Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berdaya
Kamis, 25 April 2024 - 22:48 WIB
JAKARTA - Dalam rangka kampanye Gerakan Nasional Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyelenggarakan kegiatan chip in Literasi Digital di SMAN 96 Jakarta Barat, pada tanggal 26 April 2024 dengan mengusung tema “Menjadi Warga Digital yang Cakap, Beretika dan Berdaya” Kegiatan chip in ini sebagai bentuk peran aktif Kemenkominfo dalam mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan menuju Indonesia #MakinCakapDigital. Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 500 siswa SMAN 96 Jakarta Barat.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang mengacu pada kerangka kerja dalam Road Map Literasi Digital 2020 - 2024, disebutkan bahwa pada tahun 2022 Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5.00. Dalam upaya mendukung transformasi digital, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu Kecakapan digital, Etika digital, Budaya digital, dan Keamanan digital.
Kegiatan chip in dimulai dengan sambutan dari Ditjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia, Semuel Abrijani Pangerapan yang menekankan pentingnya peningkatan literasi digital untuk mendorong perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia.
Semuel menambahkan dalam upaya perwujudan transformasi digital, talenta digital Indonesia perlu dipersiapkan agar mampu menghadapi perubahan serta memanfaatkan perkembangan digital. Tak kalah penting, talenta digital Indonesia diharapkan memiliki kemampuan menanggulangi resiko yang muncul dalam proses transformasi digital. Akselerasi literasi digital ditujukan pada masyarakat umum, pemerintahan dan pendidikan yang mengacu pada empat pilar utama program literasi digital, yaitu Kecakapan Digital, Keamanan Digital, Budaya Digital dan Etika Digital.
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Budi Arie Setiadi membuka webinar sekaligus memberi sambutan dengan memaparkan data indeks literasi Indonesia yang berada di angka 3.64 dari skala 5 atau tingkat “sedang”. Kondisi ini mendorong Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia untuk membuka kesadaran masyarakat akan peran penting literasi digital baik dalam kehidupan sehari - hari hingga mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa. Menkominfo mengajak masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan literasi digital untuk mewujudkan Indonesia #MakinCakapDigital , terkoneksi dan semakin maju.
Kegiatan chip in dilanjutkan dengan paparan dari narasumber pertama, Dosen Prodi Magister Ilmu Komunikasi FiISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Aminah Swarnawti., M.Si. Etika digital menjadi fokus yang disampaikan Aminah. Para pelajar zaman sekarang, merupakan digital native atau warga asli digital yang sudah terbiasa dengan dunia digital sejak lahir sehingga tidak perlu beradaptasi dengan dunia digital apabila dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Kecakapan digital yang dimiliki para digital native sayangnya kurang diimbangi dengan pemahaman etika digital. Selayaknya di dunia nyata, interaksi di dunia maya pun tetap harus menggunakan etika. Netiket atau etika berinternet adalah tata krama dalam menggunakan internet. Bukan hanya karakter huruf yang kita unggah di dunia digital, namun juga karakter manusia sesungguhnya.
Ruang lingkup pertama dalam etika digital adalah kesadaran. Saat hendak posting sesuatu harus dengan kesadaran. Hal ini berkesinambungan dengan tanggung jawab. Apapun yang kita unggah, harus dapat kita pertanggung jawabkan konseukuensi nya. Poin ketiga adalah kejujuran. Jangan pernah menggunakan akun palsu dan melakukan plagiasi ataupun mengakui konten orang lain.
”Internet adalah anugerah tatapi bisa menjadi bencana apabila kita tidak bisa mengendalikan diri kita. Etika hadir sebagi seorang bijak yang mengingatkan kembali hakikat teknologi sebagai hakikat manusia. Etika ada karena kita adalah manusia,” tutup Aminah.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang mengacu pada kerangka kerja dalam Road Map Literasi Digital 2020 - 2024, disebutkan bahwa pada tahun 2022 Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5.00. Dalam upaya mendukung transformasi digital, Kemenkominfo menyelenggarakan “Workshop Literasi Digital” dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu Kecakapan digital, Etika digital, Budaya digital, dan Keamanan digital.
Kegiatan chip in dimulai dengan sambutan dari Ditjen Aptika Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia, Semuel Abrijani Pangerapan yang menekankan pentingnya peningkatan literasi digital untuk mendorong perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia.
Semuel menambahkan dalam upaya perwujudan transformasi digital, talenta digital Indonesia perlu dipersiapkan agar mampu menghadapi perubahan serta memanfaatkan perkembangan digital. Tak kalah penting, talenta digital Indonesia diharapkan memiliki kemampuan menanggulangi resiko yang muncul dalam proses transformasi digital. Akselerasi literasi digital ditujukan pada masyarakat umum, pemerintahan dan pendidikan yang mengacu pada empat pilar utama program literasi digital, yaitu Kecakapan Digital, Keamanan Digital, Budaya Digital dan Etika Digital.
Menteri Komunikasi dan Informatika Indonesia, Budi Arie Setiadi membuka webinar sekaligus memberi sambutan dengan memaparkan data indeks literasi Indonesia yang berada di angka 3.64 dari skala 5 atau tingkat “sedang”. Kondisi ini mendorong Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia untuk membuka kesadaran masyarakat akan peran penting literasi digital baik dalam kehidupan sehari - hari hingga mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa. Menkominfo mengajak masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan literasi digital untuk mewujudkan Indonesia #MakinCakapDigital , terkoneksi dan semakin maju.
Kegiatan chip in dilanjutkan dengan paparan dari narasumber pertama, Dosen Prodi Magister Ilmu Komunikasi FiISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Aminah Swarnawti., M.Si. Etika digital menjadi fokus yang disampaikan Aminah. Para pelajar zaman sekarang, merupakan digital native atau warga asli digital yang sudah terbiasa dengan dunia digital sejak lahir sehingga tidak perlu beradaptasi dengan dunia digital apabila dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Kecakapan digital yang dimiliki para digital native sayangnya kurang diimbangi dengan pemahaman etika digital. Selayaknya di dunia nyata, interaksi di dunia maya pun tetap harus menggunakan etika. Netiket atau etika berinternet adalah tata krama dalam menggunakan internet. Bukan hanya karakter huruf yang kita unggah di dunia digital, namun juga karakter manusia sesungguhnya.
Ruang lingkup pertama dalam etika digital adalah kesadaran. Saat hendak posting sesuatu harus dengan kesadaran. Hal ini berkesinambungan dengan tanggung jawab. Apapun yang kita unggah, harus dapat kita pertanggung jawabkan konseukuensi nya. Poin ketiga adalah kejujuran. Jangan pernah menggunakan akun palsu dan melakukan plagiasi ataupun mengakui konten orang lain.
”Internet adalah anugerah tatapi bisa menjadi bencana apabila kita tidak bisa mengendalikan diri kita. Etika hadir sebagi seorang bijak yang mengingatkan kembali hakikat teknologi sebagai hakikat manusia. Etika ada karena kita adalah manusia,” tutup Aminah.
Lihat Juga :
tulis komentar anda