kota Oakland, California, Kamala adalah lulusan Howard University dan University of California, Hastings College of the Law. Kamala memulai karier di kantor Kejaksaan Wilayah Alameda. Lalu pindah ke kantor Kejaksaan Wilayah San Francisco.
Pada 2003 Kamala terpilih menjadi jaksa tinggi di San Fransisco. Pada 2010 terpilih sebagai jaksa agung untuk negara bagian California, lalu terpilih untk kedua kalinya pada 2014.
Dalam kontestasi jabatan senator dari California pada 2016 lalu, Kamala mengalahkan Loreta Sanchez, seorang politisi populer kala itu. Kamala terpilih sebagai orang ketiga senator perempuan dari negara bagian California, perempuan kedua sebagai Afro Amerika dan pertama sebagai keturunan Asia Selatan sebagai anggota Senat AS.
Sebagai seorang senator, Kamala mendukung penuh jaminan kesehatan universal (universal healthcare), reformasi perundang-undangan imigrasi (Immigration Reform), pelarangan senjata berat, Dream Act (undang-undang jaminan bagi anak-anak immigran yg masuk Amerika di saat masih di bawah umur), reformasi perpajakan, dan banyak lagi.
Kamala menjadi perhatian nasioanl selama pemerintahan Donald Trump karena disegani oleh para pejabat yang melakukan dengar pendapat (hearing) di Senat. Sebagai mantan jaksa, pertanyaan dan argumen Kamala selalu tajam dan mengena.
Kamala lalu masuk dalam perebutan nominasi kandidat presiden dari Partai Demokrat untuk Pilpres 2020. Sejak itu Kamala semakin dikenal secara nasional hingga mengakhiri kampanyenya pada Desember 2019 lalu. Keikutsertaannya dalam kontestasi pencalonan Demokrat ini menjadikan Kamala semakin populer secara nasional.
Pada akhirnya setelah melalui seleksi panjang dan ketat akhirnya capres Partai Demokrat, Joe Biden, memutuskan untuk memilih Kamala Harris sebagai pendampingnya. Ini sekaligus menjadikan Kamala sebagai orang pertama Afro Amerika dan Asia Selatan, serta perempuan ketiga Amerika yang pernah menjadi calon wapres. Sebelumnya kita kenal ada Geraldine Ferraro dari New York (Demokrat) dan Sarah Palin dari Alaska (Republik).
Ada beberapa kritikan terhadap Kamala Harris, misalnya kehadirannya di Konferensi AIPAC (Lobby Yahudi) dan menyampaikan dukungannya kepada Israel. Namun harus diketahui bahwa di mana saja politisi akan selalu terbawa oleh realita domestik yang ada. Tidak ada capres Amerika kecuali melakukan hal sama dengan Kamala.
Dalam sejarah negara ini hanya ada satu politisi yang menolak hadir di pertemuan tahunan AIPAC, yaitu Benrnie Sanders. Akibatnya kita lihat bahwa kendati Bernie sangat populer di kalangan pemilih, ada hidden power yang menghalangi pencalonannya. Bernie Sander selalu gagal untuk memenangi pencalonan capres AS.
Dengan demikian, warga Amerika termasuk mereka yang beragama Islam akan lebih memprioritaskan faktor-faktor urgen lainnya dalam pilpres kali ini. Salah satunya adalah integritas dan keberpihakan kepada imigran dan minoritas. Bagi masyarakat Muslim hal ini menjadi pertimbangan utama akibat kebijakan Donald Trump yang sangat anti imigran, minoritas termasuk anti Muslim.
Kritikan lainnya adalah kecurigaan kepada Kamala sebagai keturunan India. Dengan pemerintahan radikal Modi saat ini di India dicurigai Kamala akan jadi pembenaran bagi Modi untuk semakin diskriminatif terhadap warga Muslim di India. Kenyataannya Kamala sangat kritis dengan kebijakan Modi yang anti Muslim di India.
Apapun itu Kamala jadi harapan banyak pihak di AS. Kamala dipandang sebagai representasi wajah Amerika yang beragam. Kamala mewakili kaum perempuan, mewakili Afro Amerika dan Karibia, immigran non-white, dan tentunya Asia khususnya Asia Selatan.
Di tengah kekecewaan dan bahkan kemarahan kepada Trump karena rasisme dan perpecahan yang sangat menajam saat ini, Kamala hadir untuk memberikan secercah harapan itu. Amerika memang menantikan kelembutan seorang wanita, tapi ketegasan seorang mantan jaksa bernama Kamala Harris. Semoga!
New York, 18 Agustus 2020
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center & Presiden Nusantara Foundation
PEMILIHAN Presiden (Pilpres) Amerika Serikat yang akan digelar November 2020 mendatang semakin jelas. Jelas pelaksanannya, jelas kandidatnya, dan kemungkinan juga jelas hasil akhirnya.
Banyak teka-teki yang nampak terjawab dalam beberapa hari terkahir ini. Joe Biden, calon presiden dari Partai Demokrat telah memutuskan Kamala Harris untuk mendampinginya sebagai calon wapres.
