Menjaga Tarif Cukai yang Berkelanjutan

Selasa, 30 April 2024 - 07:49 WIB
Hal tersebut terlihat dari data konsumsi rumah tangga yang hanya mampu tumbuh 4,82% pada 2023, dari tahun sebelumnya yang mencapai 4,94%. Lebih lanjut, jika menilik data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), jumlah tabungan kelas menengah terus berkurang. Sepanjang 2023, masyarakat kelas menengah terus menguras tabungannya demi memenuhi berbagai kebutuhan hidup, di tengah pendapatan yang stagnan dan biaya hidup meningkat.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dan diikuti oleh penurunan daya beli merupakan faktor penting dalam meningkatnya prevalensi merokok di kalangan masyarakat. Pada situasi di mana pendapatan individu tergerus oleh berbagai faktor ekonomi, seperti inflasi dan pengangguran, maka banyak individu cenderung mencari pelarian dalam kebiasaan yang dapat memberikan rasa nyaman sementara, seperti merokok.

Hal tersebut lantaran penurunan pendapatan dapat menghasilkan tekanan finansial yang signifikan bagi pendapatan keluarga sehingga dapat memaksa individu untuk mencari cara-cara baru dalam mengatasi stres dan kecemasan yang terkait dengan ketidakpastian ekonomi.

Pasalnya, merokok seringkali dianggap sebagai salah satu cara yang mudah dan murah untuk melakukannya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, persentase penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang merokok sebesar 28,62% pada 2023. Persentase tersebut meningkat 0,36% poin dari tahun lalu yang sebesar 28,26%. Berdasarkan jenis kelaminnya, persentase laki-laki di dalam negeri yang merokok mencapai 56,36%. Sementara, hanya 1,06% perempuan Indonesia yang merokok pada tahun ini.

Ironisnya, penurunan pendapatan menyebabkan konsumen mencari opsi yang lebih murah di tengah semakin tingginya harga rokok legal. Alhasil, rokok ilegal hadir sebagai alternatif yang menarik. Rokok ilegal hadir dengan harga lebih murah dan terjangkau.

Oleh sebab itu,tak heran bila saat ini fenomena yang terjadi adalahangka peredaran rokok illegal terus meningkat seiring dengan angka prevalensi rokok yang juga meningkatsecara keseluruhan di tengah terjadinya penurunan volume produksi rokok legal. Alhasil, penurunan penerimaan pemerintah melalui CHT pun tak terhindarkan.

Peta Jalan dan Perluasan BKC

Industri Hasil Tembakau merupakan bagian integral dari perekonomian global, namun juga menjadi sumber perdebatan yang kompleks dan sering kontroversial. Beragam kepentingan yang terlibat di dalamnya – dari produsen, pemerintah, kelompok kesehatan masyarakat hingga konsumen – menjadikan kebijakan IHT sulit menemukan titik tengah yang memuaskan semua pihak.

Oleh sebab itu, pemerintah perlu membangun kembali semangat untuk menyusun peta jalan atau roadmap Industri Hasil Tembakau (IHT) nasional dengan payung hukum berupa Peraturan Presiden (Perpres) yang dikoordinatori Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Roadmap IHT merupakan panduan strategis yang penting untuk menjaga keseimbangan antara kebijakan yang berorientasi pada kesehatan masyarakat dan keberlanjutan industri tembakau. Roadmap IHT menjadi instrumen yang vital dalam merumuskan kebijakan yang seimbang dan berkelanjutan. Sebuah roadmap yang solid diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang lebih luas mengenai arah masa depan industri tembakau tanpa mengabaikan kepentingan kesehatan.

Sebuah roadmap IHT yang komprehensif dan berkelanjutan dapat menjadi landasan yang kuat untuk mencapai keseimbangan yang diinginkan antara kebijakan kesehatan masyarakat, penerimaan pemerintah, serta keberlanjutan industri tembakau. Dengan kerjasama yang baik antara semua pihak terlibat, sebuah roadmap IHT dapat memainkan peran yang konstruktif dalam memandu masa depan industri tembakau yang lebih seimbang dan berkelanjutan.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Terpopuler
Berita Terkini More