Muhammadiyah-NU: Muhammadinu
Selasa, 09 April 2024 - 07:33 WIB
Kekhasan dan keunggulan masing-masing antara Muhammadiyah dan NU sangat membantu pemerintah khususnya dalam layanan sosial, pendidikan dan keagamaan. Melihat peran yang sangat besar dari kedua Organisasi Keagamaan ini sehingga keduanya terus dilibatkan oleh pemerintah dalam rangka melayani dan memberikan solusi tekait di bidang pendidikan dan keagamaan. Oleh karena itu sudah saatnya melihat perbedaan hanya dengan kacamata negatif saja tetapi harus melihat perbedaan hal yang saling melengkapi dengan keunggulan masing-masing.
Tidak selang lama, surat terbuka dari seorang saudara tua Muhammadiyah ini dibalas oleh saudara mudanya dari Nahdlatul 'Ulama yang bernama Muhammad Ismail Siddiq dengan judul Surat Balasan untuk Muhammadiyah. Dengan rasa girangnya ucapan terima kasih dari saudara tuanya itu diungkapkan dengan ekspresi syukur dan harapan yang luar biasa. Semua berharap dengan pernyataan jujur dari dua generasi yang berbeda latar belakang Ormas Keagamaannya tetapi sama-sama saling mengakui kehebatannya. Ke depan kehidupan umat beragama di Indonesia akan semakin mesra, rukun dan harmoni untuk bersama-sama berpikir meraih kemajuan bangsa. Dengan kekuatannya masing-masing keduanya akan bisa saling melengkapi dan mendukung bukan menghambat dan menikung.
Akibat kedekatan saling menghargai dan mendukung ini, muncul istilah baru di tengah-tengah Masyarakat yaitu Muhammadinu yaitu perpaduan antara kebiasaan Muhammadiyah dan NU. Fenomena ini pasti tidak ada yang membantah. Sebagai contoh, ada guru di sekolah Muhammadiyah atau dosen di kampus Muhammadiyah tetapi mereka di masyarakat juga tahlilan, yasinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang diamalkan jamaah Nahdlatul 'Ulama. Tidak sedikit pula kader-kader Nahdlatul 'Ulama yang mengikuti salat taraweh berjamaah delapan rekaat sebagaimana amalan yang dilaksanakan oleh jamaah Muhammadiyah. Kedua model ini kadang-kadang tidak bisa dihindari karena mereka berada di komunitas yang berbeda dengan ormas keagamaan yang diikutinya. Dalam kondisi seperti ini bukan perbedaannya yang dikedepankan tetapi hal-hal yang membuat mereka bisa rukun dan hidup bersama. Dan contoh-contoh seperti ini sering kita lihat dilakukan juga oleh tokoh-tokoh besar yang juga layak menjadi panutan.
Meski sedikit-sedikit aura pelbagai perbedaan masih bisa kita saksikan, tetapi sikap toleransi dan saling menghargai lebih dominan sehingga dari tahun ke tahun kehidupan umat beragama di Indonesia makin membanggakan. Ini semua tidak terlepas dari kerja keras kedua Ormas Keagamaan terbesar di tanah air yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul ‘Ulama. Kita menghargai dengan mereka teguh dengan salah satunya tetapi kita juga memaklumi kalau ada yang sedikit berbeda. Kita bangga dengan mereka yang tetap kokoh di garis Muhammadiyah atau NU tetapi kita juga menghargai mereka yang kadang-kadang Muhammadinu.