Secara pribadi saya memang menunggu pencalonan Senator Kamala Haris sebagai cawapres, bahkan capres. Pencalonannya pasti mencatat sejarah tersendiri dalam perjalanan politik di negeri ini. Keragaman latar belakangnya tentunya memberikan makna positif di tengah polarisasi yang saat ini sedang meninggi di Amerika.
Kamala Devi Harris, demikian nama lengkapnya, adalah seorang politisi wanita muda yang brilian. Dia juga seorang lawyer yang memiliki integritas dan achievement yang dikenal (notable). Terpilih menjadi senator muda dari California di 2017. Lalu pada 2020 ini terpilih sebagai cawapres mendampingi Joe Biden.
Terlahir di kota Oakland, California, Kamala adalah lulusan Howard University dan University of California, Hastings College of the Law. Kamala memulai karier di kantor Kejaksaan Wilayah Alameda. Lalu pindah ke kantor Kejaksaan Wilayah San Francisco.
Pada 2003 Kamala terpilih menjadi jaksa tinggi di San Fransisco. Pada 2010 terpilih sebagai jaksa agung untuk negara bagian California, lalu terpilih untk kedua kalinya pada 2014.
Dalam kontestasi jabatan senator dari California pada 2016 lalu, Kamala mengalahkan Loreta Sanchez, seorang politisi populer kala itu. Kamala terpilih sebagai orang ketiga senator perempuan dari negara bagian California, perempuan kedua sebagai Afro Amerika dan pertama sebagai keturunan Asia Selatan sebagai anggota Senat AS.
Sebagai seorang senator, Kamala mendukung penuh jaminan kesehatan universal (universal healthcare), reformasi perundang-undangan imigrasi (Immigration Reform), pelarangan senjata berat, Dream Act (undang-undang jaminan bagi anak-anak immigran yg masuk Amerika di saat masih di bawah umur), reformasi perpajakan, dan banyak lagi.
Kamala menjadi perhatian nasioanl selama pemerintahan Donald Trump karena disegani oleh para pejabat yang melakukan dengar pendapat (hearing) di Senat. Sebagai mantan jaksa, pertanyaan dan argumen Kamala selalu tajam dan mengena.
Kamala lalu masuk dalam perebutan nominasi kandidat presiden dari Partai Demokrat untuk Pilpres 2020. Sejak itu Kamala semakin dikenal secara nasional hingga mengakhiri kampanyenya pada Desember 2019 lalu. Keikutsertaannya dalam kontestasi pencalonan Demokrat ini menjadikan Kamala semakin populer secara nasional.
Pada akhirnya setelah melalui seleksi panjang dan ketat akhirnya capres Partai Demokrat, Joe Biden, memutuskan untuk memilih Kamala Harris sebagai pendampingnya. Ini sekaligus menjadikan Kamala sebagai orang pertama Afro Amerika dan Asia Selatan, serta perempuan ketiga Amerika yang pernah menjadi calon wapres. Sebelumnya kita kenal ada Geraldine Ferraro dari New York (Demokrat) dan Sarah Palin dari Alaska (Republik).
Ada beberapa kritikan terhadap Kamala Harris, misalnya kehadirannya di Konferensi AIPAC (Lobby Yahudi) dan menyampaikan dukungannya kepada Israel. Namun harus diketahui bahwa di mana saja politisi akan selalu terbawa oleh realita domestik yang ada. Tidak ada capres Amerika kecuali melakukan hal sama dengan Kamala.
Dalam sejarah negara ini hanya ada satu politisi yang menolak hadir di pertemuan tahunan AIPAC, yaitu Benrnie Sanders. Akibatnya kita lihat bahwa kendati Bernie sangat populer di kalangan pemilih, ada hidden power yang menghalangi pencalonannya. Bernie Sander selalu gagal untuk memenangi pencalonan capres AS.
Dengan demikian, warga Amerika termasuk mereka yang beragama Islam akan lebih memprioritaskan faktor-faktor urgen lainnya dalam pilpres kali ini. Salah satunya adalah integritas dan keberpihakan kepada imigran dan minoritas. Bagi masyarakat Muslim hal ini menjadi pertimbangan utama akibat kebijakan Donald Trump yang sangat anti imigran, minoritas termasuk anti Muslim.
Kritikan lainnya adalah kecurigaan kepada Kamala sebagai keturunan India. Dengan pemerintahan radikal Modi saat ini di India dicurigai Kamala akan jadi pembenaran bagi Modi untuk semakin diskriminatif terhadap warga Muslim di India. Kenyataannya Kamala sangat kritis dengan kebijakan Modi yang anti Muslim di India.
Apapun itu Kamala jadi harapan banyak pihak di AS. Kamala dipandang sebagai representasi wajah Amerika yang beragam. Kamala mewakili kaum perempuan, mewakili Afro Amerika dan Karibia, immigran non-white, dan tentunya Asia khususnya Asia Selatan.
Di tengah kekecewaan dan bahkan kemarahan kepada Trump karena rasisme dan perpecahan yang sangat menajam saat ini, Kamala hadir untuk memberikan secercah harapan itu. Amerika memang menantikan kelembutan seorang wanita, tapi ketegasan seorang mantan jaksa bernama Kamala Harris. Semoga!
New York, 18 Agustus 2020
(poe)