Muhammadinu
Belakangan ini di media sosial kita temukan konten yang sangat menarik terkait dengan tema ini. Seorang aktivis, cendekiawan muda, dan kader Muhammadiyah Mas Nurbani Yusuf yang membuat surat terbuka kepada Nahdlatul 'Ulama. Dengan jujur kader muda ini menceritakan peran, kerja nyata serta keunggulan-keunggulan Nahdlatul 'Ulama yang telah ditorehkan sebagai karya agung terhadap bangsa dan negara. Bahkan dalam pernyataan yang jujur itu beliau juga mengakui hal-hal yang selama ini disoroti sebagai hal yang berbeda. Tetapi bukan itu yang dikedepankan dan dikemukakan. Banyak hal lain yang diakuinya bahwa perbedaan itu justru yang dianggap melengkapi apa yang tidak dilakukan oleh ormas sebelahnya. Tentu ini adalah fenomena jujur yang membahagiakan.Tidak selang lama, surat terbuka dari seorang saudara tua Muhammadiyah ini dibalas oleh saudara mudanya dari Nahdlatul 'Ulama yang bernama Muhammad Ismail Siddiq dengan judul Surat Balasan untuk Muhammadiyah. Dengan rasa girangnya ucapan terima kasih dari saudara tuanya itu diungkapkan dengan ekspresi syukur dan harapan yang luar biasa. Semua berharap dengan pernyataan jujur dari dua generasi yang berbeda latar belakang Ormas Keagamaannya tetapi sama-sama saling mengakui kehebatannya. Ke depan kehidupan umat beragama di Indonesia akan semakin mesra, rukun dan harmoni untuk bersama-sama berpikir meraih kemajuan bangsa. Dengan kekuatannya masing-masing keduanya akan bisa saling melengkapi dan mendukung bukan menghambat dan menikung.
Akibat kedekatan saling menghargai dan mendukung ini, muncul istilah baru di tengah-tengah Masyarakat yaitu Muhammadinu yaitu perpaduan antara kebiasaan Muhammadiyah dan NU. Fenomena ini pasti tidak ada yang membantah. Sebagai contoh, ada guru di sekolah Muhammadiyah atau dosen di kampus Muhammadiyah tetapi mereka di masyarakat juga tahlilan, yasinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang diamalkan jamaah Nahdlatul 'Ulama. Tidak sedikit pula kader-kader Nahdlatul 'Ulama yang mengikuti salat taraweh berjamaah delapan rekaat sebagaimana amalan yang dilaksanakan oleh jamaah Muhammadiyah. Kedua model ini kadang-kadang tidak bisa dihindari karena mereka berada di komunitas yang berbeda dengan ormas keagamaan yang diikutinya. Dalam kondisi seperti ini bukan perbedaannya yang dikedepankan tetapi hal-hal yang membuat mereka bisa rukun dan hidup bersama. Dan contoh-contoh seperti ini sering kita lihat dilakukan juga oleh tokoh-tokoh besar yang juga layak menjadi panutan.
Mengedepankan yang sama
Kondisi dan tantangan kehidupan akan terus berkembang, dan ini dampaknya juga dalam aktivitas kehdupan keseharian. Hal ini juga akan berpengaruh pada sebagian sikap-sikap keberagamaan. Tanpa meninggalkan esensi yang diyakni, perbedaan-perbedaan ini harus dilihat dari sisi yang menguntungkan. Khusunya dalam konteks keberagamaan, semua harus bisa membedakan mana yang pokok dan mana yang cabang, sehingga semua tidak salah langkah membela mati-matian yang tidak utama tetapi mengabaikan yang prinsip yang harus dijunjung bersama.Meski sedikit-sedikit aura pelbagai perbedaan masih bisa kita saksikan, tetapi sikap toleransi dan saling menghargai lebih dominan sehingga dari tahun ke tahun kehidupan umat beragama di Indonesia makin membanggakan. Ini semua tidak terlepas dari kerja keras kedua Ormas Keagamaan terbesar di tanah air yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul ‘Ulama. Kita menghargai dengan mereka teguh dengan salah satunya tetapi kita juga memaklumi kalau ada yang sedikit berbeda. Kita bangga dengan mereka yang tetap kokoh di garis Muhammadiyah atau NU tetapi kita juga menghargai mereka yang kadang-kadang Muhammadinu.
(abd)
tulis komentar anda